Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Saturday, August 4, 2018

Kejelian Dan Kecerdasan Seorang Muslim

Kejelian Dan Kecerdasan Seorang Muslim
Bila kita sudah beriman kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ tuntutan yang diperintahkan Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ  adalah Kecerdasan.

Tidak ada kata bodoh, putus asa dan pesimis bagi seorang Muslim dan Mukmin.

Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dengan Ke-Maha MurahanNya tidak melihat masa lalu kita tetapi sekarang dan akan datang.

Abu Hanifah Rahimahullâh belajar Ilmu Agama diumur 35 tahun dan dulunya beliau orang Awam. Beliau belajar menghafal Al-Qur'an dan As-Sunnah dan sampai menjadi Imam Madzhab.

Tidak Layak kaum muslim tersengat dari lubang yang sama 2 kali.

Perang Hamraaul Asad merupakan sebagai obat bagi kesedihan kaum muslimin, serta merupakan ujian keteguhan dan kesabarn kaum muslimin, diantara kisah yang banyak mengandung pelajaran adalah ketika Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam hendak ke Madinah Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam kembali menangkap Abu Azzah Al-Jumahi, ia merupakan diantara tawanan perang Badr yang  Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bebaskan secara cuma-cuma karena kefaqirannya dan banyaknya anak perempuannya, dengan syarat tidak membantu siapapun meemusuhi Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam akan tetapi dia malah melanggar dan berkhianat, ia mobilisasi orang dengan sya’irnya untuk memerangi Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dan kaum muslimin juga turut serta dalam perang Uhud untuk memerangi kaum muslimin.

Tatkala Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menangkapnya dia berkata: “Wahai muhammad lepaskanlah aku, bebaskan aku dan biarkan aku mengurusi anak-anak perempuanku, aku berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Maka Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawabnya: “Kau tidak akan mengusap kedua pipimu lagi di Mekkah setelah ini, kau telah menipu Muhammad dua kali. Dan seorang mukmin tidak akan terjatuh dalam lubang yang sama dua kali”. Kemudian beliau memerintahkan Zubair atau ‘Ashim untuk memenggal kepalanya.

Seorang Muslim harus senantiasa waspada dan jangan lalai baik dalam urusan Ibadah maupun Dunianya.

Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullâh Ta'âlâ menjelaskan seorang muslim jangan sampai lalai baik dalam urusan Akhiratnya dan Dunianya.

Perumpamaan Seorang Mukmin bagaikan seekor Lebah.

Dari Abdullah bin Amru Radhiyallâhu ’Anhu ia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد

Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Ahmad Syakir).

Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ menyebutkan di Firman-Nya Surah An-Nahl Ayat 68-69

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68)

 ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (69)

Artinya:

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia." (16: 68)

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (16: 69)

Seorang Muslim diperumpamakan seperti lebah karena lebah sangat cerdas ia jarang menyakiti dan rendah diri (Tawadhu), bermanfaat dan tidak berbuat kerusakan.

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih di Cintai Oleh Allah Azza Wa Jalla daripada Mukmin yang lemah.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

"Dari Abu Hurairah Radhiyallâhu ‘Anhu , beliau berkata, Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan."

[Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664); Ahmad (II/366, 370); Ibnu Mâjah (no. 79, 4168); an-Nasâ-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 626, 627); at-Thahawi dalam Syarh Musykilil Aatsâr (no. 259, 260, 262); Ibnu Abi Ashim dalam Kitab as-Sunnah (no. 356).
Dishahihkan oleh Syaikh al-Bani rahimahullah dalam Hidâyatur Ruwât ila Takhrîji Ahâdîtsil Mashâbîh wal Misykât (no. 5228)]

Kata Ulama makna kuat disini adalah Kuat Secara Akal, kuat secara Ide, kuat secara Hasil

Kata Para Ulama makna hadist tersebut adalah:
  1. Yang paling bermanfaat adalah Ilmu Agama 
  2. Amal Shaleh dengan mengikuti dua Syaratnya, makna lemah dalam hadist diatas  kata para Ulama adalah jangan lemah dalam segala hal.

Perumpamaan seorang mukmin seperti pohon kurma.

Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam Bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ مَثَلُ النَّخْلَةِ , مَا أَخَذْتَ مِنْهَا مِنْ شَيْءٍ نَفَعَكَ.

Perumpamaan seorang mukmin itu seperti pohon kurma, apapun yang engkau ambil darinya pasti bermanfaat bagimu.” (H.R Thabrani)

Perumpamaan seorang mukmin seperti lempengan emas.

Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam Bersabda:

مَثَلَ الْمُؤْمِنِ مَثَلَ سَبِيْلَةِ الذَّهَبِ إِنَّ نَفَخَتْ عَلَيْهَا اَحَمَرَتْ وَإِنَّj وَزَنَتْ لَمْ تَنْقُصْ.

Perumpamaan seorang mukimin seperti lempengan emas, kalau engkau meniupkan (api) diatasnya ia menjadi merah, kalau engkau menimbangnya, tidaklah berkurang.” (H.R Baihaqi)

Perumpamaan seorang mukmin seperti cermin.

Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam Bersabda:

الْمُؤْمِنُ مِرَآةُ أَخِيْهِ، إِذَا رَأَى فِيْهِ عَيْباً أَصْلَحَهُ

Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada diri saudaranya, maka dia memperbaikinya.” (H.R Ahmad dengan sanadnya hasan)

Perumpamaan seorang mukmin seperti sebuah bangunan.

Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam Bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim No.4684]

Perumpamaan seorang mukmin seperti satu tubuh.

Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam Bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]

-------------------------

Ustadz Dr. Khalid Basalamah, M.a Hafidzhahullâh Ta'âlâ.

Ahad, 02 Shafar 1439 H / 22 Oktober 2017
09:00 - Dzuhur.
Masjid Al-Hidayah, Jl. Bidara II, Tomang Asli, Jatipulo, Jakarta Barat.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Popular Posts

Blog Archive