Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, August 26, 2018

Apakah Wanita Haid Boleh Menyentuh Mushaf Terjemah?

Apakah Wanita Haid Boleh Menyentuh Mushaf Terjemah?
Assalamualaikum, Ana mau tanya, bolehkah wanita haid membaca al-Quran terjemah? Maksudnya dipegang untuk dibaca?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Ada 2 hal yang perlu kita bedakan,

1. Mushaf al-Quran
2. Kitab tafsir al-Quran
Kitab tafsir al-Quran adalah kitab yang berisi penjelasan tentang makna al-Quran, menggali kandungannya, baik dengan bahasa arab maupun bahasa lainnya. Dan umumnya juga dicantumkan ayat al-Quran.

Namun ada yang perlu diperhatikan, para ulama membedakan antara mushaf al-Quran dengan kitab tafsir al-Quran. Mushaf al-Quran memiliki aturan khusus yang tidak berlaku untuk kitab yang lain. Termasuk hukum menyentuhnya.

Karena itu, aturan wanita haid dilarang menyentuh al-Quran, tidak berlaku untuk kitab tafsir.

Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,

‎يجوز عند جمهور الفقهاء للمحدث مس كتب التفسير وإن كان فيها آيات من القرآن وحملها والمطالعة فيها ، وإن كان جنبا ، قالوا : لأن المقصود من التفسير : معاني القرآن ، لا تلاوته ، فلا تجري عليه أحكام القرآن .

Menurut jumhur ulama, orang yang hadats – termasuk wanita haid atau orang junub – boleh menyentuh kitab tafsir, membawanya, atau mempelajarinya. Meskipun di sana terdapat ayat-ayat al-Quran. Mereka mengatakan, karena sasaran kitab tafsir adalah makna al-Quran, bukan untuk membaca al-Quran. Sehingga tidak berlaku aturan al-Quran.

Kemudian diberikan rincian,

‎وصرح الشافعية بأن الجواز مشروط فيه أن يكون التفسير أكثر من القرآن لعدم الإخلال بتعظيمه حينئذ ، وليس هو في معنى المصحف. وخالف في ذلك الحنفية ، فأوجبوا الوضوء لمس كتب التفسير

Syafi’iyah menegaskan, bahwa bolehnya menyentuh kitab tafsir, dengan syarat jika tulisan tafsirnya lebih banyak dibandingkan teks al-Quran-nya, sehingga tidak lagi disebut menyepelekan kemuliaan al-Quran. Dan kitab tafsir tidak disebut mushaf al-Quran. Sementara Hanafiyah memiliki  pendapat berbeda, mereka mewajibkan wudhu bagi yang menyentuh kitab-kitab tafsir. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 13/97)

Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,

‎وأما كتب التفسير فيجوز مسها ؛ لأنها تعتبر تفسيرا ، والآيات التي فيها أقل من التفسير الذي فيها. ويستدل لهذا بكتابة النبي صلى الله عليه وسلم الكتب للكفار ، وفيها آيات من القرآن ، فدل هذا على أن الحكم للأغلب والأكثر

Untuk kitab tafsir, boleh disentuh, karena terhitung sebagai tafsir. Sementara ayat al-Quran yang ada di sana, lebih sedikit dibandingkan teks tafsirnya. Dalilnya adalah surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang-orang kafir, sementara di sana ada ayat-ayat al-Quran. Ini menunjukkan, bahwa hukum mengikuti yang dominan. (as-Syarh al-Mumthi, 1/267)

Terkait pendekatan, mengambil hukum berdasarkan yang dominan, ada satu kaidah yang diterapkan Syafiiyah,

‎الأصل اعتبار الغالب وتقديمه على النادر

Pada asalnya, lebih diunggulkan yang dominan, dan didahulukan dari pada yang tidak dominan. (al-Qawaid al-Fiqhiyah wa Tatbiqatuha fi Madzahib al-Arba’ah, 1/325).

Bolehkah Wanita Haid Menyentuh al-Quran Terjemah?

Kita masih meninggalkan satu pembahasan, apakah al-Quran terjemah yang ada di sekitar kita, terhitung sebagai al-Quran atau sebagai kitab tafsir?

Dalam aturan menerjemahkan al-Quran, telah kita sampaikan bahwa al-Quran tidak mungkin diterjemahkan. Yang mungkin adalah menerjemahkan maknanya atau tafsirnya.

Dan jika kita perhatikan, dalam al-Quran terjemah, yang lebih dominan adalah teks terjemahannya. Karena itu, al-Quran terjemah lebih dekat dihukumi sebagai kitab tafsir.

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Popular Posts

Blog Archive