Melihat dokumentasinya foto Abu Jondoow ditempat-tempat ibadah agama-agama, seakan-akan dia mau menggambarkan, bahwa tuhan yang disembah itu banyak dan bermacam-macam.
Kalau ada yang mendakwahkan kalimat laa ilaaha illallohu (tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah), maka dia akan heran dan akan nyinyir.
Ternyata pendahulu pemikiran Abu Jondoow ini, adalah orang-orang musyrik terdahulu, yang merasa heran ada yang mendakwahkan bahwa Tuhan itu hanya satu.
Allah Ta'ala berfirman,
أَجَعَلَ ٱلْءَالِهَةَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌ
"Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan". (Surat Shad Ayat 5).
Disebutkan dalam tafsir mukhtashar tentang ayat ini,
أجعل هذا الرجل الآلهة المتعددة إلهًا واحدًا لا إله غيره؟! إن صنيعه هذا لغاية فى العجب.
"Apakah laki-laki ini menjadikan tuhan-tuhan yang banyak hanya menjadi satu Tuhan saja yang tidak ada tuhan selain-Nya? Perbuatannya itu sungguh mengherankan". (Tafsir Mukhtashar).
Berkata Ibnu Jarir rahimahullah,
عجب المشركون أن دُعوا إلى الله وحده، وقالوا: يسمع لحاجاتنا جميعا إله واحد! ما سمعنا بهذا في الملة الآخرة.
وكان سبب قيل هؤلاء المشركين ما أخبر الله عنهم أنهم قالوه،
"Orang-orang musyrik merasa heran bahwa mereka diseru kepada Tuhan yang satu. Dan mereka mengatakan, Ilah yang satu mendengar kepada kebutuhan-kebutuhan kami seluruhnya! Belum pernah kami mendengar (seruan seperti) ini di agama yang terakhir ini (mengesakan Allah)". (Tafsir Thabari).
Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah, merupakan buatan mereka sendiri, lalu mereka memberinya nama-nama oleh mereka sendiri.
Allah Ta’ala berfirman,
أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (39) مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا
“"Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu membuat-buatnya”. (QS. Yusuf [12] : 39-40).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah,
Yakni Tuhan yang segala sesuatu tampak hina bila dibandingkan dengan keagungan, kebesaran, dan kekuasaan-Nya. Kemudian Yusuf menjelaskan bahwa berhala-berhala yang disembah oleh mereka yang mereka namakan sebagai tuhan-tuhan mereka, hal itu tiada lain merupakan buatan mereka sendiri, lalu mereka memberinya nama-nama oleh mereka sendiri. Selanjutnya generasi baru mereka menerima ajaran itu dari para pendahulunya tanpa ada sandaran dari sisi Allah sama sekali. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. (Yusuf: 40)
Maksudnya, tiada suatu hujah atau keterangan pun dari Allah yang memperkuatnya. Selanjutnya Yusuf memberitahukan kepada mereka bahwa keputusan dan pengaturan serta kehendak dan kerajaan hanyalah milik Allah semuanya. Dia pun telah memerintahkan kepada semua hamba-Nya, janganlah menyembah kecuali hanya kepada Dia. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Itulah agama yang lurus. (Yusuf: 40)
Yakni apa yang aku serukan kepada kalian —yaitu mengesakan Allah dan mengikhlaskan diri kepada-Nya dalam beramal— adalah agama yang lurus yang diperintahkan oleh Allah untuk dijalankan, dan Allah menurunkan hujah serta bukti yang disukai dan diridai-Nya tentang agama ini.
Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Yusuf: 40)
Karena itulah kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang musyrik. (Tafsir Ibnu Katsir).
Dengan ini, pemahaman dan pemikiran Abu Jondoo adalah pemahaman dan pemikiran orang-orang musyrik terdahulu, pemahaman dan pemikiran kuno, yang sudah dibantah oleh para Nabi dan Rasul terdahulu.
https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2022/09/tuhan-yang-banyak-dan-bermacam-macam.html
Ditulis oleh Ustadz. Abu Fadhel Majalengka, حفظه الله تعالى.
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.