Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Saturday, January 21, 2023

Tawassul Yang Disyariatkan dan Yang Dilarang

Tawassul Yang Disyariatkan dan Yang Dilarang
Bismillah...

Tawassul artinya menjadikan sesuatu sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tawassul ada yang masyru' (disyariatkan) dan yang mamnu' (dilarang).

https://t.me/manhajulhaq 

Syaikh Al-'Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,

"Para ulama seperti Ibnul Qayyim dan selain beliau menyebutkan tawassul ada tiga macam,

1). Tawassul Syirik Akbar

Seperti berdoa kepada mayyit, beristighatsah kepada mayyit, menyembelih dan bernadzar untuk mayyit (dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah). 

Allah ta'ala berfirman,

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar: 3)

Allâh juga berfirman :

وَمَنْ يَّدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهٗ بِهٖۙ فَاِنَّمَا حِسَابُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ

"Barang siapa berdoa kepada sesembahan selain Allâh, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Rabbnya. Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung".  [al-Mu’minûn/23:117]

Contoh Tawassul Syirik.

Doa Shalawat Tawassul yang tercantum dalam sebagian buku Tuntunan Ziarah Walisongo, yang berbunyi:

الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدِيْ يَا شَيْخَ عَبْدَ الْقَادِرِ الْجَيْلاَنِيْ مَحْبُوْبَ اللهِ أَنْتَ صَاحِبُ الإِجَازَةِ إِجَازَة مُحَمَّدٍ مُحَمَّدٌ إِجَازَةُ اللهِ أَنْتَ صَاحِبُ الْكَرَامَةِ كَرَامَةُ مُحَمَّدٍ مُحَمَّدٌ كَرَامَةُ الله أنْتَ صَاحِبُ الشَّفاعَةِ شَفَاعَةُ مُحَمَدٍ مُحَمَّدٌ شَفَاعَةُ الله يا شَيْخَ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلاَنِيْ أَغِثْنِيْ أَغِثْنِيْ أَغِثْنِيْ سَرِيْعًا بِعِزَّةِ الله

"Semoga sholawat dan salam dilimpahkan kepada engkau wahai tuanku wahai Syeikh Abdulqadir Jailani, orang yang dicintai Allâh. Engkaulah pemilik ijazah, ijazah Muhammad dan Muhammad adalah ijazah Allâh. Engkaulah pemilik karamah, karamah Muhammad dan Muhammad adalah karamah Allâh. Engkaulah pemilik syafaat, syafaat Muhammad, Muhammad syafaat Allâh. Wahai Syeikh Abdulqadir al-Jaelani tolonglah aku tolonglah aku tolonglah aku segera, dengan kemulian Allâh”. [Tuntunan Ziarah Walisongo karya Abdul Muhaimin (hal. 142-143)]

Sebagian bait-bait “Burdah” yang berisi istighatsah, permohonan perlindungan dan bantuan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya:

يَا أَكْرَمُ الْخَلقِ مَا لِيْ مَنْ أَلوذُ بِهِ  

                     سِوَاكَ عِنْدَ حُلُوْلِ الْحَادِثِ الْعَمَمِ

ما سَامَنِيْ الدَّهْرُ ضَيْمًا و اسْتَجَرْتُ بِهِ  

               إلاَّ  وَ نِلْتُ جِوَارًا مِنْهُ لَمْ يُضَمِ

وَمَنْ تَكُنْ بِرَسُوْلِ الله نُصْرَتُهُ   

                        إِنْ تَلْقَهُ الأُسْدُ فِيْ آجَامِهَا تَجِمُ

Wahai makhluk termulia (maksudnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ), aku tidak memiliki tempat berlindung kecuali engkau saat bahaya melanda.

Setiap zaman menganiaya diriku, lalu aku berlindung kepadanya (Nabi Muhammad), akupun mendapatkan keselamatan dan perlindungan darinya, tidak teraniaya.

Barangsiapa yang menjadikan Rasûlullâh sebagai penolongnya, jika bertemu singa di kandang pun akan diam saja”.

2). Tawassul Bid'ah (Tidak Ada Petunjuknya Dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam)

Tawassul dengan dzat makhluk seperti ucapan, "Allaahumma inni as'aluka bidzaati Fulan.." (Ya Allah aku memohon kepada Engkau dengan perantaraan si Fulan), "Allaahumma inni as'aluka bi'ibadikasshalihin.." (Ya Allah aku memohon kepada engkau dengan perantara hamba-Mu yang saleh), "Allaahumma inni as'aluka bi Muhammad.. Nabi Musa.." (Ya Allah aku memohon kepada engkau dengan perantara Nabi Muhammad.. Nabi Musa); tawassul semacam ini bid'ah menjadi sarana kepada kesyirikan.

Imam Abu Hanifah (w. 150 H) mengingatkan, “Tidak diperkenankan bagi orang yang berdoa untuk mengucapkan, ‘Aku memohon pada-Mu dengan hak fulan, atau hak para nabi dan rasul-Mu…’ “.

