Sebagian dari mereka ada yang mengatakan, “Setiap kali aku melewati rumah seorang muslim yang megah, saya mendoakannya agar diberkahi”.
Sebagian lagi berkata, “Setiapkali kulihat kenikmatan pada seorang Muslim (mobil, proyek, pabrik, istri shalihah, keturunan yang baik), saya mendoakan: ‘Ya Allah, jadikanlah kenikmatan itu penolong baginya untuk taat kepada-Mu dan berikanlah keberkahan kepadanya’”.
Ada juga dari mereka yang mengatakan, “Setiap kali kulihat seorang Muslim berjalan bersama istrinya, saya berdo’a kepada Allah, semoga Dia menyatukan hati keduanya di atas ketaatan kepada Allah”.
Ada lagi yang mengatakan, “Setiapkali aku berpapasan dengan pelaku maksiat, kudoakan dia agar mendapat hidayah”.
Yang lain lagi mengatakan, “Saya selalu berdo’a semoga Allah memberikan hidayah kepada hati manusia seluruhnya, sehingga leher mereka terbebas (dari neraka), begitu pula wajah mereka diharamkan dari api neraka”.
Yang lainnya lagi mengatakan: “Setiapkali hendak tidur, aku berdoa: ‘Ya Rabb-ku, siapapun dari kaum Muslimin yang berbuat zalim kepadaku, sungguh aku telah memaafkannya. Oleh karena itu, maafkanlah dia, karena diriku terlalu hina untuk menjadi sebab disiksanya seorang muslim di neraka’”.
Itulah hati-hati yang bening. Alangkah perlunya kita kepada hati-hati yang seperti itu.
Ya Allah, jangan halangi kami untuk memiliki hati seperti ini, karena hati yang jernih adalah penyebab kami masuk surga.
Suatu malam, Al Hasan Al Bashri berdo’a, “Ya Allah, maafkanlah siapa saja yang menzalimiku…” dan ia terus memperbanyak do’a itu!
Maka ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Wahai Abu Sai’d (Al Hasan Al Bashri), sungguh malam ini aku mendengar engkau berdoa untuk kebaikan orang yang menzalimimu, sehingga aku berangan-angan, andai saja aku termasuk orang yang menzalimimu, maka apakah yang membuatmu melakukannya?”.
Beliau menjawab: “Firman Allah:
ﻓَﻤَﻦْ ﻋَﻔَﺎ ﻭَﺃَﺻْﻠَﺢَ ﻓَﺄَﺟْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ
“Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya kembali kepada Allah’”. (QS. Asy-Syuuro: 40)
(lihat kisah ini pada kitab Syarah Shohih Bukhori, karya Ibnu Baththol, 6/575-576).
Sungguh, itulah hati yang dijadikan shalih dan dibina oleh para pendidik dan para guru dengan berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka, selamat atas surga yang didapatkan oleh mereka.
Janganlah engkau bersedih meratapi kebaikanmu. Sebab jika di dunia ini tidak ada yang menghargainya, yakinlah bahwa di langit ada yang memberkahinya.
Hidup kita ini bagai bunga mawar. Padanya terdapat keindahan yang membuat kita bahagia, namun padanya juga terdapat duri yang menyakiti kita.
Apapun yang ditakdirkan menjadi milikmu akan mendatangimu walaupun engkau lemah!
Sebaliknya apapun yang tidak ditakdirkan menjadi milikmu, engkau tidak akan dapat meraihnya, bagaimanapun kekuatanmu!
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat, karunia, dan kebaikan-Nya.
Semoga Allah menjadikan hari-harimu bahagia dengan segala kebaikan dan keberkahan.
***
(Kisah ini merupakan terjemahan dari sebuah status berbahasa arab)
Penerjemah: Ust. Musyaffa Ad Darini, Lc., MA.
Sumber https://muslim.or.id/26765-hati-yang-bening.html
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.