Ketika ahlul bid'ah meninggal dunia, banyak dai ahlussunnah yang mengungkap penyimpangan-penyimpangannya si ahlul bid'ah tersebut. Lantas muncullah kaum sok bijak mengatakan, "Jangan mencela orang yang telah meninggal dunia," kemudian mereka mengutip hadits di bawah ini.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
لا تسبوا الأموات، فإنهم قد أفضوا إلى ما قدموا
“Janganlah kalian mencela mayat karena sesungguhnya mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan.” (HR. Bukhari).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لا تَسُبُّوا الأَمْوَاتَ فَتُؤْذُوا الأَحْيَاءَ
“Janganlah kalian mencela mereka yang sudah mati, sehingga kalian menyakiti mereka yang masih hidup.” (HR. Tirmidzi).
Lantas bagaimana penjelasan ulama tentang hadits ini, jangan sampai setiap orang memahami hadits dengan pemahamannya sendiri tanpa bimbingan ulama, sehingga menjadi alasan untuk tidak membicarakan setiap orang yang mati secara umum atau secara mutlak, tidak dirinci terlebih dahulu. Mana yang boleh dibicarakan atau dicela dan mana yang tidak boleh.
Berkata Imam an-Nawawi rahimahullah,
"النهي عن سب الأموات هو في غير المنافق وسائر الكفار وفي غير المتظاهر بفسق أو بدعة فأما هؤلاء فلا يحرم ذكرهم بِشَرّ؛ للتحذير من طريقتهم ومن الاقتداء بآثارهم."
"Larangan untuk mencela mayit adalah berlaku pada selain orang munafik, kafir dan orang yang terang-terangan melakukan kefasikan atau bid'ah.
Adapun mereka (yang disebutkan diatas), maka tidaklah haram menyebutkan keburukan mereka. Untuk memperingatkan umat dari jalannya mereka dan agar tidak mengikuti jejak mereka". (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 7/20).
Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah tentang penjelasan hadits di atas :
قال المؤلف رحمه الله في كتاب (رياض الصالحين): باب تحريم سب الأموات بغير حق أو مصلحة شرعية
"Berkata Al Mualif (penulis) rahimahullah didalam kitab (Riyadhush Shalihin) : Bab haram mencela orang-orang yang sudah mati dengan tanpa hak atau tanpa adanya maslahat yang syar'iyyah".
الأموات يعني الأموات من المسلمين، أما الكافر فلا حرمة له إلا إذا كان في سبه إيذاء للأحياء من أقاربه فلا يسب
"Al Amwaat : Yakni orang-orang yang mati dari kaum muslimin. Adapun orang kafir (yang telah mati) maka tidak haram (mencela)nya, kecuali apabila dengan mencelanya akan menyakiti orang yang hidup dari kerabat-kerabatnya, maka mencelanya tidak boleh".
وأما إذا لم يكن هناك ضرر فإنه لا حرمة له وهذا هو معنى قول المؤلف رحمه الله: بغير حق لأننا لنا الحق أن نسب الأموات الكافرين الذين آذوا المسلمين وقاتلوهم ويحاولون أن يفسدوا عليهم دينهم .
"Dan adapun apabila tidak ada darurat disana, maka bahwasanya itu tidak haram baginya. Ini makna dari perkataan penulis rahimahullah : mencela tanpa hak. Karena sesungguhnya kita, hak bagi kita untuk mencela orang-orang kafir yang sudah meninggal, yaitu orang-orang yang menyakiti kaum muslimin, memeranginya dan berusaha untuk merusak agamanya (kaum muslimin)".
أو مصلحة شرعية مثل أن يكون هذا الميت صاحب بدعة ينشرها بين الناس فهنا من المصلحة أن نسبه ونحذر منه ومن طريقته لئلا يغتر الناس به .
"Atau maslahat yang syar'iyyah, contohnya si mayat ini adalah ahlul bid'ah yang menyebarkan kebid'ahannya ditengah-tengah masyarakat, maka disini ada maslahat untuk mencelanya dan mentahdzir darinya. Dan ini diantara metode (cara) agar manusia tidak terperdaya dengannya".
ثم استدل على ذلك بحديث عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا تسبوا الأموات والأصل في النهي التحريم فلا نسب الأموات، ثم علل وقال: فإنهم أفضوا إلى ما قدموا .
"Kemudian kesimpulan atas itu, dengan hadits Aisyah radhiyallahu anha bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda : Janganlah kalian mencela mayat, dan asal dari larangan ini haram, maka tidak boleh mencela mayat, kemudian Beliau menyatakan : Karena sesungguhnya mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan".
وسبكم إياهم لا يغني شيئاً لأنهم أفضوا إلى ما قدموا حين انتقلوا إلى دار الجزاء من دار العمل فكل من مات فإنه أفضى إلى ما قدم ....
"Dan celaan kalian kepada mereka tiada guna sedikitpun karena sesungguhnya mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan. Ketika mereka berpindah ke kampung pembalasan (akhirat) dari kampung amal (dunia), maka setiap orang yang mati, sesungguhnya dia telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan..." Syarah Riyadhush Shalihin. Sumber : http://islamport.com/w/srh/Web/2365/1820.htm
Kesimpulannya, Ahlul bid'ah yang menyebarkan kebid'ahannya ditengah-tengah masyarakat, baik lewat ceramah, tulisannya, kitab-kitabnya atau fatwa-fatwanya, maka disini ada maslahat untuk mencelanya dan mentahdzir darinya. Dan ini diantara metode (cara) agar manusia tidak terperdaya dengannya.
AFM
https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2021/02/bolehkah-mencela-mayat.html
https://www.facebook.com/100009878282155/posts/1373794486293148/
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.