Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Monday, September 4, 2023

Karangan Bunga Belasungkawa

Karangan Bunga Belasungkawa Menurut Islam
Bismillah...

Jika ada orang yang meninggal dunia, seharusnya orang yang datang membawakan makanan untuk keluarga si mayat. Bukan keluarga si mayat yang sibuk-sibuk menyiapkan makanan dan minuman bagi para pelayat. Apalagi sampai 7 hari berturut-turut. 

Ketika sampai berita kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam kematian anak pamannya Ja’far bin Abi Tolib radhiallahu anhu dalam perang Mu’tah, maka beliau bersabda:

اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا ، فَقَدْ أَتَاهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ (رواه الترمذي، رقم 998 وحسنه ، وأبو داود، رقم 3132 وابن ماجه، رقم 1610 وحسنه ابن كثير والشيخ الألباني)

Masakkan makanan untuk keluarga Ja’far, sungguh telah datang kepada mereka sesuatu yang menyibukkannya.” (HR. Tirmizi, no. 998, dinyatakan hasan oleh Abu Dawud, no. 3132, ibnu Majah, no. 1610)

Berkata Imam Syafi’I rahimahullah, 

وَأُحِبُّ لِجِيرَانِ الْمَيِّتِ أَوْ ذِي قَرَابَتِهِ أَنْ يَعْمَلُوا لِأَهْلِ الْمَيِّتِ فِي يَوْمِ يَمُوتُ وَلَيْلَتِهِ طَعَامًا يُشْبِعُهُمْ فَإِنَّ ذَلِكَ سُنَّةٌ ، وَذِكْرٌ كَرِيمٌ ، وَهُوَ مِنْ فِعْلِ أَهْلِ الْخَيْرِ قَبْلَنَا وَبَعْدَنَا ". انتهى من "الأم " (1/317) .

Saya menyukai bagi tetangga mayit atau kerabatnya memasakkan makanan untuk keluarga mayit pada hari kematian dan malam harinya yang dapat mengenyangkan. Karena hal itu termasuk sunah dan menjadi kenangan yang baik serta termasuk perbuatan orang dermawan sebelum dan sesudah kami.” (Al-Umm, 1/317).

Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah, 

يُسْتَحَبُّ إصْلَاحُ طَعَامٍ لِأَهْلِ الْمَيِّتِ ، يَبْعَثُ بِهِ إلَيْهِمْ ، إعَانَةً لَهُمْ ، وَجَبْرًا لِقُلُوبِهِمْ ؛ فَإِنَّهُمْ رُبَّمَا اشْتَغَلُوا بِمُصِيبَتِهِمْ وَبِمَنْ يَأْتِي إلَيْهِمْ عَنْ إصْلَاحِ طَعَامٍ لَأَنْفُسِهِمْ ". انتهى من "المغني" (3/496) . 

Dianjurkan membuat makanan untuk keluarga mayat dan dikirim sebagai bantuan untuk mereka dan menghibur hatinya. Karena mereka terkadang sibuk dengan musibah dan kedatangan orang-orang kepadanya sehingga mereka tak sempat membuat makanan untuk dirinya.” (Al-Mughni, 3/496. Silahkan dilihat jawaban soal no.213425). 

https://islamqa.info/ar/answers/213425/

Imam Nawawi Asy-Syafi’i dalam kitab Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab menjelaskan :

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ * } ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﻻ ﻗﺮﺑﺎﺀ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺟﻴﺮﺍﻧﻪ ﺍﻥ ﻳﺼﻠﺤﻮﺍ ﻻﻫﻞ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻟﻤﺎ ﺭﻭﻯ ﺃﻧﻪ ﻟﻤﺎ ﻗﺘﻞ

ﺟﻌﻔﺮ ﺍﺑﻦ ﺍﺑﻰ ﻃﺎﻟﺐ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﺍﺻﻨﻌﻮﺍ ﻵﻝ ﺟﻌﻔﺮ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻓﺎﻧﻪ ﻗﺪ ﺟﺎﺀ ﻫﻢ

ﺃﻣﺮ ﻳﺸﻐﻠﻬﻢ ﻋﻨﻪ " {

* } ﺍﻟﺸﺮﺡ { …ﻭﺍﺗﻔﻘﺖ ﻧﺼﻮﺹ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻓﻲ ﺍﻻﻡ ﻭﺍﻟﻤﺨﺘﺼﺮ ﻭﺍﻻﺻﺤﺎﺏ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻻ ﻗﺮﺑﺎﺀ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺟﻴﺮﺍﻧﻪ

ﺍﻥ ﻳﻌﻤﻠﻮﺍ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻻﻫﻞ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﺑﺤﻴﺚ ﻳﺸﺒﻌﻬﻢ ﻓﻲ ﻳﻮﻣﻬﻢ ﻭﻟﻴﻠﺘﻬﻢ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺨﺘﺼﺮ ﻭﺍﺣﺐ ﻟﻘﺮﺍﺑﺔ

ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺟﻴﺮﺍﻧﻪ ﺍﻥ ﻳﻌﻤﻠﻮﺍ ﻻﻫﻞ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﻲ ﻳﻮﻣﻬﻢ ﻭﻟﻴﻠﺘﻬﻢ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻳﺸﺒﻌﻬﻢ ﻓﺎﻧﻪ ﺳﻨﺔ ﻭﻓﻌﻞ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺨﻴﺮ

ﻗﺎﻝ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﺸﺎﻣﻞ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﺻﻼﺡ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻭﺟﻤﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻠﻢ ﻳﻨﻘﻞ ﻓﻴﻪ ﺷﺊ ﻭﻫﻮ ﺑﺪﻋﺔ ﻏﻴﺮ

ﻣﺴﺘﺤﺒﺔ ﻫﺬﺍ ﻛﻼﻡ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﺸﺎﻣﻞ ﻭﻳﺴﺘﺪﻝ ﻟﻬﺬﺍ ﺑﺤﺪﻳﺚ ﺟﺮﻳﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ " ﻛُﻨَّﺎ ﻧَﻌُﺪُّ ﺍﻟْﺎِﺟْﺘِﻤَﺎﻉِ

ﺇﻟﻰ ﺃﻫﻞِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻭﺻُﻨَّﻌَﺔُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡِ ﺑَﻌْﺪَ ﺩَﻓْﻨِﻪِ ﻣﻦ ﺍﻟﻨِّﻴَﺎﺣَﺔِ "

Pengarang (Asy-Syirazi) berkata : Disunnahkan bagi keluarga dekat si mayit dan para tetangganya untuk memberi makanan kepada keluarga mayit berdasarkan riwayat bahwasanya Ketika berita kematian Ja'far datang sewaktu ia

terbunuh, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang sesuatu yang menyusahkan mereka.”

Penjelasan (Oleh Imam Nawawi) :

Dan disepakati oleh Nash-nash Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dan Al-Muhtashar dan para pengikutnya bahwasanya disunnahkan bagi keluarga dekat si mayit dan para tetangganya untuk memberi makanan kepada keluarga mayit dan bisa mengenyangkan mereka selama sehari semalam. 

Imam Syafi’i berkata dalam Al-Muhtashar : Dan saya menyukai bagi keluarga dekat si mayit dan para tetangganya untuk memberi makanan kepada keluarga mayit dan bisa mengenyangkan mereka selama sehari semalam karena itu sunnah dan merupakan perbuatan ahli kebaikan.

Penulis kitab Asy-Syamil mengatakan, "Adapun keluarga yang berduka menyiapkan makanan dan mengumpulkan orang-orang kepadanya, itu tidak pernah diriwayatkan sama sekali"

Dia menambahkan, "Hal ini bid’ah dan tidak dianjurkan, sebagaimana yang telah dipaparkan."

