Meminta-minta untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri kepada manusia, kalau tidak darurat, tidak boleh, tidak halal, bahkan haram hukumnya. Mintalah kepada Allah Ta'ala, kemudian berusahalah semaksimal mungkin.
Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah,
فَالْعَبْدُ لَا بُدَّ لَهُ مِنْ رِزْقٍ وَهُوَ مُحْتَاجٌ إلَى ذَلِكَ فَإِذَا طَلَبَ رِزْقَهُ مِنْ اللَّهِ صَارَ عَبْدًا لِلَّهِ فَقِيرًا إلَيْهِ وَإِنْ طَلَبَهُ مِنْ مَخْلُوقٍ صَارَ عَبْدًا لِذَلِكَ الْمَخْلُوقِ فَقِيرًا إلَيْهِ. وَلِهَذَا كَانَتْ " مَسْأَلَةُ الْمَخْلُوقِ " مُحَرَّمَةً فِي الْأَصْلِ وَإِنَّمَا أُبِيحَتْ لِلضَّرُورَةِ
"Seorang hamba tidak bisa tanpa rezeki dan dia membutuhkannya, jika dia meminta rezekinya kepada Allah maka dia menjadi hamba Allah dan butuh kepada-Nya. Namun jika dia memintanya kepada makhluk maka dia menjadi budak bagi makhluk tersebut dan butuh kepadanya. Oleh karena inilah meminta kepada makhluk hukum asalnya HARAM, dan hanya dibolehkan karena DARURAT ." (Majmu Fatawa).
Sumber : https://al-maktaba.org/book/7289/4767
Perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahullah ini sejalan dengan apa yang disampaikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ سَأَلَ النَّاسَ لِيُثْرِيَ مَالَهُ كَانَ خُمُوشًا فِي وَجْهِهِ وَرَضْفًا يَأْكُلُهُ مِنْ جَهَنَّمَ...
“Barangsiapa yang meminta-minta kepada orang lain untuk menumpuk harta maka pada hari kiamat akan ada cakaran di wajahnya dan akan memakan batu panas dari neraka jahanam…“ (HR. Ath Thabarani dalam Al Kabir. Hadits shahih li ghairihi).
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ
“Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain tanpa ada kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api“. (Riwayat Ahmad-Hadits Shahih).
Ada tiga orang yang dihalalkan mengemis (meminta-minta) di dalam syariat.
Sedangkan selain ketiga orang tersebut terlarang meminta-minta.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.
“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu TIDAK HALAL, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: 1. Seseorang yang menanggung beban (hutang orang lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia bisa melunasinya, kemudian berhenti. 2. Seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. 3. Seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Wahai Qabishah ! Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu adalah HARAM, dan orang yang memakannya adalah memakan yang HARAM“. (Riwayat Muslim).
Perhatikan bagaimana teladan para salaf untuk tidak meminta-minta kepada makhluk dalam memenuhi kebutuhannya.
Berkata Al-‘Aini rahimahullah,
من سَأَلَ النَّاس لأجل التكثر فَهُوَ مَذْمُوم
“Barangsiapa yang meminta-minta kepada orang lain untuk memperkaya diri itulah yang tercela” (Umdatul Qari, 9/56).
Berkata seorang salaf rahimahullah,
إني لأستحي من الله أن أسأله الدنيا وهو يملكها فكيف أسألها من لا يملكها ! . يعني : المخلوق .
"Aku malu kepada Allah meminta dunia kepadaNya padahal Dia yang memilikinya, maka bagaimana aku meminta kepada (makhluk) yang tidak memilikinya?" (Rasail Ibnu Rajab 3/125)
Berkata Abu Mas’ud Abdurrahim al-Haaji rahimahullah,
سمعت ابن طاهر يقول: بلت الدم في طلب الحديث مرتين, مرة ببغداد, وأخرى بمكة, كنت أمشي حافيا في الحر, فلحقني ذلك, وما ركبت دابة قط في طلب الحديث, وكنت أحمل كتبي على ظهري, وما سألت في حال الطلب أحدا, كنت أعيش على ما يأتي. سير أعلام النبلاء| 19:363
Aku pernah mendengar Ibnu Thahir berkata: “Aku pernah kencing darah sebanyak dua kali ketika menimba ilmu hadits, pertama di Baghdad, kedua di Makkah, (biasanya) aku berjalan tanpa alas kaki di cuaca panas, maka akupun ditimpa sakit itu (kencing darah), aku sama sekali tidak pernah mengendarai hewan tunggangan (kendaraan) ketika menuntut hadits, aku memikul kitab-kitabku di atas punggung. Aku sama sekali tidak pernah MEMINTA-MINTA sewaktu aku menuntut ilmu, aku bertahan hidup (dengan rizki) seadanya.” (Siar A’lamin Nubala’ : 19/363).
https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2022/10/memperkaya-diri-sendiri-dengan-meminta.html
AFM
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.