Orang kafir mu’ahad (yang terikat perjanjian damai), tidak boleh membunuhnya tanpa hak. Barangsiapa yang membunuhnya, maka tidak akan mencium baunya surga.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda,
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Siapa yang membunuh (kafir) mu’ahad (terikat perjanjian damai) maka dia tidak akan dapat mencium wanginya surga. Padahal harumnya dapat tercium dari jarak pejalanan empat puluh tahun.” (Riwayat Bukhari).
Lantas bagaimana lagi kalau yang dibunuh itu seorang muslim tanpa hak? Maka balasannya adalah neraka jahanam. Mengenai kekal dan tidaknya di neraka, para ulama berbeda pendapat.
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَن يَقۡتُلۡ مُؤۡمِنٗا مُّتَعَمِّدٗا فَجَزَآؤُهُۥ جَهَنَّمُ خَٰلِدٗا فِيهَا وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ وَلَعَنَهُۥ وَأَعَدَّ لَهُۥ عَذَابًا عَظِيمٗا
“Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya“. (Surat An-Nisa', Ayat 93)
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
لو أنَّ أهلَ السماءِ والأرضِ اشتركوا في دمِ مؤْمِنٍ لكبَّهم اللهُ عزَّ وجلَّ في النارِ» صحيح.
“Seandainya segenap penghuni langit dan penghuni bumi bersekutu menumpahkan darah seorang mukmin, maka niscaya Allah akan menjebloskan mereka semua ke dalam neraka.” [Shahih Al-Jami’].
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah dan harta kalian, haram atas kalian. Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini di negeri kalian ini“ (Riwayat Muslim).
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
لَنْ يَزَالَ المُؤْمِنُ في فُسْحَةٍ مِن دِينِهِ، ما لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا
“Seorang Mukmin senantiasa berada dalam kelapangan dalam agamanya, selama ia tidak menumpahkan darah yang haram” (Riwayat Bukhari).
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
أوَّلُ ما يُقْضَى بيْنَ النَّاسِ يَومَ القِيامَةِ في الدِّماءِ
“Perkara pertama yang akan dihisab antara sesama manusia di hari Kiamat adalah urusan darah” (Riwayat Muslim).
Di akhirat nanti menjadi orang yang bangkrut, dimana pahala-pahala kebaikannya akan diambil oleh orang yang dibunuhnya. Dan seandainya pahalanya sudah habis, namun belum juga melunasinya kezalimannya, maka dosa-dosa orang yang dibunuh akan dipikulkan kepada orang yang membunuhnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ (رواه مسلم).
"Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab: "Orang bangkrut di kalangan kita ialah orang yang sudah tidak memiliki dirham atau sesuatu kekanyaan apapun." Beliau Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: "Orang yang bangkrut dari kalangan ummatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa dan zakatnya, tetapi dahulunya ketika di dunia pernah mencaci maki si pulan, memfitnah si pulan, makan harta si pulan, MENUMPAHKAN DARAH si pulan - tanpa dasar kebenaran, pernah memukul si pulan. Maka orang yang dianiaya itu diberikan kebaikan orang tadi dan yang lain pun diberi kebaikannya pula, Jikalau kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum terlunasi tanggungan penganiayaannya, maka diambillah dari kesalahan-kesalahan orang-orang yang dianiayanya itu lalu dibebankan kepada orang tersebut, selanjutnya orang itu dilemparkanlah ke dalam neraka." (Riwayat Muslim).
Itulah ancaman di akhirat bagi orang yang membunuh dengan sengaja. Dan hukuman di dunia dengan hukum qishah. Yang membunuh mesti dibunuh lagi.
Allah Ta'ala berfirman,
وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwa JIWA (dibalas) dengan JIWA, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qisas)nya. maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim“. (Surah Al Maidah 45).
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, ayat ini berlaku untuk mereka (Ahli Kitab) dan untuk seluruh umat manusia pada umumnya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. (Tafsir Ibnu Katsir).
Sedangkan membunuh karena tidak sengaja, tidak dihukum qishash, tetapi mesti memerdekakan seorang budak dan membayar diyat (denda) dengan 100 ekor unta dan diantara yang 100 ekor itu, 40 ekor yang lagi hamil. Kalau misalkan 1 ekor unta 50 juta, ya sekitar 5 milyar lebih kalau dihitung dengan yang lagi hamil, karena yang lagi hamil lebih mahal lagi.
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٍ أَن يَقۡتُلَ مُؤۡمِنًا إِلَّا خَطَـٔٗاۚ وَمَن قَتَلَ مُؤۡمِنًا خَطَـٔٗا فَتَحۡرِيرُ رَقَبَةٖ مُّؤۡمِنَةٖ وَدِيَةٞ مُّسَلَّمَةٌ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦٓ إِلَّآ أَن يَصَّدَّقُواْۚ ...
“Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah (tidak sengaja) (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh) membebaskan pembayaran..“.Surah An Nisa 92.
Di dalam tafsir Al Muyassar dijelaskan :
ولا يحق لمؤمن الاعتداء على أخيه المؤمن وقتله بغير حق، إلا أن يقع منه ذلك على وجه الخطأ الذي لا عمد فيه، ومن وقع منه ذلك الخطأ فعليه عتق رقبة مؤمنة، وتسليم دية مقدرة إلى أوليائه، إلا أن يتصدقوا بها عليه ويعفوا عنه.
“Dan tidak layak bagi seorang mumin membunuh seorang mumin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mumin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat, yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah dan mereka memaafkan darinya.“ (Tafsir Al-Muyassar).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ إِنَّ دِيَةَ الْخَطَأِ شِبْهِ الْعَمْدِ مَا كَنَا بِالسَّوْطِ وَالْعَصَا مِا ئَةٌ مِنَالإِبِلِ مِنْهَا أَرْبَعُوْنَ فِيْ بُطُوْ نِهِا أَوْلاَدُهَا
“Ketahuilah bahwa diyat pembunuhan yang mirip dengan sengaja yaitu yang dilakukan dengan cambuk dan tongkat adalah seratus ekor onta. Di antaranya empat puluh ekor yang sedang hamil“. (Riwayat Abu Daud. Berkata Syekh Al-Albani : Hadits Shahih).
Kalau kaum muslimin, baik aparat pemerintah maupun masyarakat sipil mengetahui perkara ini, yakni ancaman bagi orang yang membunuh dengan sengaja atau sengaja, mereka akan menahan tangannya untuk menumpahkan darah seseorang.
AFM
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.