Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Monday, August 28, 2023

Setoran Sedekah Untuk Imam?

Bismillah...

Suatu ketika, seorang pembesar pergerakan islam, murobbi nomor wahid di jamaah tersebut, mendoktrin jamaahnya agar berinfak atau berSEDEKAH dulu sebelum berbicara dengan pimpinan (imam). Beliau pun mengutip sebuah ayat dalam alquran. 

Allah Ta'ala berfirman, 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نَٰجَيْتُمُ ٱلرَّسُولَ فَقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىْ نَجْوَىٰكُمْ صَدَقَةً ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَأَطْهَرُ ۚ فَإِن لَّمْ تَجِدُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan SEDEKAH sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan diSEDEKAHkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surah Al-Mujadalah ayat 12).

Saya katakan, tidak benar penafsirannya seperti itu, makna yang benar sebagaimana para ulama salaf pahami, bahwa itu berkenaan dengan para sahabat yang mau bicara khusus dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam hendaklah berSEDEKAH terlebih dahulu kepada orang miskin. Bukan SEDEKAH kepada Nabi, karena Nabi dan keluarganya TIDAK menerima SEDEKAH

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah tentang ayat diatas, 

يقول تعالى آمرا عباده المؤمنين إذا أراد أحدهم أن يناجي رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أي : يساره فيما بينه وبينه ، أن يقدم بين يدي ذلك صدقة تطهره وتزكيه وتؤهله لأن يصلح لهذا المقام 

Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, bahwa apabila seseorang dari mereka hendak melakukan pembicaraan khusus dengan Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam, hendaklah ia terlebih dahulu mengeluarkan SEDEKAH sebelumnya untuk membersihkan dan menyucikan dirinya serta mempersiapkan diri agar menjadi orang yang layak untuk mendapat perhatian khusus. (Tafsir Ibnu Katsir). 

Disebutkan dalam Tafsir Al Muyassar, 

يا أيها الذين صدَّقوا الله ورسوله وعملوا بشرعه، إذا أردتم أن تُكلِّموا رسول الله صلى الله عليه وسلم سرًّا بينكم وبينه، فقدِّموا قبل ذلك صدقة لأهل الحاجة، ذلك خير لكم لما فيه من الثواب، وأزكى لقلوبكم من المآثم، فإن لم تجدوا ما تتصدقون به فلا حرج عليكم؛ فإن الله غفور لعباده المؤمنين، رحيم بهم. 

Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNya serta melaksanakan syariatNya, bila kalian hendak berbicara kepada Rasulullah secara rahasia empat mata, maka sebelum itu berikanlah SEDEKAH kepada orang-orang yang membutuhkan. Ini lebih baik bagi kalian, karena ini mengandung pahala dan lebih bersih bagi hati kalian dari dosa. Namun bila kalian tidak memiliki sesuatu untuk diSEDEKAHkan, maka tidak mengapa, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi hamba-hambaNya yang beriman lagi Maha Penyayang kepada mereka. (Tafsir Al Muyassar). 

Dalil berkenaan dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menerima SEDEKAH begitu banyaknya, diantaranya :

Berkata Abu Hurairah radhiallahu’anhu, 

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتي بطعام سأل عنه : أهدية أم صدقة ؟ فإن قيل صدقة قال لأصحابه : (كلوا ) ولم يأكل وإن قيل : هدية ضرب بيده صلى الله عليه وسلم فأكل معهم

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika didatangkan makanan kepada beliau, beliau akan bertanya: ini HADIAH ataukah SEDEKAH? Jika dijawab SEDEKAH, beliau bersabda kepada para sahabatnya: makanlah makanan ini! Dan beliau sendiri TIDAK MEMAKANNYA. Namun jika dijawab HADIAH, beliau menepukkan tangannya pada makanan tersebut dan memakannya bersama dengan para sahabatnya.” (HR. Bukhari Muslim).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ هذه الصَّدَقةَ، إنَّما هي أوساخُ النَّاسِ، وإنَّها لا تَحِلُّ لمُحمَّدٍ ولا لآلِ مُحمَّدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم. 

Sesungguhnya SEDEKAH ini adalah kotoran manusia, tidak halal bagi Muhammad dan keluarga Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan keluarganya". (HR. Muslim). 

