Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Saturday, March 18, 2023

Khabits (buruk, menjijikkan) TIDAK Selalu Haram

Khabits (buruk, menjijikkan) TIDAK Selalu Haram
Bismillah...

Lafal "khabits" (الخبيث) yang dimaknai 'menjijikan', tidak selalu menunjukkan akan haramnya sesuatu dalam Islam. Kadang ia bermakna rendah atau hina, tanpa ada maksud pengharaman. 

Contohnya:

(1) Firman Allah Ta'ala:

 وَلَا تَيَمَّمُواْ ٱلۡخَبِيثَ مِنۡهُ تُنفِقُونَ وَلَسۡتُم بِـَٔاخِذِيهِ إِلَّآ أَن تُغۡمِضُواْ فِيهِۚ 

"Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan (dari infaq), padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya." [Q.S. Al Baqarah, ayat 267]

Ayat tersebut tidak mengharamkan sedekah atau infaq dengan barang yang remeh atau bernilai rendah. Tetap sah sebagai sedekah dan berpahala. 

(2) Perkataan Rasulullah tentang dua bawang:

مَن أَكَلَ مِن هاتينِ الشَّجَرتينِ الخَبيثَتينِ، فلا يَقربنَّ مَسجِدَنا، فإن كُنتُمْ لابُدَّ آكِليهِما، فأَميتوهُما طبخًا

"Barangsiapa yang makan dari dua pohon khabits ini, maka jangan dekati masjid kami! Jika kalian harus memakan keduanya, maka netralisir dengan memasaknya. "

Rasulullah mensifati bawang merah dan bawang putih dengan sifat khabits. Bahkan melarang pemakannya untuk mendekati masjid. Yang dimaksud dari kedua bawang ini adalah yang masih mentah. Memakannya makruh dan menjadi udzur bagi orang yang terdapat illat pada dirinya yaitu bau mulut yang tak sedap akibat memakan bawang mentah. 

Kedua bawang ini tidak haram meskipun disifati khabits. Dan sifat menjijikkan yang Rasul maksud ada pada aroma di mulut pemakannya, bukan pada dzat pohon atau bawangnya. 

Adapun memakan bawang yang telah dimasak sehingga aromanya bisa dinetralisir, maka hilang kemakruhannya. 

(3) Perkataan Rasulullah tentang pendapatan tukang bekam:

وكسب الحجام خبيث

"Pendapatan tukang bekam itu khabits."

Vonis akan khabitsnya pendapatan tukang bekam senazham dan sebarisan dengan kalimat Rasul sebelumnya:

ثمن الكلب خبيث ومهر البغي خبيث

"Harga jual anjing itu khabits. Harga sewa pelacur itu khabits."

Keduanya jelas haram. Namun mengapa jumhur ulama tidak mengharamkan pendapatan tukang bekam padahal sama-sama disifati khabits? 

Jawabannya:

1. Dalam Bahasa Arab, khabits adalah hal yang dibenci baik perkataan, perbuatan, hewan, orang, benda, makanan dan minuman. Dan dibencinya sesuatu tidak melazimkan haramnya ia. Ada yang haram ada yang tidak. 

2. Untuk mahar anjing dan pelacur, tidak ada dalil yang mengalihkan kemungkinan haram menuju selain haram. Adapun penghasilan tukang bekam, ada dalil yang mengalihkannya, yaitu Rasulullah pernah berbekam dan memberikan pembekam ajr (upah). Maka jumhur membolehkan memberi upah pada tukang bekam atas jasanya, dengan adanya kemakruhan (khususnya bagi penerimanya). Namun, perlu diingat bahwa kemakruhan bisa hilang karena adanya hajat. Yang mana boleh jadi tukang bekam saat itu membutuhkan upah dan uang. 

3. Masyhur di kalangan ulama kaedah:

إن القران في النظم لا يوجب القران في الحكم 

"Persandingan di teks tidak mengharuskan bersandingnya di hukum." [lihat Ushul as-Sarakhsy dan al-Mustashfa]

Bersandingnya kekhabitsan mahar anjing, mahar pelacur dan penghasilan tukang bekam, tidak mengharuskan kesamaan hukum semua dari ketiga itu. Melainkan boleh jadi berbeda. Terutama jika ada dalil lain yang menguatkan salah satu dari beberapa sebutan yang bersandingan. 

Maka, wallahu a'lam, pemahaman khabits secara bahasa dan syariat rupanya tidak sepakem satu makna lalu selesai. Melainkan, ada tinjauan yang layak dikaji sehingga menghasilkan faedah dan istinbath hukum yang tepat. 


Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02PH5Ckm2y7KHBe1Km9QrxLh8Dqdw3whZDbjwE7FHT9EQTQ2YdEMqs852v5hVxft98l&id=100000941826369

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive