Di saat seorang mengenal Islam sebagai Islam yang diajarkan oleh Rasulullah dan diamalkan oleh para sahabat beliau, maka siapapun dia akan menilai bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan amat indah.
Namun noda-noda yang datang sepeninggal Nabi -shallallahu'alaihi wa sallam- telah mengganggu keindahan Islam. Noda itu bernama "BID'AH".
Syaikh Abdulmalik Ramadhani menceritakan kisah seorang tokoh liberal di Jazair (negara asal beliau), yang menilai Islam sebagai agama dongeng/khurofat karena dia melihat Islam dari orang-orang sufi saja. Kesimpulannya kemudian di generalkan kepada Islam, bahwa Islam adalah Islam yang dianut kaum sufi.
Beliau melanjutkan cerita tentang seorang menteri di Aljazair yang ingin hijrah dan bertaubat. Lalu oleh seorang ditunjukkanlah dia agar menemui seorang Syaikh atau Kyai sufi. Setelah bertemu dengan Kyai tersebut, menteri itu dijamu makan. Setelah makan Kyai itu membersihkan bekas makanan dengan dijilat, lalu dia usapkan pada jenggot beliau yang panjang. Sang Mentri kaget saat melihat murid-muridnya berebut mengusap jenggot Sang Kyai untuk mencari berkah. Melihat keadaan itu, Mentri itu pamit pulang dan berujar, "Ternyata Islam itu seperti ini, saya mending ga jadi taubat dah, mending saya menjadi saya yang dulu."
Satu lagi contoh noda bid'ah terhadap keindahan dan kesempurnaan Islam, adalah bid'ah khawarij, mereka menghalalkan nyuri di swalayan-swalayan milik orang kafir. Seperti yang pernah terjadi di Inggris, dengan alasan mengambil ghanimah jihad dan untuk jihad ekonomi melawan kaum kafir.
Sungguh Islam yang diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berlepas diri dari itu semua.
Solo, 20 Jumadas Tsani 1444 H.
✍️ Ahmad Anshori
---
Faidah dari Syaikh Abdul Malik Ramadhani -hafidzohullah-, dalam kajian kitab beliau berjudul "Sittud Duror...".
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.
