Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, December 25, 2022

Memang Dipikirnya Perayaan Natal Baru Ada Di Abad 21 Kah?

Memang Dipikirnya Perayaan Natal Baru Ada Di Abad 21 Kah?
Bismillah

Dipikirnya perkara Natal baru ada di abad 21 kah ? Perkara perayaan Natal itu sudah ada sejak tahun 300an Masehi ketika terjadi sinkretisme antara ajaran Kristen dan Romawi yang menyebabkan berubahnya ajaran Nabi Isa alaihissalam dan hilang, MAKA BERARTI Perayaan Natal juga sudah dilakukan oleh Kafir Kristen pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Pertanyaannya ? Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Para Sahabat radhiyallahu 'anhu jami'an mengucapkannya ?

Jawabannya TIDAK

Pertanyaan lagi Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Para Sahabat radhiyallahu 'anhu jami'an MENJADIKAN DALIL-DALIL YANG DIBAWAKAN OLEH KAFIR LIBERAL DAN MUNAFIK DI ABAD KE 21 INI UNTUK MENGUCAPKANNYA ?

Jawabannya TIDAK

Jadi siapa yang kalian ikuti, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Para Sahabat radhiyallahu 'anhu jami'an atau Kafir Liberal dan Munafik ?

Baca dibawah :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا  (31)

Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah

- QS Al Ahzab [33] : 21

Tafsir Muyassar,

Sungguh telah ada pada diri Rasul, pada sabdanya, perbuatannya, dan keadaannya suri tauladan yang baik bagi kalian, wahai orang-orang yang beriman (Mukmin), sebagai teladan yang baik yang kalian teladani Maka peganglah Sunnahnya, karena Sunnahnya dipegang dan dijalani oleh orang-orang yang berharap kepada Allah dan kehidupan akhirat, memperbanyak mengingat Allah dan beristighfar kepada-Nya, serta bersyukur dalam setiap keadaan

- Tafsir Muyassar, II/358

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H) berkata,

Ayat yang mulia ini adalah pokok yang agung tentang mencontoh (Sunnah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berbagai perbuatan, perkataan dan perilakunya, maupun hal ihwal beliau Karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan manusia supaya meneladani Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

- Tafsir min Ibnu Katsir, VI/461

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di (wafat 1376 H) berkata,

Para ulama ushuliyyun (ahli ushul Al Fiqh) berargumen dengan ayat ini atas kehujjahan perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (Baca : Perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu adalah dalil syar’i) Dan bahwa hukum asalnya, umat Islam itu bersuri tauladan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam semua hukum

Keteladanan yang baik ada pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Orang yang meneladani beliau berarti menelusuri jalan yang dapat mengantarkannya kepada kemuliaan Allah, yaitu jalan yang lurus Sedangkan bersuri tauladan kepada selain beliau –apabila menyalahi beliau-, maka itulah teladan yang buruk Seperti perkataan kaum musyrikin saat mereka diseru oleh Para Rasul untuk meneladani mereka,

بَلْ قَالُوٓا۟ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّهْتَدُونَ

Bahkan mereka berkata “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka” (QS Az-Zukhruf [43] : 22)

Suri tauladan yang baik (mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) ini hanya akan ditelusuri dan diikuti oleh orang yang menginginkan Allah dan Hari Akhir Hal itu terjadi karena iman yang dimilikinya, rasa takut kepada Allah dan mengharap pahala kepada-Nya, takut akan siksa-Nya yang semuanya mendorongnya untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

- Taisir Al Karim Ar Rahman, V/599

Sufyan bin Uyainah rahimahullah (wafat 198 H) berkata,

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah tolak ukur terbesar, segala sesuatu diukur dengannya, diukur dengan akhlak, perjalanan hidup serta petunjuk beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam- Segala yang menyamai atau sejalan dengannya maka itu merupakan kebenaran sementara segala yang menyelisihinya maka itu adalah kebatilan

- Al Khatib Al Baghdadi, Al Jami li Akhlaqir Rawi Wa Adabis, I/79

Imam Ibnu Abil Izz rahimahullah (wafat 792 H) berkata,

Tidak ada THARIQAH (JALAN) kecuali THARIQAH (JALAN) yang ditempuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada HAKIKAT kecuali HAKIKAT yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada SYARIAT kecuali SYARIAT yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada AQIDAH kecuali AQIDAH yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Setiap mahluk, setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka TIDAK AKAN mendapatkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan tidak akan sampai ke Surga dan kemuliaannya MELAINKAN DENGAN ITTIBA’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara lahir dan batin

Dan barangsiapa yang tidak membenarkan apa yang diberitakan dan disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak berpegang teguh dan tidak taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, baik dalam perkataan yang bathin maupun yang zhahir, MAKA ia tidak termasuk orang yang beriman Kalau ia tidak membenarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak taat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak tunduk, tidak taslim hatinya dan anggota tubuhnya tidak melaksanakan sesuai ketentuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, MAKA ia bukan termasuk orang mukmin apalagi SAMPAI dikatakan wali meskipun ia terbang di udara atau berjalan di atas air

- Syarh al Aqidah Ath Thahawiyyah, I/ 507

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُقَدِّمُواْ بَيۡنَ يَدَيِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٞ (1) 

Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-nya dan bertakwalah kepada Allah Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui

- QS Al Hujurat [49] : 1

Tafsir Muyassar

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-nya, janganlah kalian memutuskan sebuah perkara mendahului Allah dan Rasul-nya dalam syariat agama kalian, karena dengan itu kalian terjatuh ke dalam tindakan membuat bid’ah Takutlah kalian kepada Allah dalam perkataan dan perbuatan kalian, jangan sampai menyelisihi Allah dan Rasul-Nya Sesungguhnya Allah Maha Mendengar perkataan-perkataan kalian, Maha Mengetahui niat dan perbuatan kalian Ini merupakan peringatan kepada orang-orang yang beriman agar tidak melakukan bid’ah dalam agama, atau membuat syariat dalam agama yang tidak Allah izinkan

- Tafsir Muyassar, II/667

Syaikh Al Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat 728 H) berkata,

Allah telah memerintahkan orang-orang beriman agar mengikuti Allah dan Rasul-Nya pula Karena manusia tidak mendengar firman Allah langsung dari-Nya, tetapi antara mereka dengan Allah terdapat perantara seorang Rasul dari kalangan manusia Karena itu, hendaklah mereka tidak mengucapkan suatu perkataan sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan apa yang disampaikannya kepada mereka dari Allah dan hendaklah mereka tidak melakukan amal kecuali yang diperintahkan kepada mereka Janganlah seorang mukmin berbicara mengenai suatu masalah agama pun kecuali mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Jangan mendahului beliau, tetapi hendaklah melihat apa yang diucapkan oleh beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam-, sehingga ucapannya mengikuti ucapan beliau dan amalnya mengikuti perintah beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam-  Karena itu tidak ada seorang pun Sahabat, Tabi’in dan imam umat Islam yang mengikuti Manhaj (jalan) Para Sahabat radhiyallahu ‘anhu ajma’in dan Tabi’in, menolak nash dengan penalarannya (akal logika) Jika ingin mengetahui atau berbicara tentang satu persoalan agama, ia melihat kepada firman Allah dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Darinya ia belajar, dengannya ia berbicara, di dalamnya ia melihat dan berpikir, dan dengannya ia berdalil Inilah prinsip para pengikut (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Manhaj Para Sahabat radhiyallahu ‘anhu ajma’in)

Sedangkan para Ahlu Bid’ah, secara batin mereka tidak mendasarkan persoalan agama pada apa yang mereka terima dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, melainkan berdasarkan pandangan dan perasaan mereka sendiri, kemudian jika mereka menemukan sunnah itu cocok dengan pandangan dan perasaan mereka, mereka menggunakannya, dan jika tidak demikian, maka mereka tidak memperdulikannya jika mereka menemukan sunnah tidak cocok (dengan hawa nafsu) mereka, mereka berpaling darinya dengan melakukan tafwidh, tahrif (penyimpangan) atau takwil

- Al Furqan Bainal Haq Wal Bathil, hlm 69-70

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H) berkata,

Janganlah kalian tergesa-gesa melakukan segala sesuatu sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi jadikanlah kalian semua pengikutnya (ittiba) dalam segala hal Mengenai firman-Nya, “Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya” Ali bin Abu Thalhah rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu : “Janganlah kalian mengucapkan hal-hal yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah” (Al Musamma Shahifah Ali bin Abu Thalhah an Ibni Abbas fi Tafsir al Qur’an al Karim, hlm 692) Mujahid rahimahullah mengatakan : “Janganlah kalian mendahului Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sesuatu hal, sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menetapkannya lewat lisan beliau” Sufyan Ats Tsauri rahimahullah mengatakan : “Dalam bentuk ucapan dan perbuatan

- Tafsir min Ibnu Katsir, VII/470-471

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di (wafat 1376 H) berkata,

Ayat ini mencakup etika terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta mengagungkan, menghormati dan memuliakannya Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan tuntunan keimanan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta harus berjalan di belakang perintah-perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam semua hal, agar tidak mendahului Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

Tidak mengatakan sesuatu pun hingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan, dan tidak memerintah apa pun hingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintah

Inilah hakikat etika wajib terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan itulah alamat kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba Jika etika tersebut tidak dimiliki oleh seorang hamba, maka dia tidak akan mendapatkan kebahagiaan abadi dan kenikmatan kekal

Dalam hal ini terdapat larangan keras untuk mendahului perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum beliau mengucapkan

Manakala Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah jelas, maka ia wajib diikuti dan harus didahulukan atas yang lainnya, tidak peduli siapa orangnya

- Taisir Al Karim Ar Rahman, VI/598


https://mfacebookcom/storyphp?story_fbid=pfbid02Z85v95gZAJq8tJTy7rzAbBUszGqqGWUjHJW5E9aAEet22wTJzSyw8is3tcccogF9l&id=100081182600047


Atha bin Yussuf

===============================

Wallahu a'lam bishawab

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“ [HR Muslim, 3509]

Jazaakumullahu khairan


Share:

Popular Posts

Blog Archive