Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Monday, August 20, 2018

Kisah Tentara Bergajah - Bag.1

Sirah Nabawiyah - Kisah Tentara Bergajah
Alhamdulillah

Kita sering mendengar bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dilahirkan di tahun gajah. Disebut tahun gajah karena pada tahun tersebut terjadi peristiwa yang sangat besar yaitu pasukan bergajah dihancurkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tentang kisah pasukan bergajah ini, diabadikan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5) 


  • a lam taro kaifa fa'ala robbuka bi`ash-haabil-fiil 
  • a lam yaj'al kaidahum fii tadhliil 
  • wa arsala 'alaihim thoiron abaabiil 
  • tarmiihim bihijaarotim min sijjiil 
  • fa ja'alahum ka'ashfim ma`kuul 
Artinya:
  • Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? 
  • Bukankah Dia telah menjadikan makar mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? 
  • dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berkelompok-kelompok 
  • yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, 
  • lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS Al-Fiil : 1-5) 
Disebutkan oleh sejarawan bahwa Raja Najasyi -yang beragama Nashrani- tinggal di Habasyah (Ethiopia) dan memiliki seorang wakil yang bernama Abrahah yang ditugaskan di Yaman. Dari sini diketahui bahwasanya Abrahah adalah seorang Habasyi yang bermukim di Yaman. Abrahah ingin mencari muka kepada Najasyi dan kepada para pembesar Romawi. Raja Najasyi dikenal memiliki hubungan erat dengan Romawi, Karena Najasyi beragama Nashrani sedangkan pusat Kristiani berada di Romawi.

Abrahah berkeinginan membuat sebuah gereja yang sangat besar yang dapat memalingkan orang-orang Arab supaya tidak lagi berhaji ke Mekkah (Ka'bah), dan dipalingkan agar berhaji ke Shan'a (Yaman).Inilah tujuan dan tekad Abrahah ketika itu.

Karena rasa hasad dan iri saat melihat orang-orang Arab mengagungkan Ka'bah dengan cara berhaji dan berthawaf setiap tahun ke Ka'bah, maka diapun bertekad membangun sebuah gereja yang sangat besar yang dia namakan sebagai Al-Qullais. Al-Qullais disebutkan oleh sebagian ulama maknanya diambil dari qalansuah yang artinya peci. Mengapa dinamakan demikian? Kata sebagian ulama saking tingginya gereja itu sehingga jika ada seseorang yang menggunakan peci melihat puncak gereja tersebut maka  pecinya hampir jatuh. Abrahah berniat agar orang-orang meninggalkan ka'bah untuk menuju ke gereja yang dia bangun tersebut. Lalu iapun mengumumkan hal ini di negerinya. (lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/484)

Akhirnya niat busuk Abrahah terdengar sampai di Mekkah. Salah satu dari suku Kinanah (dari Quraisy) berjalan dari Arab menuju ke Shan'a, menuju ke gereja Abrahah. Saat tiba di geraja tersebut, dia buang air besar dan buang air kecil di situ, kemudian dia hambur-hamburkan kotorannya di dinding-dinding gereja.

Keesokan harinya, saat mengetahui gereja menjadi kotor dan yang melakukannya adalah orang Arab (orang Quraisy dari Kinanah), Abrahah pun murka kemudian menyiapkan pasukan yang sangat besar agar tidak ada yang mampu menghadangnya. Abrahah juga membawa seekor gajah yang sangat besar tubuhnya dan tidak pernah terlihat gajah sebesar itu. Gajah tersebut dipanggil dengan panggilan "Mahmud". Disebutkan juga bahwa selain gajah Mahmud ada 8 ekor gajah yang lain, ada juga yang mengatakan 12 gajah yang lain. Tujuan Abrahah membawa banyak ekor gajah adalah untuk menghancurkan ka'bah dengan cara mencungkilnya sekali cungkil. Dengan menyiapkan rantai-rantai besi yang diikatkan ke leher gajah-gajah tersebut lalu rantai tersebut diikatkan ke sudut-sudut ka'bah kemudian gajah-gajah tersebut beramai-ramai mencungkil ka'bah.

Tatkala bangsa Arab mendengar kedatangan Abrahah, mereka pun mengadakan perlawanan. Namun kabilah-kabilah Arab pada saat itu tidak bersatu, sehingga tidak ada yang bisa mengalahkan Abrahah. Terlebih lagi, Abrahah membawa pasukan dalam jumlah yang besar disertai hewan gajah yang sangat besar. Sementara orang-orang Arab belum pernah melihat gajah. Hal ini semakin menimbulkan ketakutan di hati orang-orang Arab.

Kabilah Arab yang paling masyhur dan terkenal serta dimuliakan pada saat itu adalah bangsa Quraisy, namun mereka juga tidak melakukan perlawanan sama sekali. Ketika Abrahah tiba di suatu tempat yang disebut dengan Mughammas, datanglah 'Abdul Muththalib (kakek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan pemimpin Quraisy saat itu) untuk bertemu dengan Abrahah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/484-485)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :

"Tatkala Abrahah melihat Abdul Muttholib dia pun memuliakannya. Abdul Muttholib adalah seorang yang tampan dan berpenampilan indah. Abrahah kemudian turun dari singgasananya (karena menghormati Abdul Muttholib –pent) lalu duduk bersama Abdul Muttholib di karpet. Abrahah berkata kepada penerjemahnya, "Tanyakan kepadanya, apa keperluannya?" Abdul Muttholib berkata kepada si penerjemah, "Keperluanku adalah agar sang raja Abrahah mengembalikan kepadaku 200 ekor ontaku yang diambil oleh sang raja". Maka Abrahah berkata kepada penerjemahnya, "Katakan kepada Abdul Muttholib, sungguh tadinya engkau membuatku kagum tatkala melihatmu, namun aku menjadi menyepelekanmu ketika engkau berbicara denganku (mengenai onta tadi -pent). Apakah engkau berbicara denganku mengenai 200 ekor ontamu yang aku ambil agar aku mengembalikannya padamu, lalu engkau membiarkan ka'bah yang merupakan agamamu dan agama nenek moyangmu, sementara aku datang untuk menghancurkannya, lantas engkau tidak berbicara kepadaku tentang ka'bah?"

