Kapan negeri kita makmur dan maju?
Temukan resepnya pada ayat berikut:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ﴿الأعراف
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan". (QS. Al-A’raf: 96)
Mungkin akan ada yang berkata: apa berarti cukup dengan rebahan dan eng ing eng prok prok prok semua berubah ?
Tentu tak seorangpun yang berakal sehat memahami ayat di atas dengan cara demikian. Namun coba baca dengan seksama ayat di atas: syaratnya:
1. Beriman
2. Bertaqwa dengan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan.
Nah, kalau ada orang yang mengajak ummat untuk membangun keimanan, dan membersihkan keimanan, apakah itu disebut sebagai pemalas?
Demikian pula bila ada yang mengajak agar ummat menjalankan perintah dan meninggalkan larangan, apakah itu layak disebut bermalas malasan?
Apalagi bila sampai ada anggapan bahwa iman dan taqwa hanya wajib ditunaikan dan dipropagandakan kecuali setelah berdiri negara Islam?
Sampai sampai berkata: Tanpa berdirinya negara maka apalah arti upaya membangun iman dan ketaqwaan masyarakat?
Na'uzubillah min zalik.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdakwah di negeri Mekkah tanpa ada negara yang mendukungnya.
Beliau mengutus sahabat Mush'ab bin 'Umair berdakwah di kota Madinah juga tanpa dukungan pemerintahan, beliau berdakwah seorang diri.
Sahabat Mu'az bin Jabal diutus berdakwah ke negeri Yaman juga tanpa dukungan pemerintah.
Dan yang mereka dakwahkah bukan ajakan mendirikan negara, namun tauhid sebagaimana yang dipesankan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada beliau:
إنّكَ تَأْتِي قَوْماً أَهْلَ كِتَابٍ، فَلْيَكُنْ أَوّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاّ الله (وفي رواية: إلى أن يوحِّدوا الله)، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ. فَأَعْلِمْهُمْ أَنّ الله افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنّ الله افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدّ على فُقَرَائِهِمْ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ, فَإِيّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ، وَاتّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنّهُ لَيْسَ
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahli kitab. Maka hendaklah yang pertama sekali engkau dakwahkan kepada mereka adalah Syahadat Laa Ilaaha Illallah (dalam sebuah riwayat : untuk mentauhidkan Allah). Jika mereka menerima seruanmu itu maka ajarkanlah mereka bahwasanya Allah mewajibkan atas mereka sholat 5 waktu sehari semalam. Jika mereka menerima apa yang engkau dakwahkan itu maka ajarkanlah kepada mereka bahwasanya Allah juga mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka untuk disalurkan kepada orang-orang miskin mereka. " (Muttafaqun 'alaih)
Semoga mencerahkan.
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.