Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Wednesday, August 9, 2023

Bukan Ulil Amri Pemimpin Hasil Demokrasi?

Bukan Ulil Amri Pemimpin Hasil Demokrasi
Bismillah...

Pemimpin hasil dari demokrasi dengan segala kecurangannya atau kudeta sekalipun, wajib diakui dan ditaati, walaupun kudeta dan demokrasi haram hukumnya, ini prinsip akidah ahlussunnah.

Seorang budak, tidak boleh dan tidak berhak menjadi pemimpin, kalau dia menjadi pemimpin, dipastikan dengan cara yang menyelisihi syariat, dengan kudeta misalkan atau dengan kecurangan dan tipu muslihat. Namun setelah dia menjadi pemimpin, wajib ditaati dan terlarang untuk memberontak.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا

Aku wasiatkan kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah serta mendengar dan taat kepada pemimpin meskipun pemimpin tersebut seorang budak dari Habasyah.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Berkata Syueb Al Arnuth : Hadits Shahih].

Inilah dalil ahlussunnah dalam perkara ini. Biar prosesnya haram, dengan kudeta atau demokrasi, namun setelah menjadi pemimpin wajib ditaati dalam perkara yang makruf dan tidak boleh memberontak.

Berkata Imam Ahmad rahimahullah:

والسمع والطاعة للأئمة وأمير المؤمنين البر والفاجر ومن ولي الخلافة واجتمع الناس عليه ورضوا به ومن عليهم بالسيف حتى صار خليفة وسمي أمير المؤمنين

Wajib mendengar dan taat kepada pemimpin kaum mukminin, dia orang baik maupun orang fasik, atau kepada orang yang memegang tampuk khilafah, disepakati masyarakat, dan mereka ridha kepadanya, atau kepada orang yang menguasai mereka DENGAN PAKSA (pemberontakan atau kudeta) sehingga dia menjadi khalifah dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum muslimin. (Ushul Sunah, no. 15).

Berkata Ibnu Hajar al Asqalani rahimahullah :

وقد أجمع الفقهاء على وجوب طاعة السلطان المتَغلب ، والجهاد معه ، وأن طاعته خير من الخروج عليه ؛ لما في ذلك من حقنِ الدماء ، وتسكين الدهماء)

Dan sungguh semua ulama fikih bersepakat akan wajibnya mentaati penguasa yang dia asalnya adalah PENGKUDETA yang menang dan wajibnya berjihad bersamanya. Sesungguhnya mentaati penguasa yang asalnya adalah PEMBERONTAK ITU lebih baik dari pada melakukan perlawanan kepadanya karena dengan demikian darah rakyat terjaga dan masyarakat berada dalam ketenangan [Fathul Bari 13/9].

Berkata Imam Ahmad rahimahullah :

ومن غَلبَ عليهم- يعني الولاةَ- بالسيف حتى صار خليفة ، وسمي أمير المؤمنين ؛ فلا يحل لأحد يؤمن بالله واليوم الآخر أن يبيتَ ولا يراهُ إماما برا كان أو فاجرا)

Dan siapa yang berhasil MENGKUDETA secara militer seorang penguasa sehingga dia menjadi penguasa di negeri tersebut dan diakui sebagai pemimpin orang-orang beriman di negeri tersebut maka tidaklah halal bagi siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir melalui malam harinya tanpa menyakini bahwa dia adalah pemerintah [ulil amri] sahnya baik pengkudeta yang menang tersebut orang yang bertakwa atau pun orang yang pendosa [asalkan muslim]” (Ahkam Sulthoniyyah karya Qadhi Abu Ya’la hal 28, cet Darul Fikr).

Dan Berkata Imam Ahmad rahimahullah :

ومن خرج على إمام من أئمة المسلمين وقد كانوا اجتمعواعليه وأقروا بالخلافة بأي وجه كان بالرضا أو الغلبة فقد شق هذا الخارج عصا المسلمين وخالف الآثار عن رسول الله صلى الله عليه و سلم فإن مات الخارج عليه مات ميتة جاهلية

Dan barang siapa yang memberontak terhadap seorang penguasa suatu negeri yang dia otomatis adalah pemimpin kaum muslimin di negeri tersebut padahal masyarakat telah sepakat untuk mengakui bahwa dia adalah penguasanya meski dengan cara apapun dia mendapatkan kekuasaan baik dengan kerelaan sepenuh hati rakyatnya ataupun dengan KUDETA maka pemberontak tersebut telah merusak persatuan kaum muslimin di negeri tersebut, menyelisihi sunnah Nabi dan kematian orang yang melakukan pemberontakan adalah sebagaimana kematian orang musyrik jahiliah yang mati dalam keadaan tidak memiliki penguasa yang ditaati. (Ushul Sunah 1/45).

Itulah bedanya ahlussunnah dengan para hizbiyyun harokiyyun. Ahlussunnah mengharamkan kudeta dan demokrasi, tetapi pemimpin hasil kudeta atau demokrasi wajib ditaati dan tidak boleh memberontak selama dia masih seorang muslim. 

Sedangkan para hizbiyyun harokiyyun mereka menghalalkan pemberontakan dan demokrasi, pemimpin hasil pemberontakan atau demokrasi, kembali mereka cela dan kembali diberontak karena tidak sesuai dengan yang diharapkan. Itulah hasil dari pemikiran yang tidak berdasarkan dalil dan pemahaman para salaf. Akhirnya darah kaum muslimin terus tertumpah dan penderitaan yang tiada akhir.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02vvDEgsPA2DnzkfQox9k3HutyFWg71Us4ZUnykBqS3nFTo8imUbeDjmvBYzpY7o9fl&id=100063495759389


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive