Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Wednesday, November 16, 2022

Siapakah Orang-orang Yang Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab?

Orang-orang Yang Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab
Bismillah...

Diperlihatkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sekelompok umat dalam jumlah yang besar lalu dikatakan kepada beliau bahwa itu umatnya dan di antara mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab tanpa azab. Maka beliau mengabarkan ciri-ciri mereka dalam sabdanya,

هم الذين لا يسترقون ولا يكتوون ولا يتطيرون وعلى ربهم يتوكلون

"Mereka tidak meminta diruqyah, tidak berobat dengan besi panas, tidak tathayyur, dan hanya kepada Rabbnya bertawakkal.

(HR. Al-Bukhari 5420 dan Muslim 200 dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma)

Dalam hadis dari ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘anhu, disebutkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ

Ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab” (HR. Bukhari no. 6541, Muslim no. 220).

Maksud hadits ini mengabarkan tentang sifat tujuh puluh ribu orang yang ketawakkalannya sempurna sehingga mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan yang disebutkan yaitu tidak meminta diruqyah, tidak berobat dengan besi panas, tidak pula tathayyur.

1). Tidak Meminta Diruqyah.

Yaitu seseorang tidak meminta orang untuk meruqyah dirinya karena hal itu mengurangi kesempurnaan tawakkal dia kepada Allah sehingga para ulama memakruhkannya. 

Sedangkan meminta orang untuk meruqyah saudaranya maka perbuatan ini termasuk tolong-menolong dalam kebaikan sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits yang lain.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Jibril pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Wahai Muhammad, apakah engkau sakit?” Beliau menjawab, “Iya, benar.” Jibril lalu mengucapkan,

بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيْكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللهُ يَشْفِيْكَ، بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ

BISMILLAAHI ARQIIKA MIN KULLI SYAI’IN YU’DZIIKA WA MIN SYARRI KULLI NAFSIN AW ‘AININ HAASIDIN. ALLAAHU YASYFIIKA BISMILLAAHI ARQIIKA. 

(Artinya: Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang mengganggumu, dan dari keburukan penyakit ‘ain yang timbul dari pandangan mata orang yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu).” (HR. Muslim, no. 2186. Lihat bahasan di Al-Bahr Al-Muhith Ats-Tsajaj fii Syarh Shahih Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj, 35:704-706)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ، قَالَ: كُنَّا نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ فَقَالَ: «اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ، لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ»

Dari ‘Auf bin Malik al-Asyja’i berkata, “Kami dahulu meruqyah di masa jahiliyah, maka kami berkata : “Wahai Rasulullah bagaimana menurut Anda akan hal itu?”. Nabi berkata, “Tampakkanlah kepadaku bagaimana ruqyah kalian, sesungguhnya tidak mengapa meruqyah selama tidak ada kesyirikan kepadanya” (HR Muslim No. 2200)

Ruqyah adalah jampi-jampi dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an, doa atau wirid-wirid syar'i kepada orang yang sakit, terkena ain, sihir, racun, gila, atau kerasukan jin. 

Al-Imam As-Suyuthi Asy-Syafii berkata, "Para ulama berijma' bahwa ruqyah diperbolehkan selama memenuhi tiga syarat,

1). Dengan kalamullah (Al-Qur'an) atau dengan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.

2). Dengan bahasa Arab yang diketahui maknanya (seperti wirid-wirid syar'i).

3). Tidak meyakini bacaan ruqyah dapat berpengaruh dengan sendirinya akan tetapi dengan izin Allah.

(Syarh Sunan Ibnu Majah 1/249)

2). Tidak Berobat dengan Besi Panas.

Yaitu tidak meminta diobati dengan besi panas yang ditempel pada anggota tubuh yang sakit. Ini juga cara pengobatan yang pada dasarnya tidak dilarang sebagaimana meminta ruqyah, hanya saja para ulama memakruhkannya karena mengurangi kesempurnaan tawakkal.

Terkait pengobatan ini Syaikhul Islam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan,

"Hadits-hadits tentang mengobati sakit dengan besi panas ada empat macam: pertama, melakukannya, kedua, tidak menyukainya, ketiga, memuji orang yang meninggalkannya, keempat, melarangnya. Dan alhamdulillah di sana tidak ada pertentangan, yang pertama menunjukkan kebolehannya, yang kedua tidak menunjukkan dilarang, yang ketiga menunjukkan bila ditinggalkan lebih utama, yang keempat menunjukkan kemakruhannya." 

(Zadul Ma'ad 4/65-66)

3). Tidak Tathayyur.

Yaitu tidak mengurungkan niatnya untuk melakukan sesuatu lantaran melihat burung ke kiri karena dianggap sial atau terbang ke kanan dianggap hoki, atau melihat ular, atau meyakini adanya hari sial, bulan sial, tempat keramat tanpa berdasar dalil dan yang semisalnya dari keyakinan-keyakinan jahiliah.

Perbuatan tathayyur menghilangkan tawakkal seseorang kepada Allah, pelakunya berburuk sangka kepada Allah dan berbaik sangka kepada selain-Nya. Dia merasa cemas tatkala ingin melakukan sesuatu karena melihat gelagat yang sebetulnya tidak ada hubungan sebab akibat, baik secara syariat maupun nalar.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

الطيرة شرك الطيرة شرك

"Tathayyur itu kesyirikan, tathayyur itu kesyirikan." (HR. Abu Dawud 3910, At-Tirmidzi 1614 hasan shahih)

4). Hanya Kepada Rabbnya Mereka Bertawakkal.

Hakikat tawakkal dijelaskan oleh Al-Hafidzh Ibnu Rajab Al-Hanbali yaitu "Jujurnya hati dalam bersandar kepada Allah guna meraih maslahat dan mencegah mudharat yang menyangkut urusan dunia dan akhirat.

(Jami'ul Ulum wal Hikam hlm. 722)

Tawakkal merupakan fondasi tauhid dan pokok keimanan. Allah menjadikan tawakkal sebagai syarat sah keimanan dan tidak akan terealisir keimanan kecuali dengan tawakkal. Dengan kata lain, kuat lemahnya tawakkal berbanding lurus dengan kuat dan lemahnya iman.

Kendati demikian, tawakkal tidak meniadakan ikhtiar sebagaimana perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada salah seseorang shahabatnya agar mengikat untanya terlebih dahulu lalu bertawakkal.

Demikian sifat orang-orang yang dikabarkan mendapat keutamaan masuk surga tanpa hisab tanpa azab. Mereka merealisasikan tauhid dengan tawakkal yang sempurna sehingga hati mereka tidak menoleh kepada selain Allah dalam mencari maslahat dan menolak mudharat.

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta kepada Allah agar jumlah mereka ditambah sehingga setiap seribu orang dari tujuh puluh ribu itu membawa tujuh puluh ribu orang, wa billahit tawfiq. 

Dari Tsauban Radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيدْخُلَنَّ الجنةَ من أُمتِي سَبعونَ ألفًا ، لا حِسابَ عليهم و لا عذابَ ، مع كلِّ ألْفٍ سَبعونَ ألفًا

Akan masuk surga 70.000 orang dari umatku tanpa hisab dan tanpa azab. Dan setiap seribu orang dari mereka membawa 70.000 orang lagi” (HR. Ahmad [5/280-281], Shahih Al-Jami’ no. 5366).

Dalam riwayat lain dalam Musnad Ahmad,

إنَّ ربِّي زادَني مع كُلِّ أَلْفٍ سَبعينَ أَلْفًا

Sesungguhnya Rabb-ku menambahkan untuk setiap 70.000 ditambah 70.000 lagi” (HR. Ahmad no. 23505)

Dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وعدَني ربِّي أن يُدْخِلَ الجنَّةَ مِن أمَّتي سبعينَ ألفًا لا حسابَ علَيهِم ولا عذابَ ، معَ كلِّ ألفٍ سبعونَ ألفًا ، وثلاثُ حثَياتٍ مِن حَثَياتِه

Rabb-ku menjanjikan kepadaku untuk memasukkan umatku ke surga sebanyak 70.000 orang tanpa hisab dan tanpa azab. Dan setiap seribu orang dari mereka membawa 70.000 orang lagi. Dan ditambah lagi dengan tiga tangkupan tangan Nabi” (HR. At-Tirmidzi no. 2437

Maksud dari “setiap seribu orang dari mereka membawa 70.000 orang lagi” maksudnya adalah syafaat yang diberikan kepada sesama Mukmin.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang syafaat antara sahabat di hari kiamat,

حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…

Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.

Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.

Para mukminin inipun MENGELUARKAN BANYAK SAUDARANYA yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.

Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”

Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.”

Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas” (HR. Muslim no. 183).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0ELNCo6DMWHWQfpAmHzUEGKiHs89ExQtYMp3Qbpavn8Hkxw9f7zoEKvDJG9dsKfrsl&id=100001764454087

https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive