Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Saturday, September 1, 2018

Testimoni Imam Syafi'i Saat Mempelajari Adab

Testimoni Imam Syafi'i Saat Mempelajari Adab
Ilmu yang kita dapatkan lebih berharga dari seluruh harta yang mereka kumpulkan.

Para Ulama Salaf mengatakan: "Mengulang-ngulang pelajaran itu statusnya seperti bertasbih kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ."

Agama Islam sangat menghargai proses dan sering kali yang paling berharga adalah proses bukan hasil.

Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ Berfirman dalam Surah Al Hajj Ayat 37:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."

Al Imam At Thabari رحمه الله تعالى berkata: "Upaya bertakwa kepada Allah dengan penuh keikhlasan."

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا َاجْتَهَدَ الْحَاكِمُ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذََا اجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ

Jika seorang hakim berijtihad lalu benar, maka ia berhak mendapat dua pahala, namun jika ia berijtihad lalu salah, maka ia mendapat satu pahala”. [ HR. Al-Bukhari no. 3609 dan Muslim no. 2214]

Dalam Hadist tersebut, jika seorang hakim benar dalam ijtihadnya akan mendapatkan dua pahala sedangkan jika salah tidak mendapat dosa, bahkan mendapatkan satu pahala. Disinilah Agama Islam menghargai sebuah Proses.

Al Hafidz Ibnu Hajar رحمه الله تعالى  berkata dalam menjelaskan hadits ini: “(Beliau) mengisyaratkan bahwa tidaklah mesti – disaat ditolak hukumnya atau fatwanya lantaran berijtihad lalu keliru – maka dia mendapat dosa dengan (kesalahan) tersebut. Akan tetapi apabila dia telah mengerahkan kemampuannya, maka ia mendapat pahala, jika (hukumnya) benar, maka digandakan pahalanya. Namun apabila dia menetapkan hukum atau berfatwa dengan tanpa ilmu maka dia mendapat dosa.” (Fathul Bari: 13/331)

Al Imam Ibnul Jama'ah رحمه الله تعالى membawakan testimoni dari Al Imam Muhammad bin Idris (Imam Syafi'i):

"Tidaklah aku mendebat seseorang/berdiskusi dengan seseorang lalu aku tidak ingin dia jatuh dalam kesalahan, aku ingin masuk keranah tersebut karena kebenaran itu muncul."

Salah satu rahasianya beliau bisa seperti itu  karena beliau sangat fokus belajar Adab.

Al Imam Syafi'i رحمه الله تعالى pernah ditanya: "Bagaimana perasaan hatimu ketika mempelajari Adab ?".

Beliau menjawab: "Aku mendengar satu huruf tentang adab yang belum aku dengar sebelumnya sehingga seluruh tubuhku ingin mempunyai pendengaran sebagaimana telinga mempunyai pendengaran."

Abu Hanifah رحمه الله تعالى mengatakan:

"Mendengar kisah-kisah Ulama terdahulu tentang Adab-adab mereka lebih aku sukai daripada mempelajari Fiqh."

Perkataan Abu Hanifah bukan untuk meremehkan Ilmu Fiqh, karena itu adalah fiqh yang nyata (riil).

Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ Berfirman dalam Surah Al Anfal Ayat 2:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal."

Ilmu itu meneduhkan, ilmu itu adalah Rahmat.

Sebagaimana yang Difirmankan Oleh Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dalam Surah Yunus Ayat 58:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

"Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan"."

Bagaimana Imam Syafi'i رحمه الله تعالى  mencari adab tersebut ?

Al Imam Syafi'i menjawab: "Saya mencari Ilmu dan Adab seperti seorang wanita yang kehilangan anaknya dan dia tidak punya anak selain anak tersebut."

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin رحمه الله تعالى berkata: "Imam Syafi'i menggunakan kata: Seorang Ibu, Kehilangan anak dan anak satu-satunya."

Artinya adalah:
  1. Imam Syafi'i ingin mengajarkan kepada kita bahwa penuntut ilmu harus sadar bahwa dirinya lemah, merasa dirinya bersalah. Sebagaimana seorang ibu (perempuan) ketika kehilangan anaknya ia akan menyalahkan dirinya.
  2. Ia akan mencari, ia akan mengejar Ilmu dan Adab itu. Sebagaimana seorang Ibu mencari anaknya yang hilang.
  3. Ia akan mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk mendapatkan Ilmu tersebut. Sebagaimana seorang Ibu itu rela mengeluarkan kemampuannya untuk mencari anak satu-satunya.
-------------------------

Kitab Tadzkiratus Saami' Wal Mutakallim Fii Adabil 'Aalim Wal Muta'aalim

👤 Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, L.c حفظه الله تعالى
📆 Sabtu, 29 Rabi'ul Awwal 1439 H / 16 Desember 2017
⏰ Ba'da Maghrib - Selesai
🕌 Masjid Nurul Iman, Blok M Square Lantai 7, Jakarta Selatan.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Related Posts:


Popular Posts

Blog Archive