Banyak masyarakat kita yang alergi untuk melangsungkan akad nikah di bulan Muharram karena dianggap bulan keramat, sial dan naas. Padahal bulan Muharram termasuk bulan yang istimewa dan mulia dalam Islam.
Pantaskah bulan mulia malah dianggap angker dan membawa sial?
Bukankah ini termasuk mencela waktu yang beresiko mencela Sang pencipta dan pengaturnya juga?
Bukankah ini juga termasuk bentuk thiyarah (merasa sial) yang *termasuk kesyirikan?
Adakah bukti penelitian ilmiah yang menunjukkan angka tinggi kegagalan nikah di bulan Muharram?
Dari sini saya berpendapat seyogyanya bagi kita untuk menyelisihi mitos ini dengan berani nikah di bulan Muharram. Kalau dulu Nabi ﷺ nikah di bulan Syawal untuk menyelisihi mitos jahiliyyah, maka salahkah jika sekarang justru dianjurkan nikah bulan Muharram dengan niat yang sama? Bukankah para ulama mengatakan,
الحكم يدور مع علته وجودا وعدما
"Hukum itu berputar tergantung alasannya, ada atau tidaknya.."
Nah, alhamdulillah sekedar info saya dulu juga nikahnya bulan Muharram. Sampai sekarang bahagia Alhamdulillah. Ini saya, kalau antum adakah yang sama dengan saya atau berani bertekad akan nikah bulan suro?
Ditunggu bagi-bagi pengalamannya..
*_✒️Ustadz Abu Ubaidah As-Sidawi_* حفظه الله تعالى
(Pengasuh Ma'had Al-Furqon, Gresik)
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.
