Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Friday, October 6, 2023

Dengan Siapa Dia Berteman?

Dengan Siapa Dia Berteman?
Bismillah...

Seseorang bertanya, bagaimana ustadz fulan, apakah boleh diambil ilmunya ? Kalau tidak boleh diambil ilmunya, apakah ada penyimpangan dalam ceramahnya ?

Seorang ustadz, bahkan seorang ulama, bisa saja tergelincir kepada kesalahan. Karena manusia tidaklah maksum, pastilah pernah tergelincir dan jatuh pada kesalahan.

Ustadz atau ulama yang tergelincir dalam kesalahan tidak serta merta ditinggalkan dan tidak diambil ilmunya. Kalau demikian kaidahnya, tidak akan tersisa seorang pun ulama atau ustadz. Karena mereka semua pasti pernah melakukan kesalahan, kekeliruan dan ketergelinciran.

Namun yang menjadi patokan, diambil tidaknya ilmu seorang ustadz atau ulama, apakah mereka berpegang teguh dengan alquran dan assunnah atau tidak dan memahami keduanya dengan pemahaman salaf, pemahaman sahabat atau tidak ? 

Jika landasannya bukan alquran dan assunnah dan pemahamannya bukan pemahaman salaf, maka ustadz atau ulama tersebut, tidak boleh diambil ilmunya, karena akan membawa kepada jalan kesesatan.

Allah Ta'ala berfirman :

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. An Nisa 115.

Berkata Syekh As Sa'di rahimahullah :

أي: ومن يخالف الرسول صلى الله عليه وسلم ويعانده فيما جاء به { مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى ْ} بالدلائل القرآنية والبراهين النبوية. { وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ ْ} وسبيلهم هو طريقهم في عقائدهم وأعمالهم { نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى ْ} أي: نتركه وما اختاره لنفسه، ونخذله فلا نوفقه للخير، لكونه رأى الحق وعلمه وتركه، فجزاؤه من الله عدلاً أن يبقيه في ضلاله حائرا ويزداد ضلالا إلى ضلاله. كما قال تعالى: { فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ْ} وقال تعالى: { وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ ْ}

Maksudnya, barangsiapa yang menyelisihi Rasulullah dan membangkang terhadap apa yang dibawa olehnya, “sesudah jelas kebenaran baginya” dengan dalil-dalil al-Quran dan penjelasan as-Sunnah, “dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin,” jalan mereka adalah cara mereka dalam berakidah dan beramal, “Kami biarkan ia leluasa terhadap KESESATAN yang telah dikuasainya itu,” yaitu Kami membiarkannya dengan apa yang dipilih untuk dirinya dan Kami menghinakannya, Kami tidak membimbingnya kepada kebaikan, karena ia telah menyaksikan kebenaran dan mengetahuinya, namun tidak mengikutinya, maka balasan baginya dari Allah adalah sebuah keadilan yaitu membiarkannya tetap dalam kesesatannya dengan kondisi bingung hingga kesesatannya bertambah di atas kesesatan, sebagaimana Allah berfirman, " Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." (Ash-Shaff:5). Dan di dalam ayat lain Allah berfirman, " Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat." (Al-An’am:110). (Tafsir as-Sa'di).

Kemudian yang perlu diperhatikan juga, apakah ustadz atau ulama tersebut berteman dekat dengan para ahlul bid'ah atau tidak ? Karena inipun menjadi salah satu patokan, apakah si ustadz atau ulama tesebut diambil ilmunya atau tidak. Karena agama seseorang, tergantung dengan teman dekatnya.

Mungkin seorang ustadz atau ulama tesebut, tersembunyi dari kebid'ahannya, karena pandai menutupinya dengan ceramah-ceramahnya, tulisan-tulisannya atau pendapat-pendapatnya, yang nyaris tidak ada penyimpangannya, namun mereka tidak tersembunyi dengan siapa teman dekatnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, Silsilah Ash-Shahihah).

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman (HR Abu Dâwud dan at-Tirmidzi, Silsilah Ash-Shahihah).

Berkata Al Imam Al Barbahari rahimahullah :

وإذا رأيت الرجل جلس مع أهل اﻷهواء فاحذره واعرفه. فإن جلس معه بعد ماعلم فاتقه فإنه صاحب هوى..

Jika engkau melihat seorang duduk dengan ahlul hawa maka berhati-hatilah darinya dan kenali dia, namun jika engkau melihat ada orang yang masih saja duduk dengannya setelah mengetahui ilmunya, maka berhati-hati pula karna dia juga shahibul hawa". (Syarhus sunnah).

Berkata Al Imam Al Auza’i rahimahullah :

من استتر عنا بدعته لم تخف ألفته..

Siapa yang tersembunyi dari kami kebidahannya, maka tidak akan tersembunyi dengan siapa dia berteman..” (I’tiqad ahlis sunnah).

Berkata Ibnul Mubarak rahimahullah :

من خفيت علينا بدعته لم تخف علينا ألفته

Siapa yang tersembunyi dari kami kebidahannya, maka tidak akan tersembunyi dengan siapa dia berteman..” (Al Ibanah Kubro 156).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0ZJjQqJYfUi8QN7Q8Mfu9MyMgvbiaaMKBeje6eiSfQdqmG6DZ2FXYJmW33GvfQSMzl&id=100009878282155


AFM


Bahasan terkait, Jangan ambil ilmunya (https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid037MAB7eLEGbEYn9zTB34WSx6HuYp6PETzMr3Ussj13h29NkDHKGNMNkJS7jvcG1FKl&id=100009878282155)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive