Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, December 17, 2023

Kapan Disyariatkan Membaca Hamdalah?

Kapan Disyariatkan Membaca Hamdalah?
Bismillah...

Catatan Penting Terkait Hamdalah (1)

1. Definisi Hamdalah

Al-Hamdu (الْحَمْدُ) secara bahasa artinya pujian. Secara istilah, Al-Hamdu yaitu pujian dengan lisan dan hati kepada yang Maha Pemberi Nikmat. (Fathul Qadir, 1/19)

Ketika ada orang yang pemurah, pemberani, dan penyayang maka akan disebutkan perilakunya lalu memujinya.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah mengatakan bahwa Alhamdulillah adalah pujian untuk Allah yang memiliki sifat-sifat yang Maha Sempurna dan perbuatanNya berlandaskan keutamaan dan keadilan. Dan Allah terpuji dari berbagai sisi. (Tafsir Karimur Rahman, 1/27)

Oleh karena itu, kata Alhamdulillah menunjukkan bahwa Allah memiliki Nama-nama dan Sifat-sifat yang Tinggi dan Maha Indah agar hamba-Nya menetapkan sesuai yang pantas bagi Allah. Sebagaimana Allah memuji diri-Nya sendiri, Dia-lah Dzat yang Maha Terpuji. Dan Allah mencintai pujian serta mencintai orang yang memuji kepada-Nya

1. Perbedaan As-Syukru dan Al-Hamdu

Para Ulama berbeda pendapat apakah antara As-Syukru (الشكر) dan Al-Hamdu (الحمد) sama atau berbeda. Diantaranya rincian sebagai berikut:

● Tidak ada perbedaan antara As-Syukru dan Al-Hamdu, keduanya sama. Inilah pendapat Ibnu Jarir Ath-Thabari.

● As-Syukru dan Al-Hamdu memiliki perbedaan dari dua sisi. 

Pertama, Al-Hamdu hanya dilakukan secara lisan, sedangkan As-Syukru dilakukan secara lisan, hati, dan perbuatan. 

Kedua, Al-Hamdu diucapkan ketika mendapatkan nikmat atau ujian, sedangkan As-Syukru diucapkan hanya sebatas pada nikmat yang diterima.

Oleh karena itu, Al-Hamdu lebih umum dibandingkan As-Syukru. Al-Hamdu diucapkan pada segala kondisi baik ketika mendapatkan sesuatu yang disenangi atau sesuatu yang tidak disenangi. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ». وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

Dari Aisyah, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat (Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya menjadi sempurna amal-amal kebaikan)”. Sedangkan jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan “Alhamdulillah ‘ala kulli hal (Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan). (HR. Ibnu Majah no. 3803)

2. Kapan Hamdalah Sunnah untuk Diucapkan?

● Ketika mendapatkan nikmat, baik berupa nikmat islam, iman, ataupun nikmat yang lain. Apapun bentuk nikmat  dan kondisi yang kita alami maka ucapkan hamdalah.

● Ketika sedang khutbah Jum’at atau khutbah pernikahan.

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan: “Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu… (Segala puji bagi Allah. Hanya kepadaNya, kami memuji dan meminta pertolongan. Barangsiapa Allah beri petunjuk maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa Allah sesatkan maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad hamba dan rasul-Nya). (HR. Muslim no. 868 dalam Kitab Shalat Jumat)

● Selepas shalat fardhu, dibaca di waktu wirid/dzikir.

وَعَنْ كَعْبٍ بْنِ عُجْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ :(( مُعَقِّباتٌ لاَ يَخِيبُ قَائِلُهُنَّ – أَوْ فَاعِلُهُنَّ – دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ: ثَلاثٌ وَثَلاثونَ تَسْبِيحَةً. وَثَلاثٌ وثَلاَثونَ تَحْمِيدَةً ، وَأرْبَعٌ وَثَلاَثونَ تَكْبِيرَةً )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Ka’ab bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada beberapa kalimat pengikut yang tidak akan merugikan orang yang mengucapkannya atau melakukannya di akhir setiap shalat wajib (yaitu), 33 kali tasbih, 33 kali tahmid, dan 33 kali takbir. [HR. Muslim, no. 597], Kitab Al-Adzkar, Bab Keutamaan Dzikir dan Dorongan untuk Berdzikir (Hadits no. 1420)]

● Ketika membaca dzikir pagi dan petang.

● Ketika dalam shalat. Terdapat bacaan hamdalah, seperti do’a iftitah atau bangun dari ruku’ dan lainnya.

https://muslim.or.id/7934-doa-iftitah.html

Doa Iftitah Kelima

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau” (HR. Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, Sifatu Shalatin Nabi 1/252)

Doa Iftitah Keenam

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ

3x  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

3x  اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا

Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau, Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah (3x), Allah Maha Besar (3x)” (HR.Abu Daud 1/124, Sifatu Shalatin Nabi 1/252)

Doa Iftitah Kedelapan

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang penuh keberkahan didalamnya” (HR. Muslim 2/99).

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada seorang lelaki yang membaca doa iftitah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لقد رأيت اثني عشر ملكاً يبتدرونها ؛ أيهم يرفعها

Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka saling berlomba untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)

Membaca Tasmi’ Ketika Bangun Dari Rukuk

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu’ alaihi wasallam bersabda:

إِنّما جُعل الإِمام ليؤتمّ به، فإِذا كبّر فكبِّروا، وإِذا سجد فاسجدوا، وإِذا رفع فارفعوا، وإِذا قال: سمع الله لمن حمده، فقولوا: ربّنا ولك الحمد، وإِذا صلّى قاعداً فصلّوا قعوداً أجمعُون

Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti. Jika ia bertakbir maka bertakbirlah. Jika ia sujud maka sujudlah. Jika ia bangun (dari rukuk atau sujud) maka bangunlah. Jika ia mengucapkan: sami’allahu liman hamidah. Maka ucapkanlah: rabbana walakal hamdu. Jika ia shalat duduk maka shalatlah kalian sambil duduk semuanya” (HR. Bukhari no. 361, Muslim no. 411).

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:

ان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم إذا قامَ إلى الصَّلاةِ يُكبِّرُ حينَ يقومُ، ثم يُكبِّرُ حينَ يركَعُ، ثم يقولُ: سمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَه، حين يرفَعُ صُلْبَه مِن الرُّكوعِ، ثم يقولُ وهو قائمٌ: ربَّنا ولك الحمدُ

Rasulullah shallallahu’ alaihi wasallam ketika berdiri untuk shalat beliau bertakbir ketika berdiri, dan bertakbir ketika rukuk kemudian mengucapkan: sami’allahu liman hamidah. Kemudian bangun dari rukuk hingga meluruskan tulang sulbinya kemudian mengucapkan: rabbana walakal hamdu” (HR. Bukhari no. 789, Muslim 392).

● Dibaca sebelum tidur. (Shahihul Jaami’ no. 3230)

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا، فَكَمْ مِمَّنْ لاَ كَافِيَ لَهُ وَلاَ مُؤْوِيَ

Segala puji bagi Allah yang memberi makan kami, memberi minum kami, mencukupi kami, dan memberi tempat berteduh. Berapa banyak orang yang tidak mendapatkan siapa yang memberi kecukupan dan tempat berteduh".

(HR. Muslim no. 2715)

● Ketika Qiyamul Lail.

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيَّامُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، أَنْتَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَأَخَّرْتُ، وَأَسْرَرْتُ وَأَعْلَنْتُ، أَنْتَ إِلَهِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

(HR. Abu Daud no. 771). Teks di atas dikenal dengan doa ketika tahajjud atau qiyamul lail.

● Ketika bangun dari tidur

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ : بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا . وَإِذَا قَامَ قَالَ :الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak menuju tempat tidur, beliau berdoa: “Bismika amuutu wa ahyaa (Dengan Nama-Mu, aku mati dan aku hidup)”. Dan ketika bangun, beliau berdoa: “Alhamdulillah alladzi ahyaana ba’da maa amaatanaa wa ilaihin nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami dan kepada Allah akan bangkit)”. (HR. Al-Bukhari no. 6314, Muslim no. 2711)

● Ketika memakai pakaian

قَالَ : وَمَنْ لَبِسَ ثَوْبًا فَقَالَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَسَانِي هَذَا الثَّوْبَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Bagi orang yang memakai pakaian, maka ucapkanlah: “Alhamdulillah alladzi kasaani hadzats tsauba wa rozaqoniihi min ghori haulin minni wa laa quwwah (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian ini dan melimpahkannya kepadaku tanpa daya dan kekuatanku). (HR. Abu Dawud no. 4032, At-Tirmidzi no. 3458)

● Ketika selesai makan

قَالَ : مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ  وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Bagi orang yang selesai makan, maka ucapkanlah: “Alhamdulillah alladzi ath’amani hadzath Tho’ama wa rozaqoniihi min ghori haulin minni wa laa quwwah (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan melimpahkannya kepadaku tanpa daya dan kekuatanku). (HR. Abu Dawud no. 4032, At-Tirmidzi no. 3458, Ibnu Majah no. 3285)

Demikian beberapa kondisi kita disyariatkan untuk membaca hamdalah dalam berbagai redaksi. InsyaAllah akan dilanjut dengan keutamaan dan faedah ketika membaca hamdalah.

Semoga Allah berikan kita taufiq dan hidayahNya agar dapat melaksanakan setiap ilmu yang kita dapatkan. Semoga bermanfaat.


Ditulis Oleh: Ustadz Abu Rufaydah حفظه الله


https://bimbinganislam.com/kapan-disyariatkan-membaca-hamdalah/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive