Dari Abdullah bin Abbas rodhiyallahu 'anhuma bahwa Rosulullah ﷺ bersabda,
البركة مع أكابركم
"Keberkahan Allah itu bersama para ulama kalian." (HR Thabrani dalam Al-Ausath dan Al-Hakim berkata hadits ini shahih berdasarkan syarat imam Muslim, Silsilah Ash-Shohihah no. 1778)
Berkah artinya kebaikan dari Allah yang berlimpah dan berkesinambungan, sebagaimana asal katanya yaitu al-buruk yang artinya menetap.
Umur yang diberkahi adalah umur yang diliputi oleh kebaikan-kebaikan dan berkesinambungan.
Harta yang diberkahi adalah harta yang diperoleh dengan cara yang halal dan dikeluarkan untuk kebaikan dan berkesinambungan.
Ilmu yang diberkahi adalah ilmu yang menjadi sebab kebaikan bagi pemiliknya, menumbuhkan rasa takut yang benar, cinta yang tulus, harapan yang besar kepada Allah.
Begitu pula dengan keberkahan para ulama maknanya kebaikan ada bersama mereka yaitu dengan merujuk kepada mereka, bertanya, meneladani mereka dalam kebaikan dari ilmu-ilmu yang diajarkan.
Oleh sebab itu sebagian salaf berdoa,
اللهم استر عيب شيخى عني ولا تذهب بركة علمه مني
"Ya Allah tutupilah dariku aib guruku dan janganlah Engkau hilangkan bagiku keberkahan ilmunya."
Maka bukanlah yang dimaksud keberkahan para ulama itu dengan berebut bekas air minumnya, mengusap pakaiannya dan jasadnya. Karena yang demikian itu hanya khusus bagi Rosulullah ﷺ.
Sebab itu tidak ada dari kalangan shohabat dan tabiin yang tabarruk (ngalap berkah) dari bekas minumnya Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali maupun keluarga Rosulullah ﷺ, padahal mereka adalah orang-orang yang sholih dan utama.
Keberkahan para ulama juga tidak dengan mengusap kuburannya, sholat, berdoa dan membaca Al-Qur'an di sekitar makamnya. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah,
“Kalau sekiranya berdoa di sisi kuburan, sholat di sisinya, mencari berkah dengannya merupakan suatu keutamaan atau disunnahkan atau diperbolehkan, tentu para shohabat Nabi Muhajirin dan Anshor telah mendahului kita dalam mengamalkannya serta mencontohkannya kepada generasi setelah mereka."
(Ighotsatul Lahfan 1/204)
Demikian pula Al-Imam Al-Munawi Asy-Syafii menegaskan,
"Sholat di kuburan dalam rangka tabarruk adalah perbuatan yang menyelisihi petunjuk Nabi ﷺ yaitu apabila niatnya ingin mencari berkah dari Allah dengan sholatnya itu di kuburan maka dia telah mengadakan bid'ah dalam beragama."
(Faidhul Qodir 6/501)
Dan mengusap-usap kuburan dan menciumnya adalah tradisinya orang-orang Yahudi dan Nashoro sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Ghozzali dalam Al-Ihya'. Siapa yang mengerjakannya maka dia telah tasyabbuh (menyerupai) mereka.
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.