Jawaban dari perkataan,
"Kami cinta Nabi, karena kami cinta Nabi, maka kami merayakan Maulid."
Jawaban :
"Cinta kalian palsu dan cinta kalian dusta. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan dan mensunnahkan untuk jangan berbuat Bid'ah dalam Syariat dan jangan mengikuti perkara-perkara Bid'ah dalam Syariat, dimana beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda : "Jangan sampai kalian mengikuti perkara-perkara yang dibuat-buat (dalam agama), karena sesungguhnya semua Bid'ah itu adalah sesat.” SEDANGKAN Maulid Nabi adalah Bid'ah dalam Syariat dalam jenis Hari Ied dan waktunya yang tidak ada dasar petunjuknya. Kalau cinta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam MAKA kalian pegang erat-erat Sunnahnya DAN melaksanakan perintahnya untuk jangan berbuat Bid'ah dalam Syariat dan jangan mengikuti perkara-perkara Bid'ah dalam Syariat, BUKAN malah kalian menyelisihinya dan menentangnya dengan sejuta alasan. Maka dari itu, CINTA KALIAN PALSU DAN DUSTA.
Al Qadhi bin Iyadh rahimahullah (wafat 544 H) berkata,
“Ketahuilah sesungguhnya siapa saja yang mencintai sesuatu maka akan mempengaruhinya dan mempengaruhi sikapnya, kalau tidak, maka belum dikatakan orang yang benar cintanya, tetapi hanya mengaku-ngaku. jujur dalam mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan bukti dari tanda-tanda kejujuran itu. TANDA TERSEBUT ADALAH MENGIKUTI BELIAU DAN MENGAMALKAN SUNNAH-SUNNAHNYA, MENGIKUTI UCAPANNYA DAN PERBUATANNYA, MELAKSANAKAN PERINTAH-PERINTAHNYA DAN MENINGGALKAN LARANGAN-LARANGANNYA. IA BERADAB DENGAN ADAB BELIAU BAIK DALAM KEADAAN SUSAH MAUPUN DALAM KEADAAN LAPANG, YANG IA SUKAI MAUPUN YANG IA BENCI.”
- Mukhtashar Syuabul Iman, hlm. 27
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah (wafat 795 H) menyebutkan bahwa kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu ada dua tingkatan,
“Pertama : Wajib, yaitu kecintaan yang mengharuskan menerima apa yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu adalah dari Allah, menerimanya dengan penuh keridahaan, penghormatan dan ketundukan, tidak mencari-cari petunjuk dengan selain jalannya apapun bentuknya. Kemudian mengikuti dengan baik dari apa yang beliau sampaikan dari Rabbnya, dengan membenarkan semua yang datang darinya, taat dengan semua perintahnya dari berbagai kewajiban, menjauhi semua yang dilarangnya dari hal-hal yang diharamkan, menolong agamanya, berjihad terhadap siapa yang menentangnya sesuai kemampuan. Bentuk-bentuk ini sebagai keharusan yang tidak sempurna keimanan selain denganya.
Kedua : KEUTAMAAN, YAITU KECINTAAN YANG MENGHARUSKAN DALAM MENGIKUTI BELIAU –SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM, MELAKSANAKAN SUNNAH-SUNNAHNYA, MENIRU PERILAKUNYA, ADABNYA, YANG DIANJURKANNYA, DALAM TATA CARA MAKAN DAN MINUMNYA, PAKAIANNYA, ADAB DALAM RUMAH TANGGA, DAN BENTUK-BENTUK ADAB YANG SEMPURNA YANG LAIN SERTA ADAB-ADAB BERSUCI.”
- Istinsyaq Nasimil Insi min Nafahati Riyadhil Qudsi, hlm. 34-35
Al Aini rahimahullah (wafat 855 H) berkata,
“KETAHUILAH BAHWA MENCINTAI RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM ADALAH KEMAUAN UNTUK MENAATI BELIAU DAN MENINGGALKAN SELURUH BENTUK PENENTANGAN TERHADAP BELIAU –SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM-, DAN YANG DEMIKIAN ITU TERMASUK DI ANTARA KEWAJIBAN-KEWAJIBAN AD-DIN AL ISLAM.”
- Umdah Al Qari, I/144
JADI jangan katakan atau memproklamirkan diri kalian cinta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam SEDANGKAN kalian paling terdepan menyelisihinya dan menentangnya dengan berbuat Bid'ah-Bid'ah dalam Syariat.
Ambil kaca !!!!!
Atha bin Yussuf
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.