“Wahai Syaikh, manakah yang lebih baik, seorang muslim yang banyak ibadahnya tetapi akhlaqnya buruk ataukah seorang yang tak beribadah tapi amat baik perangainya pada sesama?” teriak seorang pemuda.
“Subhaanallah, keduanya baik”, ujar sang Syaikh sambil tersenyum.
“Mengapa bisa begitu?”, desak si pemuda.
“Karena orang yang tekun beribadah itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk berakhlaq mulia bersebab ibadahnya. Dan karena orang yang baik perilakunya itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk taat kepada-Nya.”
“Jadi siapa yang lebih buruk?”, desak si pemuda penasaran.
Air mata mengalir di pipi sang Syaikh. “KITA ANAKKU” ujar beliau.
“Kitalah yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri" Beliau terisak-isak.
“Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita bukan tentang orang lain.."
“Apakah manusia mengira, bahwa dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?”. (Qs. Al-Qiyamah : 36)
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya". (Qs. Al-Isra’ : 36)
_✒️Ummu Ali Imron_ حفظها الله تعالى
🌐https://shahihfiqih.com/kisah-berhikmah/451/
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.