Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Friday, October 6, 2023

Jangan Ambil Ilmunya..

Jangan asal mengambil ilmu, Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang :
Bismillah...

Ilmu itu adalah darah dan daging, untuk itu, tidak boleh mengambil ilmu ke sembarangan orang, karena jika salah guru, untuk melepaskan ilmu yang didapatkan dan dipahami dari guru-guru tersebut sangatlah sulit dan berat. Lebih berat dari melepaskan racun nikotin yang sudah menyatu dengan aliran darah para perokok.

Berkata Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah :

إن هذا العلم هو لحمك ودمك وعنه تُسأل يوم القيامة فانظر عمّن تأخذه" الكفاية ٢١”

"Sungguh ilmu ini adalah darah dan dagingmu, dan engkau akan ditanya tentangnya pada hari kiamat kelak. Maka lihatlah darimana engkau mengambil ilmu tersebut.” (Al Kifayah 21).

Berkata Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu :

اُنْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ هَذَا الْعِلْمَ فَإِنَّمَا هُوَ دِينٌ

Perhatikanlah dari siapa kamu mengambil ilmu ini, karena sesungguhnya ia adalah agama” (al Kifayah, hlm. 121 - al Khaththib al Baghdadi).

Nasehat Imam Malik rahimahullah diatas, sangatlah penting untuk diperhatikan. Janganlah sembarang mengambil ilmu dengan alasan ambil baiknya dan buang buruknya.

Lebih lanjut beliau merinci lagi siapa saja yang tidak boleh diambil ilmunya.

Berkata Imam Malik bin Anas rahimahullah :

«لا يؤخذ العلم عن أربعةٍ: سفيهٍ يُعلن السفهَ وإن كان أروى الناس، وصاحب بدعةٍ يدعو إلى هواه، ومن يكذب في حديث الناس وإن كنتُ لا أتَّهمه في الحديث، وصالحٌ عابدٌ فاضلٌ إذا كان لا يحفظ ما يحدِّث به».

[«سير أعلام النبلاء» للذهبي (7/ 162)]

Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang :

● Orang bodoh yang nyata kebodohannya

● Shahibu hawa` (pengikut hawa nafsu) yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya

● Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

● Orang yang mempunyai keutamaan dan keshalehan, namun tidak peduli dengan hadits yang ia sampaikan.

(Shahih Jami Bayanil ilmi hal 304)

Belajar ke sembarang orang bukan hanya belajar akidah, bahkan belajar tajwid dan tahsin alquran dan belajar nahwu dan sharaf, tidak boleh kepada ahlul bid'ah.

Syeikh Utsaimin rahimahullah ditanya :

إذا وجدنا رجلا مبتدعا لكنه قوي في علم العربية من بلاغة و نحو وصرف، فهل نجلس إليه و نأخذ منه هذا العلم الذي هو قوي فيه أو نهجره؟.

Apabila ada seorang mubtadi’, namun dia pandai dalam ilmu bahasa arab, baik balaghah, nahwu, maupun sharaf. Bolehkah kita duduk dengannya dan mengambil ilmu darinya – yakini ilmu yang dia menonjol di bidang tersebut – ataukah kita tetap wajib meng-hajr-nya?

Beliau rahimahullah menjawab :

...لا نجلس إليه؛ لأن ذلك( يوجب مفسدتين)!:

المفسدة الأولى:

(اغتراره بنفسه)؛ فيحسب أنه على حق!.

المفسدة الثانية:

(اغترار الناس به)؛ حيث يتوارد عليه طلاب العلم يتلقون منه، والعامي لا يفرق بين علم النحو و علم العقيدة!.

لهذا (نرى ألا يجلس الإنسان إلى أهل الأهواء والبدع [مطلقا] )؛ حتى و إن كان لا يجد علم العربية و البلاغة و الصرف - مثلا - إلا فيهم، فسيجعل الله له خيرا منه؛ لأن تردد الطلاب عليهم - لاشك - يوجب (غرورهم و اغترار الناس بهم!!).

وهنا مسألة:

هل يجوز تلقي القرآن عند معلم مبتدع؟.

والجواب:

لا يقرأ عليه!."

انتهى بتصرف يسير جدا.

من كتاب[شرح حلية طالب العلم].

للعلامة الصالح: محمد بن صالح بن عثيمين رحمه الله.

Kita tidak boleh duduk dengannya. Karena hal itu akan memunculkan dua kerusakan:

Kerusakan Pertama: 

Dia (ahlul bid’ah tersebut) tertipu dengan dirinya sendiri. Dia mengira bahwa dirinya berada di atas al-Haq (kebenaran).

Kerusakan Kedua : 

Umat akan tertipu dengannya. Yaitu dengan berdatangannya para penuntut ilmu kepada dia dan mengambil ilmu darinya. Sementara orang awam tidak akan membedakan antara ilmu nahwu dengan ilmu aqidah.

Oleh karena itu kami memandang tidak boleh untuk duduk dengan ahlul bid'ah secara mutlak. Bahkan walaupun dia tidak mendapati ilmu bahasa arab, ilmu balaghah, dan ilmu sharaf – misalnya – kecuali pada mereka. Allah akan menjadikan untuknya yang lebih bagi dari itu. Karena berdatangannya para penuntut ilmu kepada mereka (ahlul bid’ah) tidak diragukan akan menyebabkan mereka tertipu (dengan diri sendiri) dan menyebabkan umat tertipu dengan mereka.

Disana ada masalah (lain), yaitu : bolehkan mengambil ilmu al-Qur`an (yaitu ilmu qira’ah, tajwid, dll, pen) dari seorang pengajar ahli bid’ah?

Jawabannya : Tidak boleh membaca kepada mereka (yakni tidak boleh mengambil ilmu al-Qur`an dari mereka). (Syarh Hilyah Thalibul ‘Ilmi). 

Sumber http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=144312 

Belajar ilmu agama apa saja, hendaklah kepada ahlussunnah. Karena mereka mengambil ilmu dari alquran dan as sunnah dengan pemahaman salaf.

Berkata Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu :

لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا أَتَاهُمُ الْعِلْمُ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَ مِنْ أَكَابِرِهِمْ , فَإِذَا أَتَاهُمُ الْعِلْمُ مِنْ قِبَلِ أَصَاغِرِهِمْ , وَ تَفَرَّقَتْ أَهْوَاءُهُمْ , هَلَكُوْا

Manusia akan selalu berada di atas kebaikan, selama ilmu mereka datang dari para sahabat Nabi Muhammad dan dan dari orang-orang besar (ahlussunnah) mereka. Jika ilmu datang dari arah orang-orang kecil (ahli bid’ah), hawa nafsu mereka mencerai-beraikan dan mereka binasa” az Zuhud, hlm. 281-Imam Mubarak).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid037MAB7eLEGbEYn9zTB34WSx6HuYp6PETzMr3Ussj13h29NkDHKGNMNkJS7jvcG1FKl&id=100009878282155


AFM

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2018/09/jangan-mengambil-ilmu.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive