ㅤ
Beliau melanjutkan, “Bahkan mereka mempraktekkan taklid buta kepada kakek moyang mereka. Mereka menganggap Al Qur’an hanya dibaca sekedar untuk mengambil berkahnya saja dan meraih pahala dari membacanya. Mereka tidak bermaksud untuk mentadabburi dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya” (Syarh Al Ushul As Sittah, Syaikh Shalih Al Fauzan, 10).
ㅤ
Padahal Al Qur’an dibaca untuk diamalkan, karena ia adalah sumber hidayah, Allah Ta’ala berfirman:
ㅤ
(إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ) (الإسراء: من الآية9)
ㅤ“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan hidayah kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al Isra: 9).
ㅤ
Allah Ta’ala juga memerintahkan kita untuk mentadabburi isi Al Qur’an, bukan sekedar membaca tanpa perenungan.
ㅤ
Allah Ta’ala berfirman:
ㅤ
(أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا) (محمد:24)
ㅤ“Maka apakah mereka tidak men-tadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
ㅤㅤ
Oleh : Al-Ustâdz Yulian Purnama
ㅤ
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.