Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Tuesday, August 23, 2022

Lawakan Sebagai Mata Pencaharian

Lawakan Sebagai Mata Pencaharian
Bismillah...

Sebagian orang, hidupnya dari melawak, menghibur orang untuk tertawa. Dari panggung ke panggung dari acara ke acara, hanya sekedar membuat orang terpingkal-pingkal dengan kelakarnya untuk sekedar mendapatkan penghasilan. Maka ini merupakan pekerjaan buruk, yang membuat hati manusia mati dari mengingat Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَة الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi).

Dan yang lebih parah dari ulah para pelawak adalah berdusta dalam lawakannya. Dia berbicara dan mengarang cerita, yang seakan-akan itu kejadian yang nyata, yang terpenting baginya para penonton tertawa gembira. Inilah manusia yang celaka dan binasa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Tirmidzi).

Memang benar bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga suka bercanda, namun canda beliau tidak terus menerus, apalagi menjadikannya sebagai mata pencarian. Dan candaan beliau tidak mengandung kebohongan, bahkan mencerdaskan. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنِّي لأَمْزَحُ , وَلا أَقُولُ إِلا حَقًّا

Aku juga bercanda namun aku tetap berkata yang benar.” (HR. Thobroni).

Perhatikan kisah candaan beliau yang menghibur dan mencerdaskan.

Berkata Anas Bin Malik radhiyallahu anhu :

أن رجلا استحمل رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : إني حاملك على ولد ناقة، فقال : يا رسول الله! ما أصنع بولد النافة؟  فقال صلى الله عليه وسلم : وهل تلد الإبل إلا النوق

Bahwasanya seorang laki-laki meminta kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam untuk memberikannya seekor unta untuk ditungganginya, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjawab : “Sungguh aku akan memberimu tunggangan seekor anak unta.” (Sahabat tersebut memahami bahwa Rasulullah akan memberikannya seekor anak unta yang masih kecil yang tidak bisa ditunggangi). Sahabatpun berkata: “Wahai Rasulullah apa yang bisa aku perbuat dengan seekor anak unta?”

Rasulullah menjawab: “Bukankah semua unta (baik anak unta atau dewasa) itu terlahir dari seekor unta betina?”. (HR. Tirmidzi).

Intinya, bercanda boleh saja, yang terpenting sekali-kali dan bukan menjadikannya sebagai profesi. Tidak berdusta, merendahkan, mencela, memicu kebencian, permusuhan dan sifat keburukan lainnya.

Berkata Imam Nawawi rahimahullah :

Berkata Ulama :

المزاحُ المنهيُّ عنهُ، هُو الذي فيه إفراطٌ، ويُداوم عليه، فإنه يُورث الضحك وقسوةَ القلب، ويُشغل عن ذكر الله تعالى والفكر في مهمات الدين، ويؤولُ في كثيرٍ من الأوقات إلى الإِيذاء، ويُورثُ الأحقاد، ويُسقطُ المهابةَ والوقارَ. فأما ما سَلِمَ من هذه الأمور، فهو المباحُ الذي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفعلهُ، فإنه صلى الله عليه وسلم إنما كان يفعلهُ في نادرٍ من الأحوالِ لمصلحةٍ، وتطييب نفس المخاطب ومؤانستهِ، وهذا لا منعَ منهُ قطعاً، بل هو سنةٌ مستحبةٌ إذا كان بهذهِ الصفةِ، فاعتمدْ ما نقلناهُ عن العلماء وحققناهُ في هذه الأحاديث وبيان أحكامها، فإن مما يعظمُ الاحتياجُ إليه؛ وبالله التوفيق.

Bercanda terlarang adalah bercanda yang berlebihan dan dilakukan terus-menerus karena menyebabkan senda gurau dan keras hati serta dapat melalaikan dzikir dan menyita perhatian, yang semestinya diarahkan untuk memikirkan perihal penting dalam agama. Kecuali itu, kelakar sering kali menyakiti perasaan orang lain, memicu kebencian, dan menurunkan wibawa orang lain. 

Sementara kelakar yang jauh dari sifat-sifat itu dibolehkan seperti kelakar yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Beliau melakukannya sesekali untuk kemaslahatan dan menghibur hati lawan bicara. Untuk ini tidak ada larangan sama sekali. Bahkan bercanda seperti ini sunah yang dianjurkan bila dilakukan sesuai sifat-sifat candaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Peganglah pendapat ulama yang kami rujuk, dan hadits berikut hukumnya yang kami teliti karena hampir semuanya dibutuhkan. Semoga Allah memberi taufiqnya.” (Al-Adzkar, Darul Hadits, Kairo, halaman 305-306).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0v28nDEavSZVremEZ4UQQtMRpGcnak8AkWoSa5Rn7cBS1pLzKwtaukEAoeZaTJLLRl&id=100009878282155

AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive