Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Wednesday, May 3, 2023

Perselisihan Itu Perkara Kauni Yang Pasti Terjadi

Perselisihan Itu Perkara Kauni Yang Pasti Terjadi
Bismillah...

لَا شَكَّ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَضَى كَوْنًا وَأَرَادَ الْاِخْتِلَافَ كَمَا قَالَ تَعَالَى : {وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ} ([1])

Tidak diragukan lagi bahwa Allah 'Azza Wa Jalla  telah menentukan secara kauniyyah (ketetapan qadar-Nya) dan telah menentukan dengan iradah (kehendak)-Nya akan adanya ikhtilaf (perselisihan) sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya

وَكَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا» ([2])

Dan sebagaimana Nabi ﷺ  bersabda : “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, dan mendengar serta taat kepada pemimpin kalian walaupun yang memimpin seorang budak habasyah Dan sesungguhnya orang yang hidup di antara kalian akan menyaksikan perselisihan yang banyak.”

وَكَمَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ واَلسَّلَامُ : {سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً} وَبَعْضُ الْجُهَّالِ يَسْتَدِلُّ بِهَذِهِ الْأَدِلَّةِ عَلَى وُجُوْبِ التَّسْلِيْمِ وَالْإِذْعَانِ لِلْاِخْتِلَافِ لِأَنَّ اللهَ أَرَادَهُ وَهَذَا يَلْتَبِسُ عَلَى مَنْ لَا يُفَرِّقُ بَيْنَ مَا أَرَادَهُ اللهُ وَقَضَاهُ كَوْنًا وَمَا أَرَادَهُ وَقَضَاهُ شَرْعًا.

Juga beliau ﷺ bersabda:  "Ummatku ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan" Sebagian dari orang-orang bodoh berpegang dengan dalil-dalil ini akan wajibnya menerima dan pasrah akan adanya perpecahan sebagai kehendak Alla Dan hal ini akan tersamar bagi orang yang tidak bisa membedakan antara sesuatu yang ditentukan oleh Allah Ta'la dan qadha'Nya secara kauniyyah, serta yang dikehendaki oleh Allah Ta'ala  dan qadha'-Nya yang bersifat syar'iyyah.

فَالْخِلَافُ مِمَّا قَضَاهُ اللهُ وَأَرَادَهُ كَوْنًا لِحِكْمَةٍ بَالِغَةٍ حَتَّى يَتَمَيَّزَ الْمُتَّبِعَ مِنَ الْمُبْتَدِعِ وَيَقُوْمَ الْمُتَّبِعُ بِمُجَاهَدَةِ الْمُبْتَدِعِ بِالْحُجَّةِ وَالْبَيَانِ.

Dan khilafiyah adalah suatu ketentuan Allah ﷻ yang bersifat kauniyyah dan mengandung hikmah mendalam, sehingga seorang muttabi' (orang yang mengikuti dan taat) bisa dibedakan dari mubtadi' (orang yang mengada-ada), dan kaum yang berittiba' akan tegak menghadapi setiap ahlul bid'ah dengan hujjah dan penjelasan.

فَالْخِلَافُ كَالْكُفْرِ بِاعْتِبَارِ إِرَادَةِ اللهِ لَهُ كَوْنًا فَاللهُ لَا يُحِبُّهُ وَلَكِنَّهُ سُبْحَانَهُ شَاءَهُ وَأَرَادَهُ إِرَادَةً كَوْنِيَّةً قَدَرِيَّةً.

Maka khilafiyah, sebagaimana halnya kekafiran, jika ditinjau dari kehendak Allah ﷻ secara kauniyyah, Allah ﷻ tidaklah mencintainya, namun Allah ﷻ menginginkan dan menghendakinya secara kauniyyah qadariyyah.

قَالَ أَبُوْ مُحَمَّدِ بْنِ حَزْمٍ : وَقَدْ نَصَّ اللهُ تَعَالَى عَلَى أَنَّ الْاِخْتِلَافَ لَيْسَ مِنْ عِنْدِهِ وَمَعْنَى ذَلِكَ أَنَّهُ تَعَالَى لَمْ يَرْضَ بِهِ وَإِنَّمَا أَرَادَهُ تَعَالَى إِرَادَةَ  كَوْنٍ كَمَا أَرَادَ كَوْنَ الْكُفْرِ وَسَائِرَ الْمَعَاصِي ‎.([3])

Abu Muhammad Ibnu Hazm berkata, “Allah telah menyebutkan bahwa khilafiyah bukan berasal dari sisi-Nya. Maknanya, Allah tidak meridhainya. Allah hanyalah menghendakinya secara kauniyyah sebagaimana Dia menghendaki adanya kekafiran dan setiap perbuatan maksiat.

فَكَمَا أَنَّهُ لَا بُمْكِنُ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَرْضَى بِالْكُفْرِ فَكَذَلِكَ يَنْبَغِيْ أَنْ لَا يَرْضَى بِالْخِلَافِ وَهَذَا الْخِلَافُ لَا يَخْتَصُّ بِأَهْلِ السُّنَّةِ وَالْمُبْتَدِعَةِ بَلْ حَتَّى أَهْلُ السُّنَّةِ لَا بُدَّ أَنْ يَقَعَ بَيْنَهُمْ تَنَازُعٌ وَاخْتِلَافٌ.

Sebagaimana seorang muslim tidak mungkin meridhai kekufuran, ia pun hendaknya tidak meridhai perselisihan. Khilafiyah ini tidak dikhususkan antara Ahlus Sunnah dengan ahlul bid'ah, bahkan antara sesama Ahlus Sunnah mesti terjerumus kepada perbedaan pendapat dan perselisihan.

قال شيخ الإسلام ابن تيمية : فَلَا بُدَّ فِي الطَّوَائِفِ الْمُنْتَسِبَةِ إلَى السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ مِنْ نَوْعِ تَنَازُعٍ لَكِنْ لَا بُدَّ فِيهِمْ مِنْ طَائِفَةٍ تَعْتَصِمُ بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Maka di setiap kalangan yang menyandarkan diri mereka kepada Sunnah dan jama'ah mesti terjadi perbedaan pendapat. Akan tetapi di antara mereka pasti ada orang-orang yang berpegang dengan al-Kitab dan as-Sunnah.

كَمَا أَنَّهُ لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ تَنَازُعٌ وَاخْتِلَافٌ لَكِنَّهُ لَا يَزَالُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ طَائِفَةٌ قَائِمَةٌ بِالْحَقِّ لَا يَضُرُّهَا مَنْ خَالَفَهَا وَلَا مَنْ خَذَلَهَا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ. ([4])

Sebagaimana di antara kaum muslimin mesti terjadi perbedaan pendapat dan perselisihan, akan tetapi akan selalu ada di antara mereka kalangan yang berpijak di atas al-haq yang tidak akan merugikan mereka siapa yang menyelisihi dan menghinakan mereka hingga Hari Kiamat.

************

[1] [هود: 119]

[2] رواه أحمد 4/126

[3] الإحكام في أصول الأحكام 5/64


https://www.facebook.com/100010496524332/posts/pfbid0ef23hHEYupbdwbfiTztDgEsigC8K62LGQGrPu6BfthUSgkq24Yh9aJzPaeEB1eBrl/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive