“Salafus Shalih dari para imam ahli hadits berkata:
Niat dalam (mempelajari) ilmu adalah kamu meniatkan dengannya wajah Allah -jalla wa ‘alaa-.
Imam Ahmad berkata:
“Niat dalam ilmu adalah kamu berniat dengannya untuk mengangkat kejahilan dari dirimu.”
Dengan ini kamu memperhatikan bahwa mengangkat kejahilan itu ditujukan kepadamu. Sehingga apabila kamu menuntut ilmu maka pahamilah bahwa kamu belajar untuk mengangkat kebodohan dari dirimu.
Ketidaktahuan dalam hal apa?
Ketidaktahuan dalam tiga hal yang paling agung yang seorang hamba akan ditanya tentangnya di dalam kuburnya. Ketahuilah bahwa itu adalah kejahilan terhadap Allah, diinul Islam, dan Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wasallam-. Sungguh benar seseorang akan ditanya di dalam kuburnya. Bahkan setiap muslim dan muslimah akan ditanya tiga hal:
- Siapa Rabbmu?
- Apa agamamu?
- Dan siapa Nabimu?
Oleh karenanya ilmu yang bermanfaat ditujukan untuk mengangkat kejahilan –kejahilan laki-laki atau wanita- terhadap tiga hal ini.
Sehingga ia harus mempelajari apa hak dari Allah –jalla wa ‘alaa- terkait rububiyah-Nya dan peribadahan kepada-Nya semata juga nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang maha indah, mulia, dan sempurna.
Dan ia belajar tentang agama Islam berdasarkan dalil-dalil. Ia juga belajar tentang hak Nabi –shalallahu ‘alaihi wasallam- tentang nama, riwayat hidupnya, dan bukti-bukti kenabian Beliau –‘alaihish shalatu wassalam-.
Dia mempelajari hal itu semua agar menjadi seorang muslim yang mengangkat kejahilan dari dirinya dalam hal permasalahan-permasalahan yang sangat besar ini.
Dan jika ia sudah merasa tenang dengan bimbingan, kekuatan ilmu, dan hafalan maka ia mengikutkan dengan niat ini yaitu MEMBERI MANFAAT bagi kaum muslimin. Dia berniat ketika belajar untuk memberi manfaat bagi kaum muslimin. Dan hamba Allah yang paling dicintai-Nya adalah yang paling bermanfaat kepada hamba-hamba-Nya.
Sehingga jika ia berniat dengan ilmunya untuk memberi manfaat kepada hamba-hamba Allah ---di masjid dan rumahnya, memberi manfaat kepada mereka dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka atau memberi bimbingan kepada mereka atau mengajarkan ilmu kepada yang tidak tahu, mengajarkan shalat, tauhid, syarat-syarat shalat dan demikian seterusnya sesuai hajat yang dibutuhkan ---dan dia membiasakan hal tersebut maka ia berada di atas niat yang shalihah.”
Ad-Duruusul ‘Ilmiyyatil ‘Aamah, Himmatus Salaf fi thalabil ‘ilmi, hal. 77.
#Niatkan ikhlas dan jangan ragu berbagi ilmu.
Penerjemah: Al-Ustadz Abu Yahya al-Maidany hafidzahullah
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.