Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Friday, July 14, 2023

Menafsirkan Ayat Menurut Hawa Nafsunya

Menafsirkan Ayat Menurut Hawa Nafsunya
Bismillah...

Hadits dari Jundub bin Abdillah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

من قال في القرآن برأيه فأصاب فقد أخطأ

"Barangsiapa yang menafsirkan Al-Qur'an hanya dengan mengandalkan pikirannya semata maka dia telah salah meski hasilnya mencocoki kebenaran."

(HR. Ath-Thabari "Jami'ul Bayan" 1/27, At-Tirmidzi 2952)

Meski keabsahan hadits ini diperbincangkan oleh para ulama akan tetapi maknanya shahih.

Yakni siapa yang menafsirkan Al-Qur'an hanya mengandalkan akal pikirannya semata atau pendapatnya pribadi, maka dia telah berdosa meski kesimpulannya mencocoki tafsir yang benar.

Dikatakan salah berdosa karena manhaj (metode) ia dalam menafsirkan ayat tidak mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabat beliau.

Diantara metode menafsirkan Al-Qur'an sebagaimana yang disebutkan para ulama yang pertama adalah dengan kalamullah yakni menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an.

Kemudian dengan sunnah (petunjuk) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena Al-Qur'an diturunkan kepada beliau.

Kemudian dengan penafsiran para shahabat radhiyallahu 'anhum mereka adalah murid-murid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang belajar langsung dari beliau dan beramal dengan ilmunya. 

Utamanya Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khatthab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy'ari, Abdullah bin Az-Zubair, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Aisyah, Zainab, Ummu Salamah dan yang lain.

Kemudian penafsiran para ulama tabiin yaitu murid-murid para shahabat yang mereka mengambil ilmu langsung dari para shahabat Nabi seperti murid-murid Ibnu Abbas di Mekkah yaitu Mujahid, Sa'ad bin Jubair dan yang lain. Begitupula murid-murid Ibnu Mas'ud seperti Alqamah, Masruq dan yang lain.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

"Jika para tabiin berijma' (bersepakat) dalam suatu masalah maka tidak disangsikan lagi itu adalah hujjah."

Apabila tidak dijumpai tafsir dari kalamullah, hadits, para shahabat, para tabiin, baru kemudian menafsirkan Al-Qur'an sesuai makna syariat atau makna bahasa Arab sesuai konteks kalimat.

Alhasil, menafsirkan ayat bukan perkara sederhana dan tidak setiap orang punya kapasitas sebagai mufassir. Ada banyak disiplin ilmu yang harus dikuasai, lurusnya akidah, baiknya pemahaman, keahlian, dan yang paling penting adalah tawfiq dari Allah.

Al-Imam Muhammad bin Isa At-Tirmidzi rahimahullah berkata, 

"Sebagian ahli ilmu dari kalangan shahabat Nabi dan selain mereka sebagaimana yang diriwayatkan sangat keras pengingkarannya terhadap orang-orang yang menafsirkan Al-Qur'an tanpa ilmu atau dari pendapatnya pribadi."

(Tuhfatul Ahwadzi 6/296)

Wacana bebas tafsir yang disuarakan sebagian kalangan hakikatnya ingin berislam menurut hawa nafsunya dan pembodohan seperti yang kita saksikan sekarang.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid07WcaBpeoqAaq7efZUWD9bPokGXQZKUSUnM2H58dnFKV9JET4VkmYyBwiYdCZ4gXvl&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive