Lalainya seseorang dari ketaatan, bermudah-mudahannya ia meninggalkan kewajiban, boleh jadi itu sebagai hukuman Allah yang enggan menerima amalan dia.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas."
(QS. Al-Kahf: 28)
Al-'Allamah Abdurrahman bin Nashir As-Si'di rahimahullah berkata,
غفل عن الله فعاقبه بأن أغفله عن ذكره
"Dia lalai mengingat Allah maka Allah menghukumnya dengan menjadikan dirinya lalai untuk mengingat-Nya."
(Taisirul Karim hlm. 475)
Orang kalau sudah abai dari mengingat Allah, maka ia lupa diri, lupa tanggung jawab, lupa janji, hawa nafsu telah menguasai dirinya.
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan memperbagus ibadah yang baik kepada-Mu.” [HR. Abu Daud, no. 1522; An-Nasa’i, no. 1304]
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.