[Syarh al-‘Aqîdah ath-Thahâwiyyah karya Ibn Abi al-‘Izz (I/362), It-hâf as-Sâdah al-Muttaqîn karya az-Zabidy (II/285) dan Syarh al-Fiqh al-Akbar karya Ali al-Qary (hal. 198)]

Contoh Tawassul Bid’ah

Tawassul yang ada dalam Shalawat Badar yang sangat masyhur di kalangan masyarakat Indonesia.

تَوَسَّلْنَا بِبِسْمِ اللهِ               وَبِالْهَادِي رَسُوْلِ اللهِ

وَكُلِّ مُجَاهِدٍ لِلّهِ                 بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَا اللهُ

"Kami bertawassul dengan nama Allâh, dan dengan sang pembawa petunjuk; Rasûlullâh

Serta dengan setiap orang yang berjihad karena Allâh, dengan ahli Badar, wahai Allâh".

[Tuntunan Ziarah Walisongo (hal. 131)]

3). Tawassul Masyru' (Disyariatkan)

Tawassul dengan menyebut nama Allah dan sifat-Nya yang mulia seperti ucapan, "As'aluka birahmatik.." (Aku memohon kepada Engkau ya Allah dengan rahmat-Mu), "As'aluka bi'ilmik.." (Aku memohon kepada Engkau dengan ilmu-Mu), "As'aluka bi-ihsaanik.." (Aku memohon kepada Engkau dengan kebaikan-Mu). 

Dalilnya firman Allah ta'ala,

وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

"Hanya milik Allah asma'ul husna (nama-nama yang indah), maka bermohonlah kepada-Nya dengan asma'ul husna itu." (QS. Al-A'raf: 180)

Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang mengucapkan:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، اَلْمَنَّانُ، يَا بَدِيْعَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، إِنِّي أَسْأَلُكَ ( الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ ).

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu. Sesungguhnya bagi-Mu segala pujian, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Mu, Maha Pemberi nikmat, Pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya. Ya Rabb Yang memiliki keagungan dan kemuliaan, ya Rabb Yang Mahahidup, ya Rabb yang mengu-rusi segala sesuatu, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu agar dimasukkan (ke Surga dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa Neraka).”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَقَدْ دَعَا اللهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيْمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ، وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى.

Sungguh engkau telah meminta kepada Allah dengan Nama-Nya yang paling agung yang apabila seseorang berdo’a akan dikabulkan, dan apabila ia meminta akan dipenuhi permintaannya". [HR. Abu Dawud (no. 1495), an-Nasa-i (III/52) dan Ibnu Majah (no. 3858), dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu. Shahiih Ibni Majah (II/329).

Juga hadits lain yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a:

يَاحَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ أَصْلِح لِى شَأْنِي كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ.

Wahai Rabb Yang Mahahidup, wahai Rabb Yang Mahaberdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu) dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku meski sekejap mata sekali pun (tanpa mendapat pertolongan-Mu).” [HR. An-Nasa-i, al-Bazzar dan al-Hakim (I/545), Shahiihut Targhiib wat Tarhiib (I/417, no. 661)]

Begitupula tawassul dengan amalan saleh, tawassul dengan keimanan, tawassul dengan doa orang saleh yang masih hidup, maka semua itu bentuk tawassul yang disyariatkan." (binbaz.org.sa)

Bertawassul dengan keimanan.

Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Yaitu orang-orang yang berdo’a: ‘Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa Neraka.” [Ali ‘Imran/3: 16, Ali ‘Imran/3: 53 dan 193-194]

Bertawassul dengan amal shalih.

Kisah tiga orang penghuni gua yang bertawassul kepada Allah dengan amal-amal mereka yang shalih lagi ikhlas, yang mereka tujukan untuk mengharap wajah Allah Yang Mahamulia, maka mereka diselamatkan dari batu yang menutupi mulut gua tersebut [HR. Al-Bukhari (no.2272, 3465) dan Muslim (no. 2743) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma. Riyaadhush Shaalihiin (no. 12, bab Ikhlas)]

Tawassul dengan doa orang saleh yang masih hidup

‘Umar bin Al Khattab kepada Al ‘Abbas bin ‘Abdul Muthollib, paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggal dunia,

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻧَﺘَﻮَﺳَّﻞُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺑِﻨَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻓَﺘَﺴْﻘِﻴﻨَﺎ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﻧَﺘَﻮَﺳَّﻞُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺑِﻌَﻢِّ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻓَﺎﺳْﻘِﻨَﺎ

Ya Allah, sesungguhnya kami DAHULU bertawassul kepada-Mu lewat perantaraan Nabi-Mu, maka turunkanlah hujan pada kami. Dan SEKARANG kami bertawassul kepada-Mu lewat perantaraan paman Nabi kami, maka turunkanlah pula hujan pada kami.” (HR. Bukhari no. 1010).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid032JDnST3bcab8Q6ycave74wHk94mQW8xmYhj2kqmCsTFVi7rkohCndCHnq5NtHpy2l&id=100001764454087

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive