Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Thursday, March 2, 2023

Ogah Berdiri Sejajar (Saat Shalat Jama'ah Berdua)

Ogah Berdiri Sejajar (Saat Shalat Jama'ah Berdua)
Bismillah...

Ada sebagian orang, ketika shalat berjamaah hanya dua orang, tidak mau, ogah-ogahan dan enggan shalatnya sejajar dengan imam. Dia menjauh dan berdiri dibelakang imam. Bahkan ada sebagian orang, bukan hanya tidak mau berdiri sejajar, bahkan ada yang menuduh itu ajaran baru. Yang lebih parah lagi menuduh itu ajaran wahabi. 

Kalau orang awam, mungkin bisa dimaklumi karena mereka memang tidak tahu, atau belum nyampe ilmu kepadanya, yang memang mesti diberi penjelasan. Namun kalau yang langsung menuduh dan menghukumi itu ajaran baru, itu ajaran wahabi, dari kalangan ustadz atau kiyai, ini yang sungguh mengherankan, apa tidak diajari waktu di pondoknya bahwa itu ada sunnah dan contohnya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. 

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, 

أتيتُ رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – من آخر الليل فصلّيتُ خلفه، فأخَذ بيدي فجرّني فجعلني حذاءه

Aku (Ibnu Abbas) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sedang shalat di akhir malam. Maka aku pun shalat di belakang beliau. Lalu beliau mengambil tanganku dan menarikku hingga sejajar dengan beliau” (HR. Ahmad 1/330, dan dishahihkan oleh Syuaib Al-Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad). 

Berkata Jabir Bin Abdullah radhiyallahu anhu, 

قَامَ النَّبِيُّ صَلَى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ،  فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ  فَأَخَذَ بِيَدِيْ فَأَدَا رَنِيْ حَتَّى اَقَامَنِيْ عَنْ يَمِيْنهِ، ثُمَّ جَاءَ جَبَّارُبْنُ صَخْرٍ فَقَامَ عَنْ يَسَارِ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخَذَ بِأَيْدِيْنَا جَمِيْعًا فَدَفَعَنَا حَتَّى اَقَامَنَا خَلْفَهُ

"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri shalat, kemudian aku datang, lalu aku berdiri disebelah kirinya, maka beliau memegang tanganku, lantas ia memutarkan aku sehingga ia menempatkan aku sebelah kanannya. Kemudian datang Jabbar bin Shakr yang langsung ia berdiri di sebelah kiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau memegang tangan kami dan beliau mendorong kami sehingga beliau mendirikan kami dibelakangnya”. (Riwayat Muslim). 

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, 

صَلَيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَأَخَذَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرَأْ سِيْ فَجَعَلَنِى عَنْ يَمِيْنهِ

Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam. Lalu aku berdiri di sebelah kiri beliau, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kepalaku dari belakangku, lalu ia tempatkan aku disebelah kanannya.” (Riwayat Bukhari). 

Berkata Ibnu Hajar rahimahullah,

وَعَنْ اِبْنِ جُرَيْجٍ قَالَ : قُلْتُ لِعَطَاءٍ : الرَّجُلُ يُصَلِّي مَعَ الرَّجُلِ أَيْنَ يَكُونُ مِنْهُ ؟ قَالَ : إِلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ . قُلْتُ : أَيُحَاذِي بِهِ حَتَّى يَصُفَّ مَعَهُ لَا يَفُوتُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ ؟ قَالَ : نَعَمْ

Dan dari Ibn Juraij, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Atha`: “Seseorang shalat bersama seorang lainnya, di mana posisinya?” ‘Atha` menjawab: “Sebelah kanannya.” Aku bertanya: “Apakah sejajar dengannya sehingga satu shaf dengannya, tidak ada perbedaan antara keduanya?” Ia menjawab: “Ya.” (Fathul-Bari).

Disebutkan dalam al-Muwaththa` (Imam Malik) dari ‘Abdullah ibn ‘Utbah ibn Mas’ud rahimahullah, ia berkata: 

دَخَلْتُ عَلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ بِالْهَاجِرَةِ فَوَجَدْتُهُ يُسَبِّحُ فَقُمْتُ وَرَاءَهُ فَقَرَّبَنِي حَتَّى جَعَلَنِي حِذَاءَهُ عَنْ يَمِينِهِ

Aku pernah masuk menemui ‘Umar pada siang hari. Aku menemukan beliau sedang shalat sunat. Maka aku berdiri (shalat) di belakangnya. ‘Umar lalu menarikku mendekat hingga menempatkanku sejajar di sebelah kanannya.” (Fathul-Bari). 

Kalau memang enggan sejajar dengan Imam, makmum bisa mundur sedikit saja, jangan jauh ke belakang. Ini pendapat beberapa ulama. Mereka berhujjah berdasarkan hadits dibawah ini. 

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, 

ﺃﺗﻴﺖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺁﺧﺮ اﻟﻠﻴﻞ، ﻓﺼﻠﻴﺖ ﺧﻠﻔﻪ، ﻓﺄﺧﺬ ﺑﻴﺪﻱ، ﻓﺠﺮﻧﻲ، ﻓﺠﻌﻠﻨﻲ ﺣﺬاءﻩ، ﻓﻠﻤﺎ ﺃﻗﺒﻞ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺻﻼﺗﻪ، ﺧﻨﺴﺖ، ﻓﺼﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻓﻠﻤﺎ اﻧﺼﺮﻑ ﻗﺎﻝ ﻟﻲ: " ﻣﺎ ﺷﺄﻧﻲ ﺃﺟﻌﻠﻚ ﺣﺬاﺋﻲ ﻓﺘﺨﻨﺲ؟ "، ﻓﻘﻠﺖ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ، ﺃﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﻷﺣﺪ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺣﺬاءﻙ،

"Saya mendatangi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam di akhir malam. Saya shalat di belakang Nabi. Kemudian Nabi memegang tangan saya dan menarik saya sampai sejajar. Ketika Nabi masuk ke dalam shalat, saya mundur. Selesai shalat Nabi bertanya: Kenapa kamu mundur? Ibnu Abbas: Apakah layak bagi seseorang shalat berdiri sejajar dengan engkau?" (HR Ahmad)

Berkata Imam Nawawi Asy Syafii rahimahullah, 

السنة أن يقف المأموم الواحد عن يمين الامام رجلا كان أو صبيا قال اصحابنا ويستحب ان يتأخر عن مساواة الامام قليلا فان خالف ووقف عن يساره أو خلفه استحب له ان يتحول الي يمينه ويحترز عن افعال تبطل الصلاة فان لم يتحول استحب للامام ان يحوله لحديث ابن عباس فان استمر علي اليسار أو خلفه كره وصحت صلاته عندنا بالاتفاق

"Disunnahkan bagi makmum yang hanya seorang diri baik lelaki dewasa ataupun anak anak untuk berdiri di sebelah kanan imamnya. Dan menurut penjelasan para ulama’ dalam mazhab kami, makmum yang hanya seorang diri itu dianjurkan untuk sedikit mundur dari posisi imamnya. 

Bila ia menyelisihi hal ini, sehingga ia berdiri di sebelah kiri, atau belakangnya, maka dianjurkan untuk berpindah ke sebelah kanan imam, dengan tetap menghindari perbuatan perbuatan yang dapat membatalkan shalatnya. Dan bila ia tidak berpindah, maka dianjurkan bagi imamnya untuk memindahkan makmumnya itu ke sisi kanannya. Hal ini berdasarkan hadits riwayat sahabat Ibnu Abbas.

Bila ia tetap berada di sisi kiri imam atau belakangnya, maka hukumnya makruh dan disepakati dalam mazhab kami bahwa shalatnya tetap sah". (Al Majmu’ oleh Imam An Nawawi 4/292)

Yang mesti dihindari adalah shalat dikiri imam atau dibelakang imam, jika shalat berjamaah hanya dua orang. Karena ada ulama yang berpendapat, shalatnya tidak sah. Mesti diulang kembali. Dan sebagian ulama berpendapat sah shalatnya. Namun yang lebih selamat, sejajar dengan imam atau mundur sedikit. 

Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah,

ومن صلى خلف الصف وحده، أو قام بجنب الإمام عن يساره، أعاد الصلاة. وهذا قول النخعي، والحكم، والحسن بن صالح، وإسحاق، وابن المنذر

"Dan orang yang shalat sendirian di belakang shaf atau berdiri di samping kiri imam, maka dia harus MENGULANG SHALATNYA. Ini adalah pendapat an-Nakhai, al-Hakam, Hasan bin Soleh, Ishaq bin Rahawaih, dan Ibnul Munzir". (al-Mughni, 2/155) 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0AbkffA1gzhKr8yTUYotAti99Fqz4GwgjdQf9FzaAG4CPAJ23ho4W4zMAsDN7q8Pkl&id=903924823277358


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive