Memotong pembicaraan orang, sering dipertontonkan oleh orang-orang yang katanya terpelajar. Lihatlah dalam acara-acara debat di televisi. Padahal itu menunjukkan ketidakberadabannya seseorang. Karena orang yang memiliki adab yang baik tidak akan memotong pembicaraan orang lain.
Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa'dy rahimahullah,
من الآداب الطيبة؛ إذا حدثك المحدث بأمر ديني أو دنيوي، ألا تنازعه الحديث إذا كنت تعرفه، بل تصغي إليه إصغاء من لا يعرفه ولم يمر عليه، وتريه أنك استفدته منه، كما كان ألباء الرجال يفعلونه.
"Diantara adab-adab yang baik; jika seseorang berbicara kepadamu tentang sebuah perkara agama atau dunia, jangan merebut pembicaraan darinya jika engkau telah mengetahuinya, bahkan hendaklah engkau mendengarkan dengan baik seperti orang yang belum mengetahuinya dan belum pernah melewatinya, dan tampakkanlah kepadanya bahwa engkau mendapatkan faedah darinya, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang berakal".
وفيه من الفوائد تنشيط المحدث وإدخال السرور عليه، وسلامتك من العجب بنفسك، وسلامتك من سوء الأدب، فإن منازعة المحدث حديثه من سوء الأدب.
"Diantara faedah dari adab semacam ini adalah memberi semangat kepada orang yang berbicara dan memasukkan rasa senang ke dalam hatinya, engkau selamat dari perasaan ujub terhadap dirimu sendiri, dan engkau selamat dari adab yang buruk, karena sesungguhnya merebut pembicaraan orang yang berbicara termasuk adab yang buruk." (Ar-Riyadhun Nadhirah hal 281).
Sumber : https://al-badr.net/muqolat/6608
Berkata Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah,
إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول , و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول , و لا تقطع على أحد حديثه
“Apabila kamu sedang duduk bersama (dengan orang lain), kamu lebih bersemangat mendengar melebihi semangat kamu berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana kamu belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa) (Al-Muntaqa hal. 72).
Sumber : https://majles.alukah.net/t105460/
Kalau ada orang berbicara tentang suatu hal, padahal perkara itu sudah dia ketahui sebelum yang bicara itu lahir, yang punya adab baik, tetap dia mendengarkannya dengan penuh seksama.
Berkata Atha’ bin Abi Rabah rahimahullah,
إن الرجل ليحدثني بالحديث، فأنصت له كأني لم أسمعه، وقد سمعته قبل أن يولد
"Sesungguhnya, ada seseorang yang menyampaikan hadits kepadaku, lalu aku diam mendengarkan seakan-akan aku belum pernah mendengarnya sebelum itu. Padahal, aku sungguh telah mendengarnya sebelum dia dilahirkan". (Siyar A’lamin Nubala, 5/86).
Sumber : https://majles.alukah.net/t105460/
Dan berkata Atha’ bin Abi Rabah rahimahullah,
إن الشاب ليتحدث بحديث فأستمع له كأني لم أسمع ، ولقد سمعته قبل أن يولد. الجامع لأخلاق الراوي وآداب السامع للخطيب البغدادي (352).
"Sesungguhnya ada seorang pemuda, bercerita dengan sebuah cerita, lalu aku mendengarkannya, seakan-akan aku belum mendengarnya. Padahal, sungguh sungguh aku telah mendengarnya sebelum dia dilahirkan". (Al Jami' Li Akhlak Ar Rawi Al Adab As Sami' 352). Sumber : https://al-badr.net/muqolat/6608
AFM
https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2022/09/memotong-pembicaraan.html
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.