Bergaul dengan teman yang buruk agamanya
Dengan siapa kita berteman diatur dalam agama Islam. Karena teman dapat menyeret dan menarik seseorang untuk condong dan mengikutinya. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan, shohib sahib, sahabat itu menyeret.
Teman yang tidak baik akan mengajak kepada yang tidak baik pula. Sebaliknya, berteman dengan orang saleh akan menularkan kebaikannya kepada kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak wangi, atau engkau membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau akan dapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau akan dapatkan bau asap yang tidak sedap.” (HR. Bukhari no. 5534 dan Muslim no. 2628)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
المرءُ على دينِ خليلِه فلينظرْ أحدُكم مَن يُخاللُ
“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya, maka perhatikanlah dengan siapa engkau berteman.” (HR. Abu Daud no. 4833, Ahmad no. 8398, dan Tirmidzi no. 2378, hadis sahih)
Abu Thalib telah mengajarkan kita bagaimana bukti nyata sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut. Abu Thalib menjadi korban atas pertemanannya bersama Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah. Walaupun mereka orang-orang yang terpandang dan tinggi derajatnya di sisi manusia, namun mereka bukan teman yang baik dalam hal agama, sehingga pertemanan tersebut tidak mendatangkan manfaat agama.
Sumber: https://muslim.or.id/83468-penghalang-hidayah.html
📌Surabaya Mengaji
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.