Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Tuesday, November 7, 2023

Shalat-shalat Sunnah 2

Shalat-shalat Sunnah 2
Bismillah...

Shalat Rawatib – Shalat Sunnah Harian

Shalat yang terkait:

Shalat sunnah antara adzan dan iqomah

Terdapat juga syariat sunnah qobliyyah selain yang disebutkan dalam hadits-hadits diatas, yang biasa dinamakan “sunnah rowatib ghoiru muakkadah” dan ada juga yang menamakannya dengan “sunnah muthlaqoh” yang dikerjakan antara adzan dan iqamah, hal ini berdasarkan dari hadits Abdullah Ibnu Mughoffal Al-Muzany:

«بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ، بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ»، ثُمَّ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ: «لِمَنْ شَاءَ»

Antara tiap dua adzan (adzan dan iqamah) terdapat shalat. Antara tiap dua adzan itu terdapat shalat” (kemudian pada yang ketiga kalinya beliau bersabda): “Bagi yang menghendaki”. ([8])

Shalat 4 raka’at sebelum dan setelah zhuhur:

Dalam hadits Ummu Habibah disebutkan bahwa shalat sunnah setelah zhuhur dikerjakan 4 raka’at. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعًا بَعْدَهَا لَمْ تَمَسَّهُ النَّارُ

Siapa yang shalat 4 raka’at sebelum dan sesudah zhuhur maka api neraka tidak akan menyentuhnya.” ([9])

Begitu pula riwayat dari ‘Anbasah bin Abu Sufyan, ia berkata:

سَمِعْتُ أُخْتِي أُمَّ حَبِيبَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، تَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ»

Aku mendengar saudariku Ummu Habibah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang menjaga 4 raka’at sebelum Zhuhur dan 4 raka’at setelahnya, Allah akan mengharamkan baginya api neraka.” ([10])

Cara mengerjakan shalat 4 raka’at tersebut adalah dengan 2 kali salam, berdasarkan sabda Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam:

صَلاَةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى

Shalat sunnah di malam dan di siang hari adalah 2 raka’at, 2 raka’at” ([11])

Shalat 4 raka’at sebelum ashar:

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا

Semoga Allah merahmati seseorang yang melakukan shalat 4 raka’at sebelum ashar.” ([12])

Shalat 6 raka’at setelah maghrib

Terdapat sebuah hadits dari Abu Huroiroh yang menyebutkan keutamaan shalat sunnah setelah maghrib sebanyak 6 raka’at:

«مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِتَّ رَكَعَاتٍ لَمْ يَتَكَلَّمْ فِيمَا بَيْنَهُنَّ بِسُوءٍ، عُدِلْنَ لَهُ بِعِبَادَةِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً».

Siapa yang shalat 6 raka’at setelah maghrib dan tidak melakukan pembicaraan buruk diantara keduanya, maka 6 raka’at tersebut akan dibuat setara dengan ibadah 12 tahun untuknya.” ([13])

Akan tetapi hadits ini sangat lemah. ([14])

Shalat dua raka’at setelah asar

Riwayat tentang shalat ini adalah:

مَا تَرَكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّجْدَتَيْنِ بَعْدَ العَصْرِ عِنْدِي قَطُّ

Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan dua sujud (dua raka’at) setelah Ashar sekalipun di sisiku.” ([15])

Dan dalam riwayat lain:

صَلَاتَانِ مَا تَرَكَهُمَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِي قَطُّ، سِرًّا وَلَا عَلَانِيَةً، رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ

Ada dua shalat yang tidak pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tinggalkan di rumahnya, baik dengan bacaan sirr maupun jelas; yaitu dua raka’at sebelum subuh dan dua raka’at setelah ashar.” ([16])

Ibnu Hajar menjelaskan tentang perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat sunnah setelah ashar secara terus menerus, bahwa itu adalah kekhususan beliau. ([17])

Total raka’at qobliyyah dan ba’diyyah

Berdasarkan hadits-hadits di atas, total shalat sunnah qobliyyah dan ba’diyyah yang ada berdasarkan hadits yang shohih adalah 22 raka’at, yang muakkadah 12 rakaát, dan yang ghoiru muakkadah 10 rakaát.


Footnote:

([8]) HR. Bukhori 1/128 No. 627 dan Muslim 1/573 No. 838

([9]) HR. An-Nasai No. 1817, dishohihkan oleh al-Albani

([10]) HR. At-Tirmidzi No. 428, dishohihkan oleh al-Albani

([11]) HR. Abu Dawud 2044 dalam musnadnya, hadist ini shohih karena semua perowinya tsiqoh, akan tetapi sebagian para ulama mempermasalahkan lafaz tambahan “siang” bahkan dikatakan oleh an-Nasai bahwa perowinya salah pada tambahan ini. (Musnad Imam Ahmad 8/410)

Dan dikatakan oleh Al-Baihaqi bahwa imam Muslim berhujjah dengan riwayat Ali al-Azdi dan tambahan dari tsiqoh itu diterima. (Lihat al-khilafiyyaat bainal imamain Asy-Syafi’i wa Abi Hanifah wa ashaabihi 3/356).

([12]) HR. Abu Dawud No. 2048. Dan diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dalam musnadnya No. 5980, dan dikatakan bahwa sanad hadits ini hasan, syaikh Al-Albani juga mengatakan bahwa hadits ini hasan (lihat sunan Abu Dawud no 1271), At-Tirmidzi pun dalam sunannya 1/556 mengatakan: “ini adalah hadits ghorib hasan”, dan hadits ini dishohihkan oleh Ibnu Hibban, dan dalam catatan kakinya dikatakan sanadnya hasan, di dalamnya terdapat perowi bernama Muhammad bin Mahron dan dikatakan oleh ad-Daruquthni: tidak mengapa, dan berkata Abu Zur’ah: tsiqoh.

Lajnah daimah pun menetapkan bahwa 4 rakaat tersebut mustahab:

Tidak mengapa mengerjakan shalat 4 raka’at sebelum ashar bahkan hal ini adalah mustahab, karena telah datang hadits shohih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau berkata: “Semoga Allah merahmati seseorang yang melakukan shalat 4 raka’at sebelum ashar”. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan dihasankannya, dan mustahab untuk melakukan shalat tersebut melakukan salam di setiap 2 raka’at, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Shalat sunnah di malam hari dan di siang hari dua raka’at dua raka’at”. Diriwayatkan oleh imam Ahmad dan imam sunan yang 4 dengan sanad yang shohih. (Fatawa Lajnah Daimah 6/123)

Syaikh Bin Baz juga pernah ditanya tentang 4 raka’at sebelum ashar, beliau menjawab:

وهذه ليست راتبة، ولكنها مشروعة؛ لأن الرسول ندب إليها عليه الصلاة والسلام، ودعا لصاحبها

Ini bukan termasuk shalat sunnah rowatib, akan tetapi ia disyariatkan karena Rasulullah mensunnahkan untuk melakukannya dan mendoakan orang yang mengamalkannya.” (Fatawa nuur ‘ala ad-darb 10/317)

([13]) HR. Ibnu Majah no. 1167, At-Tirmidzi no 435

([14]) HR. Ibnu Majah no. 1167, At-Tirmidzi no 435

Imam Al-Baghowi menukilkan beberapa perkataan ulama yang menjelaskan kedudukan hadits ini:

قَالَ أَبُو عِيسَى: هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ، لَا نَعْرِفُهُ إِلا مِنْ حَدِيثِ زَيْدِ بْنِ حُبَابٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي خَثْعَمٍ

قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ: عُمَرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي خَثْعَمٍ مُنْكَرُ الْحَدِيثِ، وَضَعَّفَهُ جِدًّا

Berkata Abu Isa: Ini adalah hadits yang ghorib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Zaid bin Hubab dari Umar Bin Abi Khots’am. Berkata Muhammad Bin Isma’il: Umar Bin Abdullah bin Abi Khots’am haditsnya mungkar dan dia (Muhammad Bin Isma’il) sangat melemahkannya.” (Syarhu As-Sunnah Karya Al-Baghowi 3/473)

Dan juga dari Muhammad Bin Ammar dari ayahnya dari kakeknya:

رَأَيْتُ عَمَّارَ بْنَ يَاسِرٍ، صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِتَّ رَكَعَاتٍ، فَقُلْتُ: يَا أَبَهْ، مَا هَذِهِ الصَّلَاةُ؟ قَالَ: رَأَيْتُ حَبِيبِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِتَّ رَكَعَاتٍ، وَقَالَ: «مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِتَّ رَكَعَاتٍ غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوبُهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ»

Aku melihat ‘Ammar Bin Yasir shalat 6 raka’at setelah maghrib, maku akupun bertanya: wahai ayahku shalat apa ini? Ia pun menjawab: aku melihat kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat 6 rak’at setelah maghrib, lalu beliau bersabda: Barangsiapa shalat 6 raka’at setelah maghrib maka dosa-dosanya akan diampuni walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Ath-Thobroni dalam Mu’jam Al-Awsath no. 7245)

Namun hadits ini lemah sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Haitsami:

رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الثَّلَاثَةِ وَقَالَ: تَفَرَّدَ بِهِ صَالِحُ بْنُ قَطَنٍ الْبُخَارِيُّ، قُلْتُ: وَلَمْ أَجِدْ مَنْ تَرْجَمَهُ

Diriwayatkan oleh At-Thobroni dan ia berkata: Sholih Bin Quthn Al-Bukhori menyendiri dalam hadits ini. Akupun berkata: Aku belum mendapati ada yang mendeskripsikannya (memaparkan biografinya).” (Majma’ Az-Zawaid Wa Manba’ Al-Fawaid 2/230)

([15]) HR. Bukhori No. 591

([16]) HR. Muslim No. 835

([17]) Beliau mengatakan:

وَأَمَّا مُوَاظَبَتُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى ذَلِكَ فَهُوَ مِنْ خَصَائِصِهِ

Adapun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerusnya melakukan hal tersebut maka itu termasuk dari kekhususan beliau.” (Fathul Bari 2/64)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

 

Share:

Popular Posts

Blog Archive