Maka Abdul Muttholib berkata kepada Abrahah :

إِنِّي أَنَا رَبُّ الْإِبِلِ، وَإِنَّ لِلْبَيْتِ رِبًّا سَيَمْنَعُهُ 

"Sesungguhnya aku adalah pemilik onta, dan sesungguhnya ka'bah punya pemilik sendiri yang akan membelanya"

Abrahah berkata,

مَا كَانَ لِيَمْتَنِعَ مِنِّي 

"Dia tidak akan bisa mencegahku (untuk menghancurkan ka'bah)"

Abdul Muttholib kemudian berkata, أَنْتَ وَذَاكَ  "Itu urusanmu denganNya."  (Tafsir Ibnu Katsir 8/485)

Kisah pertemuan Abdul Muthhalib dengan Abrahah juga dinukil oleh Al-Hākim dalam Al-Mustadrāk dan dishahihkan oleh Al-Hākim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi.

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallāhu 'anhumā, beliau berkata:

أَقْبَلَ أَصْحَابُ الْفِيلِ حَتَّى إِذَا دَنَوْا مِنْ مَكَّةَ اسْتَقْبَلَهُمْ عَبْدُ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ لِمَلِكِهِمْ: مَا جَاءَ بِكَ إِلَيْنَا مَا عَنَاكَ يَا رَبَّنَا أَلَا بَعَثْتَ فَنَأْتِيكَ بِكُلِّ شَيْءٍ أَرَدْتَ؟ " فَقَالَ: أُخْبِرْتُ بِهَذَا الْبَيْتِ الَّذِي لَا يَدْخُلُهُ أَحَدٌ إِلَّا آمَنَ فَجِئْتُ أُخِيفُ أَهْلَهُ. فَقَالَ: إِنَّا نَأْتِيكَ بِكُلِّ شَيْءٍ تُرِيدُ فَارْجِعْ" فَأَبَى إِلَّا أَنْ يَدْخُلَهُ 

"Pasukan bergajah pun datang. Ketika mereka mulai mendekati Mekkah, maka datanglah 'Abdul Muththalib, kakek Nabi ﷺ menemui pasukan tersebut. 'Abdul Muthalib berkata kepada pemimpin mereka (yaitu Abrahah): "Untuk apa engkau datang kepada kami? Tidak cukupkah engkau mengirim utusanmu sehingga kami akan membawakan kepadamu semua yang kau inginkan?"

Abrahah (dengan sombongnya –pent) berkata, "Aku dikabarkan tentang ka'bah (kota Mekah) yang tidak seorangpun memasukinya kecuali dalam keadaan aman. Maka aku datang ke mari untuk memberi ketakutan kepada penduduknya."

Abdul Muthhalib berkata, "Kami akan memberikan semua yang kau inginkan, kembalilah engkau !" Akan tetapi Abrahah tetap bersikeras untuk masuk Mekah (menuju ka'bah).  (HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrok no 3974)

Dalam riwayat yang lain Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata;

فَأَتَاهُمْ عَبْدُ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ إِنَّ هَذَا بَيْتُ اللَّهِ لَمْ يُسَلِّطْ عَلَيْهِ أَحَدًا قَالُوا لَا نَرْجِعُ حَتَّى نَهْدِمَهُ فَكَانُوا لَا يُقَدِّمُونَ فِيلَهُمْ إِلَّا تَأَخَّرَ فَدَعَا اللَّهُ الطَّيْرَ الْأَبَابِيلَ فَأَعْطَاهَا حِجَارَةً سَوْدَاءَ فَلَمَّا حَاذَتْهُمْ رَمَتْهُمْ فَمَا بَقِيَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلَّا أَخَذَتْهُ الْحَكَّةُ فَكَانَ لَا يَحُكُّ أَحَدٌ مِنْهُمْ جِلْدَهُ إِلَّا تَسَاقَطَ لَحْمُهُ 

Abdul Muttholib mendatangi mereka dan berkata, "Sesungguhnya ini adalah rumah Allah. Allah tidak akan menyerahkannya kepada seorangpun untuk menguasainya (menghancurkannya)." Mereka berkata, "Kami tidak akan kembali hingga kami menghancurkannya." Maka tidaklah mereka memerintahkan gajah mereka untuk maju kecuali gajah tersebut mundur. Allah kemudian memanggil burung-burung dengan berbondong-bondong, lalu Allah memberikan batu berwarna hitam kepada burung-burung tersebut. Tatkala burung-burung itu telah sejajar dengan mereka maka burung-burung itu melemparkan batu tersebut kepada mereka. Sehingga tidak tersisa seorang pun dari mereka kecuali mengalami rasa gatal (yang luar biasa-pent). Tidaklah seorangpun dari mereka yang menggaruk kulitnya kecuali dagingnya berjatuhan.” (Disebutkan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 12/207 dan beliau menilai sanadnya hasan)


Bersambung ke Bagian-2...

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Popular Posts

Blog Archive