Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Wednesday, August 31, 2022

Mazhab Shuufiyyah

Mazhab Shuufiyyah
Bismillah...

Kebatilan, kebodohan, dan kesesatan terkumpul semua dalam madzhab shufi. Mereka menjadikan tarian, musik dan nyanyian sebagai ritual pendekatan diri kepada Allah. Betul-betul mereka jauh dari bimbingan alquran dan as sunnah serta para ulama salaf. Tidak sebagaimana majlis Rasulullah dan para sahabatnya yang penuh ketenangan, tidak bising dan ribut. 

Abu Bakr Ath-Thurthuusiy Al-Maalikiy (wafat 520H) rahimahullah berkata:

مذهب الصوفية بطالة وجهالة وضلالة، وما الإسلام إلا كتاب الله وسنة رسوله

MADZHAB SHUUFIYYAH hanyalah kebatilan, kebodohan, dan kesesatan. Islam itu hanyalah KITABULLAH (al quran) dan SUNNAH RASULNYA (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam). (Tafsiir Al-Qurthubiy, 11/238].

Lengkapnya perkataan beliau : 

مذهب الصوفية بطالة وجهالة وضلالة، وما الإسلام إلا كتاب الله وسنة رسول، وأما الرقص والتواجد فأول من أحدثه أصحاب السامري، لما اتخذ لهم عجلا جسدا له خوار قاموا يرقصون حواليه ويتواجدون؛ فهو دين الكفار وعباد العجل؛ ....... وإنما كان يجلس النبي صلى الله عليه وسلم مع أصحابه كأنما على رؤوسهم الطير من الوقار؛ فينبغي للسلطان ونوابه أن يمنعهم عن الحضور في المساجد وغيرها؛ ولا يحل لأحد يؤمن بالله واليوم الآخر أن يحضر معهم، ولا يعينهم على باطلهم؛ هذا مذهب مالك وأبي حنيفة والشافعي وأحمد بن حنبل وغيرهم من أئمة المسلمين وبالله التوفيق.

MADZHAB SHUUFIYYAH hanyalah kebatilan, kebodohan, dan kesesatan. Islam itu hanyalah KITABULLAH (al quran) dan SUNNAH RASULNYA (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam). Adapun tarian dan sikap berkasih-kasihan, yang pertama kali mengadakannya adalah rekan-rekannya Saamiriy. Ketika ia berhasil membuat patung anak sapi yang bisa bersuara, maka mereka berdiri menari di sekitarnya sambil berkasih-kasihan. Perbuatan tersebut merupakan agama orang kafir dan penyembah anak sapi.

Adapun majelis Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersama para shahabatnya, (keadaannya) adalah seakan-akan di kepala-kepala mereka terdapat burung karena ketenangannya. Sudah seharusnya sulthan (raja) dan para wakilnya melarang mereka (shufi) menghadiri masjid-masjid dan yang lainnya. Tidak halal bagi seorang pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir hadir pada kegiatan mereka. Tidak diperbolehkan menolong kebathilan mereka. Inilah madzhab Maalik, Abu Haniifah, Asy-Syaafi’iy, Ahmad bin Hanbal, dan yang lainnya dari kalangan imam-imam kaum muslimin. Wabillaahit-taufiiq” [Tafsiir Al-Qurthubiy, 11/238].

Jika seseorang memiliki kekuasaan dan kekuatan, lantas menjumpai orang-orang shufi menari, menyanyi dan menabuh rebana di masjid, menurut Imam As Suyuti rahimahullah hendaklah mengusirnya dari masjid.

Berkata Imam As Suyuthi Rahimahullah :

ومن ذلك الرقص، والغناء في المساجد، وضرب الدف أو الرباب، أو غير ذلك من آلات الطرب.

فمن فعل ذلك في المسجد، فهو مبتدع، ضال، مستحق للطرد والضرب؛ لأنه استخف بما أمر الله بتعظيمه، قال الله تعالى: (في بيوت أذن الله أن ترفع " أي تعظم " ويذكر فيها اسمه)، أي يتلى فيها كتابه. وبيوت الله هي المساجد؛ وقد أمر الله بتعظيمها، وصيانتها عن الأقذار، والأوساخ، والصبيان، والمخاط، والثوم، والبصل، وإنشاد الشعر فيها، والغناء والرقص؛ فمن غنى فيها أو رقص فهو مبتدع، ضال مضل، مستحق للعقوبة.

“Di antaranya adalah menari, menyanyi di dalam masjid, memukul duf (rebana) atau rebab (sejenis alat musik), atau selain itu dari jenis alat-alat musik. Maka, barang siapa yang melakukan itu di masjid maka dia mubtadi’ (pelaku bid’ah), sesat, patut baginya DIUSIR dan DIPUKUL, karena dia meremehkan perintah Allah untuk memuliakan masjid. Allah Ta’ala berfirman: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya.” Yaitu dibacakan kitabNya di dalamnya. Rumah-rumah Allah adalah masjid-masjid, dan Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk memuliakannya, menjaganya dari kotoran, najis, anak-anak, ingus (ludah), bawang putih, bawang merah, nasyid-nasyid dan sya’ir di dalamnya, nyanyian dan tarian, dan barang siapa yang bernyanyi di dalamnya atau menari maka dia adalah pelaku bid’ah, sesat dan menyesatkan, dan berhak diberikan hukuman.” (Imam Jalaluddin As Suyuthi, Al Amru bil Ittiba’ wan Nahyu ‘anil Ibtida’, Hal. 30. Mawqi’ Ruh Al Islam).


https://www.facebook.com/903924823277358/posts/pfbid02SkLrubkqVv3KVnXGn9wZzz6zsRpoku9B2VQiCAmudnkTPRr3AMUxEX9GdYgP82e6l/

AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaa

Share:

Popular Posts

Blog Archive