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّا آلُ مُحَمَّدٍ لَا تَحِلُّ لَنَا الصَّدَقَةُ وَمَوْلَى الْقَوْمِ مِنْهُمْ 

"Sesungguhnya Kami Keluarga Muhammad tidak halal bagi Kami menerima SEDEKAH, demikian juga para budak-budak yang dimerdekakan dari mereka (keluarga Muhammad) ”. (HR. Ahmad). 

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّا لاَ نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ؟

"Tidakkah engkau mengetahui bahwa kita tidak boleh memakan harta SEDEKAH?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ آلَ مُحَمَّدٍ لاَ يَأْكُلُونَ الصَّدَقَةَ؟

Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya Muhammad dan keluarganya tidak boleh memakan harta SEDEKAH?” (HR. Bukhari). 

Ketika Salman Al Farisi radhiyallahu anhu, mau mengetes apakah Muhammad itu Rasulullah atau bukan, beliau pun membawa kurma sebagai SEDEKAH, apakah dia menerima atau tidak. Jika menerima, berarti dia bukan Nabi, jika menolak, berarti itu benar Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 

Berkata Salman Al Farisi radhiyallahu anhu, 

إِنَّهُ قَدْ بَلَغَنِي أَنَّكَ رَجُلٌ صَالِحٌ وَمَعَكَ أَصْحَابٌ لَكَ غُرَبَاءُ ذَوُو حَاجَةٍ ، وَهَذَا شَيْءٌ كَانَ عِنْدِي لِلصَّدَقَةِ ، فَرَأَيْتُكُمْ أَحَقَّ بِهِ مِنْ غَيْرِكُمْ ، قَالَ فَقَرَّبْتُهُ إِلَيْهِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّه صلى الله عليه وسلم لِأَصْحَابِهِ : كُلُوا . وَأَمْسَكَ يَدَهُ فَلَمْ يَأْكُلْ ، قَالَ فَقُلْتُ فِي نَفْسِي هَذِهِ وَاحِدَةٌ ، ثُمَّ انْصَرَفْتُ عَنْهُ فَجَمَعْتُ شَيْئًا ، وَتَحَوَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِلَى الْمَدِينَةِ ، ثُمَّ جِئْتُ بِهِ ، فَقُلْتُ إِنِّي رَأَيْتُكَ لا تَأْكُلُ الصَّدَقَةَ وَهَذِهِ هَدِيَّةٌ أَكْرَمْتُكَ بِهَا ، قَالَ فَأَكَلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنْهَا ، وَأَمَرَ أَصْحَابَهُ فَأَكَلُوا مَعَهُ ، قَالَ فَقُلْتُ فِي نَفْسِي هَاتَانِ اثْنَتَانِ 

"Sesungguhnya telah sampai kepadaku kabar bahwasanya engkau adalah seorang yang saleh, engkau memiliki beberapa orang sahabat yang dianggap asing dan miskin. Aku membawa sedikit SEDEKAH, dan menurutku kalian lebih berhak menerima SEDEKAHku ini daripada orang lain.’ 

Aku pun menyerahkan SEDEKAH tersebut kepada beliau, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat, ‘Silakan kalian makan, sementara beliau TIDAK MENYENTUH SEDEKAH itu dan tidak memakannya. Aku berkata, ‘Ini satu tanda kenabiannya.’

Aku pulang meninggalkan beliau untuk mengumpulkan sesuatu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berpindah ke Madinah. Kemudian pada suatu hari, aku mendatangi beliau sambil berkata, ‘Aku memperhatikanmu tidak memakan pemberian berupa SEDEKAH, sedangkan ini merupakan HADIAH sebagai penghormatanku kepada engkau.’

Kemudian Rasulullah makan sebagian dari HADIAH pemberianku dan memerintahkan para sahabat untuk memakannya, mereka pun makan HADIAHku itu. Aku berkata dalam hati, ‘Inilah tanda kenabian yang kedua.’ (HR. Ahmad). 

Inilah perlunya memahami dalil dengan pemahaman yang benar, tidak sebagaimana pemahaman sang tokoh murobbi di atas, yang memahami dalil dengan akal dan perasaannya sendiri. 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0hM9SALu6ggtTqairNRWehGPo6qGRxWy6TVQBA9MzckbkdGbZFEc4vvrSURQqJN4cl&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive