Abu Adz-Dzayyal rahimahullah berkata,
ألا في الصمت خصلتان: تدفع به جهل من هو أجهل منك وتعلم به من علم من هو أعلم منك
"Ketahuilah dalam diam ada dua faedah,
1. Dengannya engkau menolak kejahilan orang yang lebih jahil darimu.
2. Dengannya engkau akan meraih ilmu dari orang yang lebih berilmu darimu."
(Az-Zuhd hlm. 51, Ibnu Abi Ashim - 206-287H)
(Jami’ Bayanil-‘Ilmi wa Fadhlih, Abu Umar Yusuf bin Abdul Barr 368-463H, jilid 1 hlm. 550)
Abu Darda’ radhiallahu anha mengatakan:
تَعَلَّمُوْا الصَّمْتَ كَمَا تَتَعَلَّمُوْنَ الْكَلَامَ
“Belajarlah untuk diam sebagaimana kalian belajar untuk berbicara.” (Diriwayatkan oleh al-Khara’ithi dalam kitabnya Makarim al-Akhlaq)
Para salaf berkata bahwa tahapan utama di dalam menuntut ilmu itu diam dan menyimak. Bukan banyak bicara atau bahkan memotong pembicaraan dan banyak berkomentar.
Siapa yang tak pandai mengendalikan nafsu lidahnya untuk berbicara maka dia akan terhalang dari banyak faedah ilmu yang dituturkan seorang alim kepadanya. Sekiranya ingin bertanya sampaikan dengan ibarat yang baik dan mengindahkan adab.
Diam juga diperlukan tatkala menghadapi orang jahil yang banyak bicara. Meladeni orang seperti itu hanya akan menghinakan diri sendiri bahkan menghinakan ilmu dan para ulama.
Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan, "Orang yang jahil tidak mengetahui kedudukan dirinya lantas bagaimana mungkin dia dapat mengetahui kedudukan orang lain?"
Benar kata pepatah, "Diam adalah emas", selama kondisinya memang menuntut dirinya untuk tidak banyak berbicara.
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.
