Ketika terjadi fitnah Al Quran makhluk, Imam Ahmad disiksa dan dipenjara selama 28 bulan (2 tahun, 4 bulan). Setelah keluar dari penjara beliau pun dilarang mengajar. Walaupun demikian, beliau tetap mentaati instruksi penguasa. Tanpa melawan, tanpa memprovokasi masyarakat dan murid-muridnya, apalagi memberontak.
Berkata Imam Ahmad Bin Hanbal rahimahullah :
الصبر على ما نحن فيه خير من الفتنة يسفك فيها الدماء ، ويستباح فيها الأموال ، وينتهك فيها المحارم
"Bersabar pada keadaan kita saat ini jauh lebih baik dari pada fitnah. Ditumpahkannya darah, dihalalkannya harta dan dijatuhkannya kehormatan". (As Sunnah Lil Hilali 123/1-89).
Seorang murid beliau, Ahmad Abul Harist bertanya kepada Imam Ahmad :
يا أبا عبد الله ، ما تقول في الخروج مع هؤلاء القوم
"Wahai Abu 'Abdillah (Imam Ahmad), apa pendapat anda jika aku memberontak bergabung bersama kaum tersebut?"
Maka beliau mengingkari hal tersebut, dan beliau berkata :
سبحان الله ! الدماء الدماء ! لا أرى ذلك ، ولا آمر به ، الصبر على ما نحن فيه خير من الفتنة يسفك فيها الدماء ، ويستباح فيها الأموال ، وينتهك فيها المحارم ، أما علمت ما كان الناس فيه ، يعني أيام الفتنة .
قلتُ : والناس اليوم، أليس هم في فتنة يا أبا عبد الله ؟
قال : وإن كان ، فإنما هي فتنة خاصة ، فإذا وقع السيف عمَّت الفتنة ، وانقطعت السبل ، الصبر على هذا ، ويسلم لك دينك خير لك
ورأيته ينكر الخروج على الأئمة ، وقال: الدماء ! لا أرى ذلك ، ولا آمر به
"Subahanallah! Darah ! Darah ! Saya tidak sependapat dengan hal tersebut dan tidak pula menganjurkannya. Bersabar pada keadaan kita saat ini jauh lebih baik dari pada fitnah dan ditumpahkannya darah, dihalalkannya harta dan dijatuhkannya kehormatan. Apakah anda tidak mengatahui apa yang telah terjadi pada manusia masa silam (yaitu fitnah)?"
"Maka aku menjawab : Bukankah saat ini pun manusia sudah berada didalam fitnah wahai Abu 'Abdillah?"
"Kemudian beliau menjawab : Walaupun demikian, namun ini adalah fitnah yang khusus. Apabila pedang telah terhunus, fitnah telah meluas dan jalan jalan telah tertutup, maka sabar dalam keadaan seperti saat ini dan menyelamatkan agamamu adalah lebih baik bagimu!"
"Saya melihat beliau mengingkari memberontak terhadap para penguasa (pemerintah) dan beliau berkata : ' Darah, saya tidak sependapat dengan hal tersebut dan tidak pula memerintahkannya." (As Sunnah Lil Hilali 123/1-89)
Perhatikan kisah dibawah ini tentang kesabaran Imam Ahmad.
Dikutip secara singkat dari kisah menuntut ilmunya Baqi bin Makhlad rahimahullah dalam kitab Shafahat min Shabril ‘Ulama’,
Baqi bin Makhlad rahimahullah, adalah orang Andalus (Spanyol), yang pergi dalam rangka menuntut ilmu ke Baghdad (Irak) untuk belajar kepada Imam Ahmad Rahimahullah Ta'ala.
Ketika sampai di Baghdad, beliau mengetahui bahwa di Baghdad sedang terjadi fitnah orang dipaksa mengatakan "Al-Qur'an adalah Makhluk", mulai dari Khalifah Ma'mun, Mu'tasim dan Wastiq.
Ketika terjadi fitnah itu, Imam Ahmad disiksa dan dipenjara (karena tidak mau mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk) selama 28 bulan (2 tahun, 4 bulan). Ketika keluar dari penjara, beliau dilarang untuk mengajar.
Lalu Baqi bin Makhlad datang ke rumah Imam Ahmad ditunjukkan oleh seseorang, beliau mengetuk pintu, lalu mengatakan : Ana penuntut ilmu yang datang dari negeri yang sangat jauh (Spanyol) untuk mendengarkan darimu Hadist Rasulullah salallahu alaihissalam.
Lalu Imam Ahmad berkata : Apakah kamu tidak tau apa yang terjadi kepadaku? Yaitu aku dilarang untuk mengajar.
Baqi bin Makhlad menjawab : Naam, saya mengetahui itu dari orang-orang saat kakiku menginjakkan tanah Baghdad. Akan tetapi bisa disiasati, aku menyamar sebagai seorang pengemis, yang setiap hari datang ke rumahmu. Lalu engkau membacakan kepadaku satu atau dua Hadist, itu sudah mencukupi bagiku.
Imam Ahmad mengatakan : Akan tetapi ada syaratnya.
Baqi bin Makhlad menjawab : Apa itu?
Imam Ahmad : Jangan kau hadiri majelis ilmu siapapun. Karena jika engkau hadir majelis ilmu, polisi akan mengetahui. Dan itu mudhorot bagimu dan bagiku.
Akhirnya mereka melakukan hal itu setiap hari.
Baqi bin Makhlad datang setiap hari ke rumah Imam Ahmad dengan baju yang sangat lusuh, dan Imam Ahmad pun menyambut beliau dengan memberi makan dan sekaligus ilmu.
Hal ini berlalu sangat lama, hingga akhirnya Imam Ahmad diizinkan lagi untuk mengajar di zaman Khalifah Mutawakkil.
Imam Ahmad sangat memuliakan Baqi bin Makhlad karena semangatnya dan kesabaran setelah beberapa waktu selalu menyamar sebagai pengemis demi untuk mendapatkan ilmu. (Shafahat min Shabril ‘Ulama’).
Kisah di atas mengajarkan kepada kita semua, bagaimana kesabaran beliau dalam mentaati penguasa yang menzaliminya. Dan kesabaran Baqi bin Makhlad dalam menuntut ilmu. Dimana rihlah beliau yang begitu jauh dari Spanyol sampai Bagdad dan penyamaran beliau menjadi pengemis untuk menuntut ilmu agama.
AFM
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.