Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, August 19, 2018

Antara Sikap Pertengahan Dalam Manhaj Salaf Atau Sikap Setengah-setengah

Manhaj Salaf
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Yahya Al-Buro'i -hafizahullah- :

==========

Sungguh telah muncul sekelompok orang yang menyeru kepada sikap “pertengahan” padahal mereka itu adalah orang-orang yang jauh dari sikap pertengahan, justru yang terjadi pada sikap “pertengahan” mereka itu adalah dengan cara hidup bersama ahli bidah secara rukun bersatu padu dan saling mencintai, dia tidak merasa risih mendengar dan melihat berbagai penyimpangan bidah, tidak pula dia memiliki kecemburuan terhadap sunah, tidak pula terhadap dogma-dogma syariat, bahkan yang terjadi justru sebaliknya (dengan pengakuan sikap “pertengahan” tersebut) dia berusaha meraih keridaan para ahli bidah dengan meninggalkan sebagian amalan sunah, tujuannya agar para ahli bidah dapat mempersaksikan bahwa mereka adalah “orang-orang yang pertengahan”.

Cuih... terhadap para kawan yang tidaklah membuat mereka rida kecuali dengan meninggalkan sunah-sunah dan terhadap para kawan yang lebih mengutamakan suatu kaum yang tidaklah mereka menampakkan sikap "pertengahan" mereka kecuali apabila mereka mengalah dari beramal dengan sunah serta menutup mata dari kebidahan dalam rangka berbasa-basi mencari muka kepada para ahli bidah.

Di saat kita mengatakan : “kita adalah salafi", yang kita maksudkan adalah kita salafi dalam segala perkara sampai pun dalam sikap pertengahan !!!

Lalu apakah kemudian paham salaf bahwasanya sikap pertengahan itu adalah dengan berbasa-basi kepada para ahli bidah serta saling bertukar kasih sayang ?!

Lihatlah kepada sejarah, rujuklah kepada kitab-kitab akidah bagaimana para salaf telah mengajarkan sikap tegas dalam perkara ini, dan di antara perkataan para salaf :

“barangsiapa yang tersembunyikan atas kita kebidahannya, tidaklah dapat tersembunyikan dari kita siapa teman bergaulnya.”

Para salaf menganggap seseorang sebagai ahli bidah walaupun hanya dengan duduk bergaul !!!

Lalu bagaimana jika para salaf tersebut melihat kepada seseorang yang bersikap mengalah / toleran terhadap sunah-sunah dan melakukan kebidahan dalam rangka memproklamasikan kepada manusia bahwa dirinya adalah seorang yang fleksibel dalam bermanhaj dan dapat meluaskan diri (bermanhaj) sesuai dengan tuntutan (kondisi dan keadaan), kita berlindung dari kehinaan dan kita memohon kepada Allah keteguhan.

Oleh karena itu sungguh mereka telah berluas-luas dalam memahami makna “sikap pertengahan”, hingga mereka pun mencukur jenggot dan berbusana dengan busana kebarat-baratan, celana panjang dan dasi serta bermudah-mudahan dalam urusan hijab dan ikhtilat / campur baur antar lawan jenis dan berfoto-foto makhluk bernyawa dan menonton film drama (drama romantis "islami"), dan tidak hanya sebatas itu bahkan mereka sampai mengingkari orang-orang yang menyelisihi mereka dalam perkara sikap "pertengahan" tersebut dan mereka menganggap yang demikian itu sebagai suatu sikap keras, kaku, kolot serta puritan.

Sumber : [kitab Qurao'ul Asinnah Fi Nafyit Tathorruf Wasy Syudzudz An Ahlis Sunah, cet. Ke-3 1439 H, hal 38-39]

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Popular Posts

Blog Archive