Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Tuesday, August 30, 2022

Muharram Bulan Sial?

Muharram Bulan Sial?
Bismillah...

Seseorang menceritakan kepada saya, bahwa ada yang rencana menikah bulan MUHARRAM, tetapi orang tua kedua belah pihak tidak setuju, maunya bulan SHAFAR, karena menurut adat di daerah tersebut, bulan MUHARRAM bulan yang tidak baik, bulan sial.

Lain lagi dengan keyakinan sebagian orang di kampung saya, justru bulan SHAFAR bulan yang sial, bulan yang tidak baik kalau diselenggarakan pesta atau hajatan pernikahan.

Di tempat saya tinggal sekarang, sebagian orang, awal memasukkan anaknya ke SD dan TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an), menunggu waktu yang baik. 

Seharusnya mulai masuk sekolah atau TPA itu hari senin, tapi karena menurut perhitungannya bukan hari yang baik, dia masukkan anaknya pada hari kamis.

Hitung-hitungan hari baik, hari jelek, untung sial ternyata hampir diseluruh urusan, itu terjadi hampir di seluruh wilayah di negeri kita. 

Rumah mau dibongkar, nunggu hari baik. Pindah rumah nunggu hari baik. Tanam padi dan panen nunggu hari baik. Haqikah dan sunatan nunggu hari baik dan lain sebagainya.

Keyakinan yang lain yang masih tersebar di sebagian masyarakat kita, kalau ada burung hantu, diyakini ada kematian. Kalau ada kupu-kupu, ada tamu. Kalau siram kucing, akan turun hujan. Nabrak kucing, tanda ada kesialan. Gadis duduk dipintu, susah jodoh dan lain sebagainya.

Keyakinan seperti itu sudah turun temurun, dari generasi ke generasi, bahkan orang-orang jahiliyah di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam mempunyai keyakinan seperti itu. 

Orang jahiliyah apabila mereka mau berpergian berniaga, mereka menerbangkan dulu seekor burung. Kalau burung terbang ke arah kiri, menunjukkan atau pertanda kesialan, mereka pun membatalkan keberangkatannya. Namun apabila burung tersebut terbang ke arah kanan, mereka pun jadi berangkat, karena pertanda keberuntungan. 

Kalau mereka melihat burung hantu,  pertanda kematian, kalau lihat bintang ini, akan terjadi hujan dan lain sebagainya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

 لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر، 

Tidak ada adwa (penularan penyakit. kecuali atas kehendak Allah) , tidak ada thiyarah (merasa bernasib sial atau nasib buruk) , tidak ada hamah (merasa bernasib sial apabila ada burung hantu hinggap di atas rumah) dan tidak ada shafar (orang-orang beranggapan bahwa bulan tersebut adalah bulan sial)“. (HR. Bukhari dan Muslim).

Di dalam riwayat Imam Muslim ada tambahan  ولا نوء ( tidak ada bintang yang menyebabkan terjadinya ini itu).

Hal tersebut mereka yakini seyakin yakinnya. Kalau melanggar, mereka takutnya setengah mati, takut bala dan bencana menimpanya, apalagi kalau sudah ada yang terbukti, bertambahlah ketakutannya.  Padahal keyakinan seperti itu adalah keyakinan yang jatuh pada kesyirikan.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.

Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.” (HR. Bukhari di  Al-Adabul Mufrad dan Abu Daud).

Seseorang mengurungkan pernikahannya, mengurungkan kepergiannya, dan apa saja karena anggapan ada tanggal sial, hari sial, bulan sial dan sesuatu apa saja yang menjadikannya mengurungkan niatnya,  maka ini pun jatuh pada kesyirikan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَنْ يَقُوْلَ أَحَدُهُمْ :اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

Barangsiapa mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik.” 

Para Sahabat bertanya: “Lalu apakah tebusannya?” 

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hendaklah ia mengucapkan: ‘Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiadalah burung itu (penyebab sial atau untung) melainkan makhluk-Mu dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.’” ( HR. Ahmad. Berkata Syaikh Ahmad Syakir  : Hadits Shahih).

Kalau di zaman Fir'aun lain lagi, mereka menganggap ada orang yang membawa sial, yakni mereka menganggap Musa alaihi sallam dan pengikutnya adalah orang-orang yang membawa sial, pembawa musibah dan bencana. Musa dan pengikutnya harus diusir dan diasingkan. 

Begitu pula ada sebagian orang di zaman kita ini yang menganggap orang lain pembawa sial. Orang tersebut harus di usir dari kampung. Bahkan ada yang lebih parah lagi yakni seorang ayah atau seorang ibu yang mengatakan kepada anaknya: "Pergilah kau, anak pembawa sial !"

Allah Ta'ala berfirman:

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُون

Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al A’raf: 131).

Berkata As Sa'di rahimahullah, 

(Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran) yakni kesuburan dan kelimpahan rizki, (mereka berkata ini adalah karena (usaha) kami) yakni kami berhak atasnya. Mereka tidak bersyukur kepada Allah atas karunia tersebut (dan jika mereka ditimpa kesusahan) yakni kekeringan dan paceklik (mereka melemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya) yakni mereka berkata (kesialan ini menimpa kami karena kedatangan Musa dan bani israil mengikutinya). Allah menjawab (ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah) yakni dengan qadha dan qadarNya tidak seperti yang mereka katakan, justru penyebabnya adalah kekufuran dan dosa-dosa mereka, akan tetapi (kebanyakan mereka tidak mengetahui), oleh karena itu mereka berkata begitu. (Tafsir As Sa'di) 

Tawakkal dan menerima ketetapan Allah Ta'ala itu jalan keluar yang terbaik untuk menghindara prasangka bahwa sesuatu itu membawa sial atau membawa keberuntungan. Yang pasti kita sudah berusaha maksimal dan hasilnya kita berserah diri kepada Allah Ta'ala, kita terima apa yang Allah Ta'ala kehendaki, yakinlah ketetapan Allah itu yang terbaik.


AFM

https://www.facebook.com/903924823277358/posts/pfbid02FA99pL32KJNGd3UKCj1TAKfTSZHguBDUtuweWmosMdAVVFzWCdXxKjYgjr71Jemhl/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive