Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, September 30, 2018

Belum Di-Aqiqah Sampai Dewasa

Belum Diakikah Sampai Dewasa
Ustadz mhon pnjelasannya:bgmn halnya dg seseorang yg sdh dewasa ttpi blum di-aqiqah? jazaakallah khoiron

Dari : Sutiyonoripto, di Bantul

Jawaban :

Bismillah, walhamdulillah was sholaatu was salam ‘ala Rasulillah, waba’du.

Barangkali muncul kegelisahan, ketika mendapati diri atau anak kita sudah mencapai usia dewasa, belum juga di-aqiqah. Karena Nabi shallallahualaihiwa sallam menyebutkan, bahwa seorang anak yang terlahir statusnya tergadai, sampai dia di-aqiqah.

Dari sahabat Samurah bin Jundub radliallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎كُلُّ غُلاَمٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى

Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih pada hari ketujuh, dicukur gundul rambutnya, dan diberi nama.” (HR. Ahmad 20722, at-Turmudzi 1605, dan dinilai shahih oleh al-Albani).

Perlu kita ketahui, bahwa hukum aqiqah sebenarnya adalah sunah muakkadah.

Terkait waktu pelaksanaannya, para ulama sepakat, bahwa waktu aqiqah yang paling afdhol adalah hari ketujuh kelahiran. Berdasarkan hadis dari sahabat Samurah bin Jundub di atas. Cara menghitungnya, dimulai sejak hari kelahiran, kemudian ditambah enam hari berikutnya.

Namun, bila tidak mampu, aqiqah boleh dilakukan setelahnya sampai ada kemampuan, meskipun si anak sudah mencapai dewasa. Hal ini berdasar pada perbuatan Nabi shallallahua’alaihi wa sallam, dimana beliau meng-aqiqah diri beliau sendiri di saat beliau sudah mencapai usia dewasa. Imam Tabrani meriwayatkan hadis yang menjadi dasar kesimpulan ini,

‎أن النبي صلى الله عليه وسلم عق عن نفسه بعد ما بعث نبياً

Bahwa Nabi shallallahua’alahi wa sallam meng-aqiqah diri beliau sendiri, setelah beliau diutus menjadi Nabi. (Dinilai shahih oleh Syaikh Albani, dalam Silsilah As-Shahihah).

Inilah pendapat yang kami nilai kuat diantara persilangan pendapat ulama yang ada dalam masalah ini. Riwayat di atas, juga menunjukkan bolehnya seorang meng-aqiqah dirinya sendiri, apabila orangtuanya belum meng-aqiqah dirinya ketika kecil atau karena orangtuanya tidak mampu menunaikan aqiqah untuknya.

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan,

‎فلو ذبحها بعد السابع أو قبله وبعد الولادة أجزأه وإن ذبحها قبل الولادة لم تجزه بلا خلاف, بل تكون شاة لحم

Seandainya kambing aqiqah disembelih sebelum atau setelah hari ketujuh, maka hukumnya sah. Adapun bila disembelih sebelum kelahiran, para ulama sepakat aqiqah tidak sah. Status kambing yang disembelih adalah sembelihan biasa (tidak teranggap sebagai aqiqah). (Al-Majmu’ 8/411).

Syaikh Abdulaziz bin Baz rahimahullah menjelaskan,

‎ووقتها يوم السابع، هذا هو الأفضل اليوم السابع، وإن ذبحت بعد ذلك فلا حرج، ولو بعد سنة أو سنتين، وإذا لم يعق عنه أبوه وأحب أن يعق عن نفسه فهذا حسن فمشروع في حق الأب لكن لو عق عن نفسه أو عقت عن أمه أو أخوه فلا بأس

Waktu pelaksanaan aqiqah adalah hari ketujuh kelahiran. Inilah waktu yang paling utama, yaitu hari ketujuh. Namun bila kambing aqiqah disembelih setelah hari ketujuh, tidak mengapa. Bahkan sampai satu atau dua tahun setelahnya pun tidak mengapa. Jika ayahnya belum menunaikan aqiqah anaknya, sementara anak tersebut ingin meng-aqiqah dirinya, inipun baik (sah). Meski sebenarnya aqiqah adalah tanggungan ayah, akan tetapi bila seorang ingin meng-aqiqah dirinya, atau meng-aqiqah ibu atau saudaranya, maka tidak mengapa.

(Fatwa beliau bisa disimak di sini : https://www.binbaz.org.sa/noor/2817)

Wallahua’lam bis showab.

👤 Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori, Lc

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Popular Posts

Blog Archive