Demikianlah perkataan Pengarang kitab Asy-Syamil berdasarkan hadits dari Jarir bin Abdullah Bajali, dia berkata, “Kami (para sahabat) berpendapat bahwa berkumpul-kumpul di rumah keluarga mayit dan membuat makanan sesudah penguburannya termasuk ratapan” (Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab (Imam Nawawi) adalah kitab syarah Al-Muhadzdzab). 

Tetapi kalau tuan rumah menyiapkan minuman secangkir teh dan makanan ringan sebagai tuan rumah untuk para keluarga atau tamu yang hadir, maka diperbolehkan. Karena ini keumuman hadits untuk memuliakan tamu, bukan dalam rangka makan-makan dalam acara kematian. 

Berkata Aisyah Radhiallahu ‘Anha, 

أَنَّهَا كَانَتْ إِذَا مَاتَ المَيِّتُ مِنْ أَهْلِهَا، فَاجْتَمَعَ لِذَلِكَ النِّسَاءُ، ثُمَّ تَفَرَّقْنَ إِلَّا أَهْلَهَا وَخَاصَّتَهَا، أَمَرَتْ بِبُرْمَةٍ مِنْ تَلْبِينَةٍ فَطُبِخَتْ، ثُمَّ صُنِعَ ثَرِيدٌ فَصُبَّتِ التَّلْبِينَةُ عَلَيْهَا، ثُمَّ قَالَتْ: كُلْنَ مِنْهَا، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «التَّلْبِينَةُ مُجِمَّةٌ لِفُؤَادِ المَرِيضِ، تَذْهَبُ بِبَعْضِ الحُزْنِ»

Bahwasanya jika ada salah seorang anggota keluarganya wafat, maka berkumpullah kaum wanita. Lalu mereka berpisah kecuali keluarga dan orang-orang tertentu, lalu ‘Aisyah pun memerintahkan untuk memasak talbinah [semacam bubur dari tepung], lalu dibuatkan tsarid (roti yang diremukkan), lalu dia menuangkan talbinah itu di atasnya, lalu berkata: “Makanlah bubur ini! Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Talbinah bisa menyegarkan hati orang yang sakit, dan menghilangkan sebagian kesedihan.” (H.R. Muttafaq ‘Alaih) 

Ditanya Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah :

هل يجوز حضور مجلس العزاء والجلوس معهم؟

Pertanyaan: “Bolehkah menghadiri majelis ta’ziyah dan duduk bersama mereka?”

Beliau menjawab, 

إذا حضر المسلم وعزى أهل الميت فذلك مستحب؛ لما فيه من الجبر لهم والتعزية، وإذا شرب عندهم فنجان قهوة أو شاي أو تطيب فلا بأس كعادة الناس مع زوارهم

Jika seorang muslim hadir untuk menghibur keluarga si mayit maka ini disunnahkan, karena hal itu bisa memulihkan keadaan dan menghibur mereka, dan jika minum secangkir kopi, atau teh, diberikan wewangian, maka tidak apa-apa sebagaimana kebiasaan manusia dalam menyambut para peziarahnya. (Majmu’ Fatawa, 13/371).

Yang menjadi persoalan lagi di zaman sekarang ini, ketika orang meninggal dunia, apalagi yang meninggal dunia tersebut orang tersohor, orang kaya, konglomerat, artis, pejabat atau anak pejabat, dikirimlah karangan bunga belasungkawa, yang tidak ada manfaatnya bagi si mayit dan juga keluarganya, baik di dunia maupun di akhirat. 

Hal tersebut merupakan tasyabbuh kepada orang-orang kafir dan perbuatan mubazzir yang sia-sia dan tiada guna. 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02nvX86LXWi5CuHjVkEUPqeWLyMqD4c2JMCqHbnHGDHzug5aw2HquS3GmG7i1igwPul&id=100009878282155


AFM


Bahasan terkait

Acara Tahlilan

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1750011258671467&id=100009878282155

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive