Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Friday, September 9, 2022

Amalan Ahlul Bid'ad : Yang Penting Banyak

Amalan Ahlul Bid'ad : Yang Penting Banyak
Bismillah...

Ahlul bid'ah itu dalam beramal yang penting amalannya banyak, tidak peduli dengan benarnya amalan. Berbeda dengan ahlussunnah, biar sedikit amalannya yang penting baik dan benar berdasar tuntunan. 

Itulah maksud Allah Ta'ala menciptakan mati dan hidup, untuk menguji manusia, mana yang paling baik amalnya. Bukan yang paling banyak amalnya. 

Amalan yang paling baik adalah amalan yang paling ikhlas dan paling benar. Amalan sedikit tetapi mencocoki sunnah, itu lebih baik daripada amalan banyak akan tetapi menyelisihi sunnah.

Allah Ta'ala berfirman, 

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا

"Yang Dia menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya". (Surah Al-Mulk 2).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, 

واستدل بهذه الآية من قال : إن الموت أمر وجودي لأنه مخلوق . ومعنى الآية : أنه أوجد الخلائق من العدم ، ليبلوهم ، ويختبرهم أيهم أحسن عملا ؟ .. 

"(Sebagian ulama) menyimpulkan dari ayat ini : Bahwa maut itu adalah hal yang konkret, karena ia adalah makhluk (yang diciptakan). Makna ayat ialah bahwa Allah-lah yang menciptakan makhluk dari tiada menjadi ada untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka yang YANG PALING BAIK AMAL PERBUATANNYA..". (Tafsir Ibnu Katsir). 

Dan berkata Ibnu Katsir rahimahullah, 

أي : خير عملا كما قال محمد بن عجلان : ولم يقل أكثر عملا .

"Yakni YANG TERBAIK amalnya, seperti yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ajlan, bahwa dalam hal ini Allah tidak mengungkapkannya dengan kalimat YANG TERBANYAK amalnya" (Tafsir Ibnu Katsir). 

Berkata As Sa'di rahimahullah, 

أخلصه وأصوبه، فإن الله خلق عباده، وأخرجهم لهذه الدار، وأخبرهم أنهم سينقلون منها، وأمرهم ونهاهم، وابتلاهم بالشهوات المعارضة لأمره، فمن انقاد لأمر الله وأحسن العمل، أحسن الله له الجزاء في الدارين، ومن مال مع شهوات النفس، ونبذ أمر الله، فله شر الجزاء. 

"Yakni, siapa yang amalannya paling ikhlas dan paling benar. Allah menciptakan para hambaNya dan dimunculkan di alam dunia ini. Mereka diberitahu akan dipindahkan dari alam ini. Allah memberlakukan berbagai perintah dan larangan untuk mereka dan diuji dengan berbagai keinginan hawa nafsu yang memalingkan mereka dari perintahNya. Barangsiapa yang tunduk pada perintah Allah, dan melakukan amalan baik, maka Allah akan memberinya pahala yang baik di dunia dan di akhirat. Namun siapa pun yang condong pada hawa nafsunya dan tidak menghiraukan perintah Allah, maka akan mendapatkan balasan buruk". (Tafsir As Sa'di). 

Berkata Al Fudhail bin 'Iyad rahimahullah, 

أَخْلَصُهُ وَأَصْوَبُه. قَالُوا : يَا أَبَا عَلِيٍّ مَا أَخْلَصُهُ وَأَصْوَبُهُ ؟  قَالَ : إنَّ الْعَمَلَ إذَا كَانَ خَالِصًا ، وَلَمْ يَكُنْ صَوَابًا ، لَمْ يُقْبَلْ ، وَإِذَا كَانَ صَوَابًا وَلَمْ يَكُنْ خَالِصًا لَمْ يُقْبَلْ ، حَتَّى يَكُونَ خَالِصًا صَوَابًا وَالْخَالِصُ : أَنْ يَكُونَ لِلَّهِ ، وَالصَّوَابُ : أَنْ يَكُونَ عَلَى السُّنَّةِ.

"Amalan yang paling ikhlas dan paling benar.” 

Ada yang bertanya, “Wahai Abu Ali apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling benar?”  

Al-Fudhail menjawab, “Jika amalan itu ikhlas namun tidak benar maka tidak diterima. Jika benar namun tidak ikhlas maka juga tidak diterima. Amalan yang diterima adalah yang menggabungkan antara ikhlas dan benar. Ikhlas adalah beramal karena Allah dan benar adalah sesuai sunnah.”

ثُمَّ قَرَأَ قَوْلَهُ تَعَالَى: ﴿فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا) [الكهف: 110]. [«مدارج السّالكين» لابن القيّم: (2/ 93)].

Kemudian Dia membaca firman Allah Ta'ala, 

"Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Surah Al Kahfi 110). (Madarijus Salikin 2/93).

Di dalam kitab lain disebutkan, berkata Al Fudhail bin 'Iyad rahimahullah,

أخلَصُهُ وأَصوَبُهُ. قالُوا: يَا أَبَا عَلِيٍّ، مَا أخلَصُهُ وأَصوَبُهُ؟ قالَ: إنَّ العَمَلَ إذَا كَانَ خَالِصًا وَلَمْ يَكُنْ صَوَابًا لَمْ يُقبَلْ، وإذَا كَانَ صَوَابًا وَلَمْ يَكُنْ خَالِصًا لَمْ يُقبَلْ، حَتَّىٰ يَكُونَ خَالِصًا صَوَابًا. والخَالِصُ: أَنْ يَكُونَ لِلَّـهِ. والصَّوَابُ: أَنْ يَكُونَ عَلَىٰ السُّنَّةِ. وكَانَ عُمَرُ بنُ الخَطَّابِ -رَضِيَ اللَّـهُ عَنهُ-، يَقُولُ فِي دُعَائِهِ: "اللَّهُمَّ اجعَلْ عَمَلِي كُلَّهُ صَالِحًا، وَاجعَلْهُ لِوَجهِكَ خَالِصًا، وَلَا تَجعَلْ لِأَحَدٍ فِيهِ شَيئًا". "الفَتَاوَىٰ" ٣١٨/١٠.

"Amalan yang paling ikhlas dan paling benar.” 

Ada yang bertanya, “Wahai Abu Ali apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling benar?”  

Al-Fudhail menjawab, “Jika amalan itu ikhlas namun tidak benar maka tidak diterima. Jika benar namun tidak ikhlas maka juga tidak diterima. Amalan yang diterima adalah yang menggabungkan antara ikhlas dan benar. Ikhlas adalah beramal karena Allah dan benar adalah sesuai sunnah.”

Dan Umar bin Khaththab radhiyallahu berkata dengan doanya, "Wahai Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal shalih/baik dan jadikanlah amalanku hanya murni untuk wajah-Mu dan janganlah jadikan dalam amalku sedikitpun untuk seorang makhluk." (Al Fatawa 10/318). 

Berkata Syekh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah, 

إصابة السنة أفضل من كثرة العمل، ولهذا قال الله تعالى: ( ليبلوكم أيكم أحسن عملاً ) ولم يقل: أكثر. عملا

"Mencocoki sunnah lebih utama dari pada banyaknya amalan, oleh karena itu Allah ta'ala berfirman:

"Supaya Dia menguji kalian, siapakah di antara kalian yang LEBIH BAIK amalnya”" (QS. Al Mulk: 2)

Dan (Allah) tidaklah berfirman: yang LEBIH BANYAK amalnya. 

مثال: سنة الفجر يسن فيها التخفيف، فلو قال إنسان: أنا أريد أن أطيل القراءة ... وأطيل الركوع والسجود ... وقال آخر : أنا أصلي سنة الفجر ركعتين خفيفتين ... فالثاني أفضل؛ لأنه أصاب السنة، واتباع السنة أفضل

"Sebagai contoh, shalat sunnah qabliyyah shubuh disunnahkan meringankannya. Jika ada orang berkata, "Aku ingin memanjangkan bacaan shalatku, ruku' dan sujudku." Yang lainnya berkata, "Aku ingin shalat sunnah qabliyyah Shubuh dua raka'at dengan ringan." Maka orang yang kedua lebih utama keadaannya. Karena ia mencocoki praktek Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan mengikuti sunnah beliau lebih utama." (Shifatus Shalah hal. 169).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0268wCpVPBKS2vRtUCKFMiyCgzWhJ1KiF6p5ii4Dry6stH4ZNEfyNWKdnDkpQy5i2Jl&id=100009878282155

AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive