Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Saturday, December 24, 2022

Sekuat-kuatnya Tali Iman, Mencintai Karena Allah dan Membenci Karena Allah

Sekuat-kuatnya Tali Iman, Mencintai Karena Allah dan Membenci Karena Allah
Bismillah...

Akidah Islam mengajarkan kita prinsip al-wala' wal bara' yang merupakan sekuat-kuatnya tali iman agar tidak keliru dalam berloyalitas dan berlepas diri.

Al-wala' artinya mencintai Allah dan mencintai apa-apa yang dicintai Allah dan mencintai apa-apa yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sedangkan al-bara' artinya berlepas diri dari semua yang dibenci Allah dan dibenci oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ

Sekuat-kuatnya tali iman adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Thabrani)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Ada tiga perkara, barangsiapa yang ketiganya ada pada dirinya niscaya dia akan merasakan manisnya iman: (1) barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu selain keduanya, (2) barangsiapa yang mencintai seorang hamba dan tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan (3) barangsiapa yang benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekafiran itu sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)

Syaikh Al-'Allamah Shalih Al-Fawzan hafidzhahullah mengatakan, "Mengenai prinsip al-wala' wal bara' ini manusia terbagi menjadi tiga golongan,

1). Orang yang dicintai dengan kecintaan yang murni dan tidak ada permusuhan terhadapnya

Mereka adalah kaum mukminin yang tulus yaitu para Nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang saleh.

Allah ta'ala berfirman, 

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, “Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau jadikan kedengkian dalam hati-hati kami terhadap orang-orang yang beriman, "Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)

2). Orang yang dibenci dan dimusuhi tanpa adanya kecintaan dan loyalitas sama sekali

Mereka adalah kuffar (orang-orang kafir), musyrikin, munafiqin, orang-orang yang murtad, orang-orang ateis dengan segala macam jenisnya.

Allah ta'ala berfirman, 

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

"Engkau tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung" (QS. Al-Mujadilah: 22)

Allah Ta’ala berfirman,

تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ

Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sungguh amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka sendiri, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka, dan mereka akan kekal dalam siksaan.” (QS. Al-Maidah [5]: 80)

3). Orang yang dicintai di satu sisi tetapi dibenci di sisi lain yaitu berkumpul padanya kecintaan sekaligus permusuhan

Mereka adalah orang-orang mukmin yang durhaka, mereka dicintai karena keimanannya dan dibenci karena kedurhakaannya selain dosa kekufuran dan kemusyrikan.

Kecintaan terhadap mereka mengharuskan untuk menasihati dan mengingkari mereka. Akan tetapi mereka tidak dibenci dan dimusuhi secara total layaknya orang kafir, namun juga tidak diberi loyalitas secara penuh. Ahlussunnah menyikapi mereka dengan pertengahan.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, “Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, berloyalitas karena Allah, memusuhi karena Allah, maka dia akan memperoleh penjagaan dari Allah karena al-wala' wal bara'-nya itu." (Riwayat Ibnu Jarir)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ

Siapa yang cintanya karena Allah, bencinya karena Allah, memberinya karena Allah dan tidak memberi pun karena Allah, maka sungguh telah sempurna keimanannya.” (HR. Abu Dawud 4.681)

Akan tetapi belakangan ini kebanyakan orang membangun loyalitas hanya karena alasan duniawi semata. Siapa yang membangun persaudaraannya hanya karena dunia kelak di akhirat tidak akan berguna." (Selesai dengan ringkas)

Demikian akidah al-wala' wal bara' yang menjadi kemestian dalam berislam. Namun perlu kita ingat bahwa bersikap loyal tidak berarti menjadikan dirinya membabi buta terhadap siapa yang dia cintai, begitupupa antipati tidak berarti berlaku zalim sekalipun terhadap orang kafir.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0wxFz7ek55HHvLReLjtqThj2m62Gw4YeK7pPk1aAefBfoc3Y6V91xD3uRTxAfXHFol&id=100001764454087

https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive