Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Thursday, September 13, 2018

Gharqad, Pohon Yahudi? - Bag.1

Gharqad, Pohon Yahudi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum Muslimin memerangi Yahudi, lalu kaum Muslimin akan membunuh mereka sampai-sampai setiap orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, tetapi batu dan pohon itu berkata, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ada orang Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia.’ Kecuali (pohon) gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.”

Takhrij Hadits

Hadits dengan lafazh seperti ini dibawakan oleh Muslim dalam Shahih-nya di kitab al Fitan wa Asyrathus-Sa’ah, bab Laa taqumus-sa’atu hatta yamurrar-rajulu fi qabarir-rajuli, no. 2922. Demikian pula Imam Ahmad dalam Musnad-nya hadits no. 27502. Sedangkan Bukhari membawakan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ini dengan lafazh semakna, namun tanpa menyebutkan kata gharqad dalam kitab al Jihad wasy-Sayr, bab Qitalul Yahud, no. 2926. Juga Imam Ahmad pada hadits no. 10476.

Dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu yang dibawakan oleh Bukhari terdapat dalam kitab al Manaqib, bab ‘Alamatun Nubuwwah fil Islam, hadits no. 3593. Muslim di kitab al Fitan wa Asyrathus-Sa’ah,bab Laa taqumus-sa’atu hatta yamurrar-rajulu fi qabarir-rajuli, hadits no. 2921. At Tirmidzi dalam Sunan-nya di kitab al Fitan, bab Maa ja-a fi ‘alamatid-Dajjal, hadits no. 2236 serta Imam Ahmad dalam Musnad-nya, hadits no. 6112, 6151 dan 5330, semuanya dari jalur Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma dengan lafazh :

تُقَاتِلُكُمُ الْيَهُودُ فَتُسَلَّطُونَ عَلَيْهِمْ ثُمَّ يَقُولُ الْحَجَرُ يَا مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ وَرَائِي فَاقْتُلْهُ

Kaum Yahudi, nanti akan memerangi kalian. Akan tetapi kalian (diberi kekuatan) menguasai (mengalahkan) mereka, kemudian (sampai) batu pun berkata : “Wahai Muslim, ada orang Yahudi di belakangku, bunuhlah dia”.

Sedangkan Ibnu Majah membawakan berita tentang peperangan di akhir zaman antara kaum Muslimin dengan kaum Yahudi serta pohon gharqad ini, dalam hadits yang panjang tentang kemunculan Dajjal dan fitnahnya, dari riwayat Abu Umamah al Bahili Radhiyallahu ‘anhu dalam kitab al Fitan, bab Fitnatud-Dajjal wa Khuruju ‘Isa Ibni Maryam Alaihissallam, no. 4077. Dalam sanadnya terdapat perawi yang lemah, yaitu Isma’il bin Rafi’ Abu Rafi’ al Muzani al Anshari[1], dan didha’ifkan oleh Syaikh al Albani dalam Dha’if Sunan Ibni Majah, no. 4077. Namun hampir seluruh isinya memiliki pendukung-pendukung yang shahih dari periwayatan para sahabat yang lain secara terpisah-pisah (kecuali sedikit yang tidak didapati adanya riwayat pendukung), seperti dijelaskan secara terperinci oleh Syaikh al Albani dalam risalahnya yang berjudul Qishshatul-Masihid-Dajjal wa Nuzulu ‘Isa Ibni Maryam Alaihissallam wa Qatluhu Iyyahu[2], dan Syaikh al Albani menshahihkannya dalam Shahih Jami’is- Shaghir, no. 7875.

Biografi Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu [3]

Menurut pendapat mayoritas, nama beliau adalah ‘Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi. Pada masa jahiliyyah, beliau bernama Abdu Syams, dan ada pula yang berpendapat lain. Kunyah-nya Abu Hurairah (inilah yang masyhur) atau Abu Hir, karena memiliki seekor kucing kecil yang selalu diajaknya bermain-main pada siang hari atau saat menggembalakan kambing-kambing milik keluarga dan kerabatnya, dan beliau simpan di atas pohon pada malam harinya. Tersebut dalam Shahihul Bukhari, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanggilnya, “Wahai, Abu Hir”.

Ahli hadits telah sepakat, beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Abu Muhammad Ibnu Hazm mengatakan bahwa, dalam Musnad Baqiy bin Makhlad terdapat lebih dari 5300 hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.

Selain meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau Radhiyallahu ‘anhu juga meriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, al Fadhl bin al Abbas, Ubay bin Ka’ab, Usamah bin Zaid, ‘Aisyah, Bushrah al Ghifari, dan Ka’ab al Ahbar Radhiyallahu ‘anhum . Ada sekitar 800 ahli ilmu dari kalangan sahabat maupun tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dan beliau Radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan beribu-ribu hadits. Namun, bukan berarti beliau yang paling utama di antara para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Imam asy Syafi’i berkata,”Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan hadits pada zamannya (masa sahabat).”

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu masuk Islam antara setelah perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum perang Khaibar. Beliau Radhiyallahu ‘anhu datang ke Madinah sebagai muhajir dan tinggal di Shuffah.[4]

Amr bin Ali al Fallas mengatakan, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu datang ke Madinah pada tahun terjadinya perang Khaibar pada bulan Muharram tahun ke-7 H.

Humaid al Himyari berkata,”Aku menemani seorang sahabat yang pernah menemani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama empat tahun sebagaimana halnya Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan ibu Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, agar Allah memberinya hidayah untuk masuk Islam, dan do’a tersebut dikabulkan. Beliau Radhiyallahu ‘anhu wafat pada tahun 57 H menurut pendapat yang terkuat.

Mufradat Hadits dan Faidah-faidahnya

1. Kata-kata (لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى …) yang artinya “kiamat tidak akan terjadi sehingga… ”.
Hal ini menunjukkan, apa yang akan disebutkan setelahnya merupakan suatu tanda di antara tanda-tanda bakal datangnya hari kiamat. Bila peperangan antara kaum Muslimin dengan Yahudi nanti terjadi, maka berarti kiamat betul-betul telah dekat. Maka terjadinya hari kiamat dikaitkan dengan tanda-tanda tersebut, akan tetapi bukan berarti Allah tidak kuasa menegakkan kiamat tanpa tanda-tanda, melainkan karena adanya hikmah yang Allah kehendaki. Sekaligus, ini sebagai bukti rahmat Allah, agar para hambaNya senantiasa waspada dan berhati-hati. Juga untuk menunjukkan kesempurnaan pengaturan Allah terhadap seluruh makhlukNya dengan kekuasaan dan kehendakNya.

Apa yang diberitakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini sebuah berita ghaib, yang pasti benar dan pasti akan terjadi. Karena, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengucapkan perkara syari’at dengan kemauan diri sendiri, apalagi perkara-perkara ghaib yang tidak dapat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketahui, melainkan berasal dari wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى.

Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [an Najm/53 : 3-4].

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداً. إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً

(Dia-lah Allah) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. [al Jin/72 : 26-27].

قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ، إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ

Katakanlah : “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku”. Katakanlah : “Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)? [al An’aam/6 : 50].

2. Kata-kata حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ … yang artinya, "sehingga kaum Muslimin memerangi Yahudi, lalu kaum Muslimin akan membunuh mereka …" Sedangkan dalam hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma di atas tersebutkan dengan lafazh تُقَاتِلُكُمُ الْيَهُودُ فَتُسَلَّطُونَ عَلَيْهِمْ yang artinya, "kaum Yahudi nanti akan memerangi kalian, tetapi kalian akan (diberi kekuatan) menguasai (mengalahkan mereka) …"

Bila kedua lafazh ini digabungkan, menunjukkan kedua pihak akan saling menyerang. Hanya saja, akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kekuatan kepada kaum Muslimin, sehingga dapat mendesak dan membuat kaum Yahudi takluk. Peristiwa ini terjadi pada saat kemunculan Dajjal[5] dan turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam[6]. Yaitu ketika kaum Muslimin berada di barisan Nabi ‘Isa Alaihissallam, sedangkan Yahudi bersama Dajjal[7], hingga ‘Isa Alaihissallam membunuh Dajjal di Bab Lud.[8]

Ada pula yang berpendapat, peperangan yang dimaksud dalam hadits di atas adalah beberapa waktu sebelum kemunculan Dajjal dan turunnya ‘Isa Alaihissallam, kemudian berlanjut hingga Dajjal muncul yang diikuti oleh Yahudi, dan ‘Isa Alaihissallam turun, lalu bergabung bersama barisan kaum Muslimin.


Bersambung ke Bagian-2...

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Popular Posts

Blog Archive