Dari ’Aisyah –Radhiyallâhu ’Anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallâhu ’Alaihi Wasallam Bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” [HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.]
Al Hasan Al Bashri رحمه الله تعالى berkata:
"Beradablah dengan adab-adab yang Allah tinggikan didalam Al-Qur'anul karim melalui Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam."
Kaidah:
"Umat ini tidak akan jadi baik kecuali dengan apa yang membuat umat terdahulu baik."
Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ Berfirman dalam Surah At-Taubah Ayat 100:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar."
Kalau ingin sukses dalam berhijrah, bertaubat, belajar, kita harus mengikuti Mereka (Yakni Generasi Terbaik).
===========
Imam Ibnu Jama'ah memulai dari ucapan
Muhammad bin Sirin رحمه الله تعالى:
"Mereka (Para Shabat, Tabi'in, tabiut tabi'in) mempelajari Adab dan Akhlak sebagaimana mereka mempelajari Ilmu."
Mereka kuat karena pondasi mereka kokoh.
Muhammad bin sirin رحمه الله تعالى kemana-mana selalu berdzikir: "Subhânallâh Wa Bihamdi, SubhanAllahil 'adzim"
Diantara wujud dari bentuk akhlak Ibnu Sirin رحمه الله تعالى,
Ketika beliau berkumpul bersama teman-temannya dan teman-temannya menyebutkan keburukan seseorang, beliau senantiasa menyebutkan kebaikan orang tersebut.
"Fenomena yang sekarang banyak terjadi ialah banyak orang yang berilmu tapi tidak beradab dan tidak berakhlak, hal itu disebabkan oleh kesalahan dalam metode menuntut ilmu"
Al Imam Ibnul Mubarok رحمه الله تعالى mengatakan:
"Mereka mempelajari Adab sebelum mempelajari Ilmu."
Al Imam Hasan Al Bashri رحمه الله تعالى
"Seseorang itu melakukan Safar untuk memiliki Adab sampai menghabiskan waktu bertahun-tahun."
Abdurrahman bin Mahdi رحمه الله تعالى berkata:
"Kita ini seringkali duduk di majelis seseorang, kecuali kita ingin mempelajari Akhlak dan Perangai seseorang tesebut."
Imam Adz-Dzahabi رحمه الله تعالى mengatakan:
"Dulu yang duduk di Majelis Imam Ahmad 5.000 an orang, ternyata yang mencatat hanya 500 orang, yang 4.500 sibuk mengamati gerak-gerik Imam Ahmad (memperhatikan adab)."
Ada 2 hal yang tidak terdapat di dalam diri seorang munafik, yaitu:
- Akhlak Mulia.
- Ilmu Agama yang benar.
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam adalah parameter tertinggi, segala sesuatu ditimbang dengan Parameter beliau, semua yang beliau lakukan dan yang ada didalam diri beliau adalah parameter. Apabila sebuah sikap sesuai dengan apa yang ada diri beliau itulah sebuah kebenaran dan apa yang menyelisihi beliau itulah kebatilan."
Imam Ibnu Jama'ah رحمه الله تعالى berkata:
"Jika ingin mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam ikutilah secara kaffah"
Jangan hanya sebatas sebagian kecil ibadah saja karena Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah parameter utama.
-------------------------
Kitab Tadzkiratus Assmi' Wal Mutakalim Fii Adabil 'Alim Wal Muta 'Alim
👤 Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, L.c حفظه الله تعالى
📆 Sabtu, 15 Rabi'ul Awal 1439 H / 02 Desember 2017
⏰ Ba'da Maghrib - Selesai
🕌 Masjid Nurul Iman Blok M Square Lantai 7, Jakarta Selatan.
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.