Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Tuesday, November 29, 2022

Jam Digital Masjid Mematikan Sunnah

Jam Digital Masjid Mematikan Sunnah
Bismillah...

Adanya jam digital yang ada dimasjid-masjid di zaman sekarang ini yang sudah diprogram khusus kapan waktu adzan dan kapan waktu iqamah, memang satu sisi ada manfaatnya, namun disisi lain ada mudharatnya. 

Diantara kemudharatannya adalah ketika muadzin lambat adzan, selesai adzan langsung iqamah, dikarenakan waktu iqamah di jam digital sudah bunyi. Akhirnya jamaah tidak sempat shalat sunnah dan tidak sempat berdoa. Padahal antara adzan dan iqamah ada shalat sunnah, baik yang muakkad maupun yang ghoiru muakkad dan juga ada waktu yang doa pasti diijabah, yakni waktu antara adzan dan iqamah. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ ثَلَاثًا لِمَنْ شَاءَ

"Antara setiap dua adzan (adzan dan iqomah) ada shalat” (Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya) tiga kali, bagi orang yang menghendaki”. (HR. Al-Bukhari). 

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

إن الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة فادعوا." رواه الترمذي (212) وأبو داود (437) وأحمد (12174) – واللفظ له – وصححه الألباني في صحيح أبي داود 

"Sesungguhnya doa itu tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah, maka berdoalah". (Shahih Tirmidzi 212, Abu Daud 12174, Ahmad 12174). 

Seharusnya para pengurus masjid, muadzin, imam dan jamaah masjid tidak tunduk dan taat dengan jam digital. Kalau muadzin lambat adzan, berilah kesempatan para jamaah untuk shalat sunnah dan berdoa antara adzan dan iqamah, jangan langsung iqamah dikarenakan jam digital sudah menunjukkan waktu iqamah. 

Berapa jarak ideal waktu antara adzan dan iqamah?

Yang paling ideal dan mengikuti sunnah adalah seukuran orang buang hajat menyelesaikan hajatnya atau orang makan menyelesaikan makannya dengan tenang. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

اجْعَلْ بَيْنَ أَذَانِكَ وَإِقَامَتِكَ نَفَسًا قَدْرَ مَا يَقْضِي الْمُعْتَصِرُ حَاجَتَهُ فِي مَهْلٍ , وَ قَدْرَ مَا يَفْرُغُ الْآكِلُ مِنْ طَعَامِهِ فِي مَهْلٍ

"Jadikanlah antara adzanmu dengan iqamahmu kelonggaran seukuran mu’tashir (orang yang buang hajat) menyelesaikan hajatnya dengan tenang dan seukuran orang yang sedang makan menyelesaikan makannya dengan tenang!” (HR. At-Tirmidzi - Hadits Hasan, Silsilah Al-Haadits Ash-Shahiihah No. 887).

Al-Mu’thashir disini adalah (orang) yang butuh buang air besar, untuk bersiap-siap (melaksanakan) shalat. (Kalimat) itu berasal dari kata (al-ashr) atau (al-ashar), yaitu (orang) yang berlindung dan yang bersembunyi.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02pGzdbPgRyVXBdbfwkac2FR9tqAkkGRfThUwfXykQEZUuXEY69YbQiysDYRks2vpYl&id=100009878282155

AFM

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2022/11/jam-digital-masjid-mematikan-sunnah.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive