Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Monday, November 21, 2022

Kisah Keislaman Umar bin Al-Khatthab

Kisah Keislaman Umar bin Al-Khatthab
Bismillah...

Umar masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun ke 6 kenabian persisnya tiga hari setelah keislaman Hamzah. Sebelumnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah berdoa,

اللَّهُـمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ

"Ya Allah muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang Engkau cintai yaitu Umar bin Al-Khatthab atau Abu Jahl bin Hisyam." Maka yang lebih Allah cintai adalah Umar.

(Sunan At-Tirmidzi 2/209)

Riwayat-riwayat yang menyebutkan tentang keislaman Umar menunjukkan bahwa Islam masuk ke dalam hati Umar dengan bertahap. Sebelum diceritakan kisahnya, perlu diketahui bagaimana watak Umar bin Al-Khatthab.

Umar dikenal sebagai sosok yang keras tabiat dan memiliki tekad yang kuat. Dahulu Umar sering mengganggu kaum Muslimin, meski sebetulnya ada perang batin dalam dirinya. Di satu sisi beliau harus menghormati aturan adat yang dibikin oleh para pendahulunya tetapi bersamaan dengan itu beliau takjub dengan kokohnya mental kaum Muslimin dan kesabaran mereka dalam menghadapi banyak cobaan demi mempertahankan akidah. Di samping itu muncul banyak keraguan dalam hati Umar yang tengah memperdaya dirinya, karena sebagai orang yang berakal beliau berpikir boleh jadi apa yang diajarkan oleh Islam itu lebih mulia dan lebih suci dari ajaran yang lain." (Fiqhus Sirah hlm. 92-93)

Pada suatu malam Umar bermalam di luar rumah beranjak menuju Masjidil Haram lalu masuk ke dalam tirai Ka'bah. Ketika itu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang berdiri untuk shalat, beliau memulainya dengan membaca surat "Al-Haqqah", maka Umar menyimak bacaan Qur'an Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya takjub dengan kandungan ayatnya, beliau berkata, "Demi Allah! Sungguh dia ini benar-benar penyair seperti yang dikatakan Quraisy." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca ayat, "Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah benar-benar wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya yang mulia. Dan Al-Qur'an sekali-kali bukanlah perkataan seorang penyair, sedikit sekali kalian beriman kepadanya." (Al-Haqqah: 40-41)

Kemudian aku berkata, "Kalau begitu, dia ini tukang tenung!" Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melanjutkan bacaannya, "Dan bukan pula perkataan tukang tenung, sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya. Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb semesta alam." Sampai akhir surat, saat itulah kebenaran Islam mulai mengguncang hatiku." (Tarikh Umar karya Ibnul Jauzi hlm. 6)

Inilah awal mula benih Islam masuk ke dalam hati Umar, meski sentimen jahiliah, fanatisme tradisi nenek moyang masih mengalahkan kebenaran yang dibisikkan oleh suara hatinya, sehingga Umar tetap menolak Islam tidak peduli dengan pergolakan batinnya.

Tibalah suatu hari Umar keluar sembari menghunuskan pedangnya hendak membunuh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ada orang yang berkata kepadanya:

"Wahai Umar, engkau hendak kemana?

Umar menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad!

Orang itu berkata, "Bagaimana engkau bisa merasa aman dari ancaman Bani Hasyim dan Bani Zuhrah kalau Muhammad engkau bunuh?"

Umar menjawab, "Apakah engkau sudah menjadi pengikut agama baru dan keluar dari agamamu!"

Orang itu berkata, "Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang membuatmu terkejut wahai Umar?! Sesungguhnya adik perempuanmu dan iparmu telah menjadi pengikut agama baru dan meninggalkan agamamu!"

Bertolaklah Umar mendatangi keduanya dan di sana ada Khabbab bin Al-Arits yang membawa lembaran Qur'an bertuliskan surat "Thaha" yang sedang dibacakan. Mengetahui kedatangannya, maka Khabbab menutupi lembaran Qur'an tersebut dan bersembunyi di bagian belakang rumah. Umar berkata, "Ada apa suara bisik-bisik yang aku dengar dari kalian?

Keduanya menjawab, "Tidak ada apa-apa, hanya sekedar pembicaraan di antara kami."

Umar berkata, "Tampaknya kalian sudah menjadi pengikuti agama baru!"

Iparnya berkata, "Wahai Umar! Bagaimana pendapatmu jika kebenaran itu ada pada selain agamamu?!

Mendengar itu, Umar langsung melompat ke arah iparnya dan menginjaknya dengan keras. Lalu datanglah adiknya mengangkat suaminya, namun Umar malah menamparnya hingga darah mengalir di wajahnya. Maka adiknya berkata dengan marah, "Wahai Umar! Jika kebenaran ada pada selain agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah!".

Umar putus asa, merasa malu dan menyesali apa yang diperbuatnya, lalu dia berkata, "Berikan tulisan yang ada di tangan kalian kepadaku aku ingin membacanya.

Maka adiknya meminta Umar mandi karena dianggap masih kotor, lalu Umar membaca, "Bismillahirrahmanirrahim", dia bergumam, "Sungguh nama-nama yang baik dan suci." Kemudian Umar membaca surat Thaha sampai kepada ayat, "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku." (Thaha: 14)

Umar merasa takjub dengan kandungan ayat ini dan minta dibawa ke hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Mendengar hal itu, Khabbab keluar dari persembunyiannya sambil berkata, "Wahai Umar bergembiralah, karena sungguh aku berharap engkaulah yang dimaksud dalam doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam kamis, "Ya Allah muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang Engkau cintai, Umar bin Al-Khatthab atau Abu Jahl bin Hisyam."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika itu sedang berada di rumah salah seorang shahabatnya yang berada di kaki bukit Shafa. Bersualah Umar dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau mencengkeram kerah jubah Umar dan gagang pedangnya seraya bersabda,

"Tidakkah engkau berhenti dari tindakanmu wahai Umar hingga Allah menghinakanmu dan menimpakan bencana atasmu sebagaimana yang menimpa Al-Walid bin Al-Mughirah? Ya Allah, ini Umar bin Al-Khatthab! Ya Allah, muliakanlah Islam dengannya!"

Maka Umar bersaksi dengan dua kalimat syahadat, "Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan engkau adalah utusan Allah." Maka para penghuni rumah bertakbir sampai terdengar oleh orang-orang yang berada di sekitar Masjidil Harom." (Ar-Rahiqul Makhtum hlm. 89 - 92)


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02Y2izyBnqmUXWKgpSf9U1ZKx9VjoSWtEsXajshREkZSfhVE5g8mfq3WoFqBEAg4Wbl&id=100001764454087

https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive