Waktu Pembayaran Zakat Fitri
Kapankan Wajib Zakat Fitri?
Para fuqoha berselisih pendapat tentang kapan waktu wajib membayar zakat fitri, setidaknya ada dua pendapat
1. Waktu wajib zakat fitri adalah dengan tenggelamnya matahari di akhir ramadhan, ini adalah pendapat Hanabilah dan Syafi’iyah serta pendapat ynng masyhur di kalangan Malikiyah. pendapat ini juga dipilih oleh syeikh Ibn Utsaimin dan difatwakan pula oleh Lajnah Daimah.
2. Waktu wajib zakat fitri adalah dengan terbitnya fajar di hari raya idul fitri, ini adalah pendapat Hanafiyah dan Dhahiriyah dan salah satu pendapat Malikiyah serta pendapat Al Laits dan Ibn Mundzir.
Waktu Afdhol (utama) Zakat Fitri
Waktu afdhol (utama) membayar zakat fitri adalah pada hari Id dan sebelum dilaksanakannya shalat Id, hal ini adalah ijma ulama sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Al ‘Abdary dan Ibnu Al Hajib.
Bolehkah Mendahulukan Zakat Fitri?
Boleh mendahulukan pembayaran zakat fitri 1 atau 2 hari dari waktu aslinya. ini adalah pendapat madzhab Malikiyah, Hanabilah serta dipilih oleh Asy Syaukani, Ibnu Baz dan Ibnu ‘Utsaimin.
Al Bukhari dalam Shahihnya meriwayatkan,
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ – رضى الله عنهما – يُعْطِيهَا الَّذِينَ يَقْبَلُونَهَا ، وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ
“Dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma memberikan zakat fithri kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari Raya ‘Idul Fithri.” (HR Bukhari no 1511)
Sedangkan membayar zakat fitri lebih awal dari 2 hari sebelum Id dalam madzhab Hanabilah makruh hukumnya sedangkan dalam madzhab Asy Syafi’iyah dibolehkan membayar zakat fitri diawal ramadhan, namun ini adalah pendapat yang lemah terlebih bila tidak ada kebutuhan atau kesulitan.
Ibnu Qudamah dalam kitab Al Mughni mengatakan,
“Seandainya zakat fitri jauh-jauh hari sebelum ‘Idul fitri telah diserahkan, maka tentu saja hal ini tidak mencapai maksud disyari’atkannya zakat fitri yaitu untuk memenuhi kebutuhan si miskin di hari ‘ied. Ingatlah bahwa sebab diwajibkannya zakat fitri adalah hari fitri, hari tidak lagi berpuasa. Sehingga zakat ini pun disebut zakat fitri. … Karena maksud zakat fitri adalah untuk mencukupi si miskin di waktu yang khusus (yaitu hari fitri), maka tidak boleh didahulukan jauh hari sebelum waktunya.”
Berapa Kadar Zakat Fitri?
Kadar wajib membayar zakat fitri adalah1 Sho’ makanan pokok suatu negeri.
Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كُنَّا نُعْطِيهَا فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ
“Dahulu di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kami menunaikan zakat fithri berupa 1 sho’ bahan makanan, 1 sho’ kurma, 1 sho’ gandum atau 1 sho’ kismis.” (HR Bukhari no 1508)
Berapa Kadar 1 Sho’ itu?
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah kadar 1 Sho’ dalam timbangan gandum dan beras, setidaknya ada 3 pendapat:
1. 1 Sho’ itu setara dengan 3000 gram ini adalah pendapat Lajnah Daimah, dan Syeikh Abdul Aziz bin Baz
2. 1 Sho’ setara dengan 2400 gram ini adalah pendapat syeikh Muhammad bin Ibrahim Al Mubarak Al Maliki Al Ahsai
3. 1 Sho’ setara dengan 2040 gram ini adalah pendapat Syeikh Ibnu ‘Utsaimin. Syeikh Labib Najib pun menerangkan bahwa yang rojih dalam madzhab Syafi’iyah 1 Sho’ setara dengan 2040 gram.
Maka jika zakat fitri dikeluarkan 2,5 kg beras seperti kebiasaan di negeri kita, sudah dianggapp sah.
Wallahu ta’al a’lam
Referensi:
– Mulakhas Fiqh Al Ibadat, cet Ad Durar As Saniyah tahun 2018
– Al Hawasyi As Sabi’aat, Syeikh Ahmad bin Nashir Al Qu’aimi, cet Asfar tahun 2018
– Zad Al Mustaqni, Musa Al Hijawi, cet Dar Athlas Al Khadzhra’ tahun 2017
– Al Mughni, Ibnu Qudamah, cet Dar Alam Al Kutub tahun 1997
https://hamalatulquran.com/bekal-ramadhan-25-kapan-waktu-pembayaran-zakat-fitrah/
•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•
Penulis: Muhammad Fatwa Hamidan
(Alumni PP. Hamalatul Quran dan Mahasiswa sarjana fakultas syariaah, Universitas Islam Madinah)
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.
