Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Saturday, October 14, 2023

Sunnah Siapa Mendo'akan Kejelekan Pemimpin?

Sunnah Siapa Mendo'akan Kejelekan Pemimpin?
Bismillah...

Sebagian orang berkata, "Mendoakan kejelekan terhadap pemimpin zalim itu sunnah. Dan diamalkan para salaf." Mereka  berdalih dengan hadits ini :

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ 

Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit  urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia”. (HR Ahmad dan Muslim 1828).

Coba lihat penjelasannya ulama salaf tentang hadits ini.

1. Hadits ini adalah ancaman bagi para pemimpin yang zalim kepada rakyatnya.

2. Hadits ini adalah motivasi bagi para pemimpin untuk menyayangi rakyatnya.

3. Hadits ini menunjukkan al jaza’ min jinsil ‘amal, balasan sesuai dengan perbuatan.

4. Hadits ini menunjukkan sayangnya Rasulullah kepada umatnya.

Tidak kami ketahui diantara ulama Ahlussunnah yang memahami dari hadits ini, bahwa maknanya boleh mencela ulil amri atau bahkan sampai jadi dalil bolehnya memberontak.

Intinya, hadits ini adalah salah satu dari dalil wa’id (ancaman) bagi para pemimpin (secara umum) yang tidak menjalankan amanah dengan baik. Dan dalil-dalil ancaman bagi pemimpin itu banyak sekali. Tidak hanya hadits ini.

Baca juga :

- https://muslim.or.id/59189-penjelasan-hadits-doa-rasulullah-bagi-para-pemimpin.html 

- https://muslim.or.id/28366-mencela-pemimpin-ciri-khas-kelompok-khawarij.html


Berkata Imam Nawawi rahimahullah

Sabda Beliau ini termasuk larangan yang sempurna agar penguasa tidak menyusahkan manusia dan anjuran paling agung untuk bersikap lembut kepada mereka. Banyak hadits-hadits yang semakna dengan ini”. [Syarah Nawawi, 12/213].

Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah, 

وهذا دعاء من النبي صلى الله عليه وسلم على من تولى أمور المسلمين الخاصة والعامة ؛ حتى الإنسان يتولى أمر بيته ، وحتى مدير المدرسة يتولى أمر المدرسة ، وحتى المدرس يتولى أمر الفصل ، وحتى الإمام يتولى أمر المسجد.

Ini adalah doa dari Nabi Sholallahu ‘alaihi wa Salaam kepada orang yang mengurusi perkara kaum Muslimin baik secara khusus maupun umum, hingga termasuk orang yang mengurusi rumah tangganya, kepala sekolah yang mengurusi sekolahannya, guru yang mengurusi kelasnya dan imam yang mengurusi masjidnya

ولهذا قال: (من ولي من أمر أمتي شيئاً) ، (وشيئاً) نكرة في سياق الشرط ، وقد ذكر علماء الأصول أن النكرة في سياق الشرط تفيد العموم ؛ أي شيء يكون " . انتهى من " شرح رياض الصالحين" (3/ 633) . 

Oleh karena itu, Beliau bersabda (barangsiapa yang mengurusi sesuatu dari perkara umatku), (sesuatu) bentuk katanya nakirah fi siyaqi asysyarthi dan para ulama ushul sungguh telah menyebutkan bahwa nakirah fi siyaqi asysyarthi berfaidah (bermakna) umum, yakni sesuatu yang ada. (Syarah Riyadhus Shalihin 3/633).

Berkata Asy-Syaikh Faishol bin Abdul Aziz rahimahullah, 

في هذا الحديث، التنبيه لولاة الأُمور على السعي في مصالح الرعية، والجهد في دفع ضررهم، وما يشق عليهم من قولٍ أو فعل، وعدم الغفلة عن أحوالهم.

Dalam hadits ini, peringatan untuk pemimpin agar berusaha untuk kebaikan-kebaikan rakyatnya, bersungguh-sungguh di dalam mencegah kemudharatan rakyatnya dan apa-apa yang membuat sulit rakyatnya, baik berupa ucapan atau tindakannya (segala kebijakan), serta tidak lalai untuk memperhatikan kondisi mereka. (Tahhriiz Riyaadhus Sholihin).

Ulama tidak menjadikan hadits di atas dalil tentang perintah dianjurkannya mendoakan jelek pemimpin. Sunnahnya pemimpin itu didoakan kebaikan. 

Berkata Al Imam An Nawawi rahimahullah :

الدُّعاءُ لأئمة المسلمين وولاة أُمورهم بالصلاح والإعانة على الحقِّ والقيام بالعدل ونحو ذلك، ولجيوش الإسلام، فمستحبٌ بالاتفاق

"Mendoakan bagi para pemimpin, penguasa kaum muslimin dan para tentara Islam agar mendapatkan kebaikan, pertolongan dalam menerapkan kebenaran dan menegakkan keadilan hukumnya SUNNAH dengan kesepakatan (para ulama)." Majmu' Syarhil Muhadzdzab 4/391.

Ahlussunnah itu mendoakan kebaikan bagi para pemimpin, bukan laknat dan keburukan.

Berkata Abu Bakr Al-Ismaa’iiliy rahimahullah :

ًويرون الدعاء لهم بالإصلاح والعطف إلى العدل. ولا يرون الخروج بالسيف عليهم

Dan mereka (Ahlus-Sunnah) berpendapat dianjurkannya mendoakan mereka kebaikan dan condong pada keadilan.  [Al-I’tiqaad, hal. 56].

Berkata Imam Ahmad Bin Hambal rahimahullah :

وإني لأدعو الله للأمير بالتسديد والتوفيق، في الليل والنهار..  البداية و النهاية ١٠/٣٣٧

Dan sesungguhnya aku, mendoakan petunjuk jalan yang lurus dan taufik (hidayah) untuk pemimpin malam dan siang. Al Bidayah wa Nihayah 10/337.

Dan berkata Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah :

مِـن صـفَـاتِ المُـؤمـن مِـن أهْـل السّــنة والجَـمـاعـة:» (الدعاء لأئمة المسلمين بالصلاح)

طبقات الحنابلة-١/٣٣

"Termasuk sifat seorang mukmin dari ahlussunnah wal jamaah adalah: mendoakan pemimpin-pemimpin kaum muslimin dengan kesalehan (kebaikan) ". [thabaqatul hanabilah (1/33)]

Diantara sifat dan karakter ahlul bid'ah adalah mendoakan kejelekan dan keburukan kepada penguasa. Sedangkan ahlussunnah, senantiasa mendoakan kebaikan kepada penguasa muslim.

Berkata Abu Muhammad Al Hasan bin ‘Ali bin Khalaf Al Imam Al Barbahari rahimahullah:

قال للإمام البربهاري رحمه الله : وإذا رأيت الرجل يدعو على السلطان فاعلم أنه صاحب هوى وإذا سمعت الرجل يدعو للسلطان بالصلاح فاعلم أنه صاحب سنة.

يقول فضيل بن عياض لو كان لي دعوة مستجابة ما جعلتها الا في السلطان. قيل له يا أبا علي فسر لنا هذا قال إذا جعلتها في نفسي لم تعدني وإذا جعلتها في السلطان صلح فصلح بصلاحه العباد والبلاد.

فأمرنا أن ندعو لهم بالصلاح ولم نؤمر أن ندعو عليهم وإن جاروا وظلموا لأن جورهم وظلمهم على أنفسهم وصلاحهم لأنفسهم وللمسلمين

Jika engkau melihat seseorang yang mendoakan jelek pada penguasa, ketahuilah bahwa ia adalah ahlul bid’ah. Jika engkau mendengar orang yang mendoakan kebaikan pada penguasanya, ketahuilah bahwa ia adalah ahlus sunnah.

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Seandainya aku memiliki satu doa yang mustajab (terkabulkan), tentu akan kutujukan doa tersebut pada pemimpin.” Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu? Jelaskanlah pada kami.” Beliau menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.”

Maka kami diperintah untuk mendoakan kebaikan pada pemimpin dan tidak diperintah untuk mendoakan jelek untuk mereka. Jika mereka berbuat zalim, kezaliman itu mereka akan tanggung sendiri. Namun jika mereka baik, maka kebaikannya akan tertuju pada diri mereka dan kaum muslimin secara umum. (Syarhus Sunnah hal 113-114) .

Berkata Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah :

لو أن لي دعوة مستجابة ما صيرتها إلا في الإمام قيل له: وكيف ذلك يا أبا علي؟ قال: متى ما صيرتها في نفسي لم تجزني ومتى صيرتها في الإمام فصلاح الإمام صلاح العباد والبلاد

Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, maka akan aku tujukan doa tersebut kepada pemimpin.”

Ada yang bertanya pada Fudhail, “Mengapa bisa demikian?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.”  (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77)

Berkata Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thohawi  :

ولا نرى الخروج على أئمتنا و ولاة أمورنا وإِن جاروا ، ولا ندعوا عليهم ولا ننزع يدا من طاعتهم ، ونرى طاعتهم من طاعة الله عزوجل فريضة ما لم يأمروا بمعصية، وندعوا لهم بالصلاح والمعافاة

Dan kami tidak memandang bolehnya memberontak kepada para pemimpin dan para waliyyul amr kami, meskipun mereka berbuat kecurangan, kami tidak mendoakan kejelekan kepada mereka, kami tidak melepaskan diri dari ketaatan kepada mereka, kami memandang ketaatan kepada mereka adalah ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla sebagai suatu kewajiban selama mereka tidak memerintah kepada kemakshiyatan, dan kami doakan mereka dengan kebaikan dan keselamatan” (Syarah Aqidah Thahawiyyah 2/540 ).

Berkata Al-Imam Abu Utsman Ash-Shabuni rahimahullah :

ويرى أصحاب الحديث الجمعة والعيدين و غيرهما من الصلوات ، خلف كل إِمام ، برا كان أو فاجراً ، ويرون جهاد الكفرة معهم ، وإِن كانوا جَوَرة فجرة ، ويرون الدعاء لهم بالإِصلاح والتوفيق والصلاح ، وبسط العدل في الرعية

Dan Ashabul hadits memandang shalat Jumat, Iedain, dan shalat-shalat yang lainnya di belakang setiap imam yang muslim yang baik maupun yang fajir, mereka memandang hendaknya mendoakan para pemimpin dengan taufiq dan kebaikan, dan menyebarkan keadilah terhadap rakyat” (Aqidah Salaf Ashabil Hadits, hal. 106 ).

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barak rahimahullah :

الدُّعاء لهم بالصلاح، هذا مُوجب النصيحة، قال النبيُّ صلى الله عليه وسلم: « الدِّين النصيحة، قلنا: لمن؟ قال: لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمة المسلمين وعامَّتهم».

والنصيحة أن تدعو لهم بالصلاح، اللهم أصلحهم، اللهم أصلح بطانتهم، اللهم اهدهم صراطك المستقيم، ادعُ لهم لعلَّ الله يُصلح حالهم، لكن جرت عادة الناس أنهم لا يلتزمون بهذا المنهج.. فأهل العلم والإيمان والصلاح والتجرُّد عن الهوى وإيثار الدنيا، يُحبُّون الخير لإخوانهم المسلمين، ولا سيما ولاة الأمر،

Mendoakan penguasa dengan kebaikan adalah merupakan konsekwensi nasihat kepada mereka. Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan; "Agama adalah nasihat." Kami bertanya; "Kepada siapa wahai Nabi ?"

Beliau berkata; "Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, Penguasa kaum muslimin dan kaum muslimin seluruhnya."

"Nasehat itu engkau mendoakan mereka dengan kebaikan, ya Allah perbaikilah penguasa, perbaikilah tangan kanan mereka, tunjukilah mereka jalan yang lurus. Doakan mereka barangkali Allah akan memperbaiki mereka."

Akan tetapi manusia kebanyakannya tidak menempuh cara ini, para ahli ilmu, pemilik keimanan dan kebaikan yang bersih dari hawa nafsu dan ambisi dunia mereka menginginkan kebaikan bagi saudara mereka kaum muslimin terutama penguasanya.” (Syarah Aqidah Thahawiyah : 270).

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,

تعمدني بنصحك في انفرادي . وجنبْني النصيحة في الجماعهْ .فإن النصح بين الناس نوع. من التوبيخ لا أرضى استماعهْ . وإن خالفتني وعصيت قولي. فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ

Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti.” (Diwan Asy Syafi’i, hal. 56)

Oleh karena itulah, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang menasehati pemimpin,

من أراد أن ينصح لسلطان بأمر فلا يبد له علانية، ولكن ليأخذ بيده فيخلو به، فإن قبل منه فذاك،وإلا كان قد أدى الذي عليه

Barangsiapa ingin menasehati penguasa dengan sesuatu hal, maka janganlah tampakkan nasehat tersebut secara terang-terangan. Namun ambillah tangannya dan bicaralah empat mata dengannya. Jika nasehat diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak diterima, engkau telah menunaikan apa yang dituntut darimu.” (HR. Ahmad, Takhrij As Sunnah Libni Abi Ashim, 1097)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من كَرِه من أميرِهِ شيئا فليصْبِرْ عليهِ . فإنّه ليسَ أحدٌ من الناسِ خرج من السلطانِ شِبْرا ، فماتَ عليهِ ، إلا ماتَ ميتةً جاهليةً

Barang siapa yang tidak suka terhadap suatu hal dari pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar. Karena tidak ada yang memberontak kepada penguasa satu jengkal saja, kemudian ia mati, kecuali ia mati jahiliyah.” (HR. Bukhari no. 7054, Muslim no. 1849)

Dari Abu Bakrah Nafi bin Al Harits Ats Tsaqafi, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَكرم سُلطانَ اللهِ أَكرمَه اللهُ ، ومَنْ أهانَ سُلطانَ اللهِ أهانه اللهُ

Barangsiapa yang memuliakan penguasa, maka Allah akan memuliakan dia. Barangsiapa yang menghinakan penguasa, maka Allah akan menghinakan dia.” (HR. Tirmidzi no. 2224, Ahmad no. 20433, Zhilalul Jannah Takhrij Kitabus Sunnah li Abi Ashim no. 1017)


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0WoNqEfkYNWEXkGi7wmDtR7xAs3SyLDbsX68ChDXPkHygVZY3HvFGK8UCKnzHXYMUl&id=100063495759389


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive