Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, October 14, 2018

Inilah Salah Satu Pembatal KeIslaman

Salah Satu Pembatal KeIslaman
Mengetahui salah satu pembatal keIslaman seseorang adalah dengan meyakini bahwa petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak/belum sempurna.

الرَّابِعُ: مَنْ اعْتَقَدَ أَنَّ غَيْرَ هَدْي النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم أَكْمَلُ مِنْ هَدْيِهِ وَأَنَّ حُكْمَ غَيْرِهِ أَحْسَنُ مِنْ حُكْمِهِ كَالذِينَ يُفَضِّلُونَ حُكْمَ الطَّوَاغِيتِ عَلَى حُكْمِهِ فَهُوَ كَافِرٌ.

Siapa yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih sempurna daripada petunjuk beliau, atau selain hukum beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih baik daripada hukum beliau seperti orang-orang yang lebih mendahulukan hukum thaghut daripada hukum beliau, maka dia kafir.

Syarah

Makna kalimat pertama: ‘siapa yang meyakini bahwa selain petunjuk NabiShallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih sempurna daripada petunjuk beliau maka dia kafir.’

Hal ini disebabkan ia meyakini kebalikan apa yang difirmankan Allâh dan disabdakan Rasulullâh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu firman Allâh:

«الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا»

Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 3)

Sisi pendalilalnya: Ini dalil tegas akan kesempurnaan Islam. Maka siapa yang meyakini ada yang lebih sempurna selain ini berarti dia kafir karena mendustakan ayat ini.

Dalil dari sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah:

«إِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ»

Sesungguhnya ucapan terbaik adalah Kitabullah dan petunjuk terbaik adalah petunjuk Muhammad dan perkara terburuk adalah perkara baru dan setiap perkara baru adalah sesat.” (HR. Muslim no. 867 dan an-Nasa`i no. 1578)

Sisi pendalilan, setiap petunjuk selain petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallamadalah sesat karena ia termasuk perkara baru dan merupakan perkara terburuk, ini menunjukkan pentunjuk selain dari NabiShallallahu ‘Alaihi wa Sallam sesat dan Neraka.

Di antara bentuk keyakinan kufur ini adalah meyakini ucapan selain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih pantas didahulukan daripada sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Keyakinan ini meyelisihi firman Allâh:

«يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ»

Wahai orang-orang beriman janganlah kalian mendahului Allâh dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allâh.” (QS. Al-Hujurât [49]: 1)

Dalil lainnya adalah ‘Umar radhiyallahu ‘anhu mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membawa lembaran Taurat lalu beliau marah seraya bersabda:

«أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَصْبَحَ مُوسَى فِيكُمْ فَاتَّبَعْتُمُوهُ وَتَرَكْتُمُونِي لَضَلَلْتُمْ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ، وَلَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا وَأَدْرَكَ نُبُوَّتِي مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي»

Apakah kamu meragukan Al-Qur`an wahai Ibnul Khaththab? Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sunggu aku datang kepada kalian membawa ajaran yang putih mengkilap. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, andai Musa di tengah kalian lalu kalian mengikutinya dan meninggalkanku niscaya kalian tersesat dari jalan lurus. Andai saja Musa masih hidup dan menjumpai risalahku, maka tidak ada kebebasan baginya kecuali harus mengikutiku.” (HR. Ahmad, Al-Bazzar, dan dicantumkan dalam Muqaddimah Al-Jâmi’ ash-Shahîh dan dinilai hasan Al-Albani dalam Al-Irwâ` no. 1589, Shahîhul Jâmi’ no. 5308, dan Ash-Shahîhah no. 3207)

Makna kalimat kedua: ‘siapa meyakiniselain hukum beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih baik daripada hukum beliau seperti orang-orang yang lebih mendahulukan hukum thaghut daripada hukum beliau, maka dia kafir.’

Kalimat kedua ini adalah cabang dari kalimat pertama. Dalil kekafiran keyakinan ini adalah firman Allâh:

«أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا» –إلى قوله- «فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا»

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menyangka bahwa mereka beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelummu, tetapi justru mereka menginginkan berhukum kepada thaghut padahal mereka diperintah untuk mengkafirkannya. Setan ingin menyesatkan mereka dengan kesesatan yang jauh,” –hingga firman-Nya- “Demi Rabb-mu, mereka tidak beriman hingga menjadikanmu hakim atas perseteruan yang terjadi di tengah mereka kemudian mereka tidak merasa berat atas keputusanmu dan menerimanya dengan pasrah.” (QS. An-Nisâ` [4]: 60-65)

Ayat ‘orang-orang yang menyangka bahwa mereka beriman’ menunjukkan orang-orang yang berhukum dengan selain hukum Islam adalah tidak beriman alias kafir.

Di sini Allâh besumpah tidak mengakui mereka sebagai orang beriman kecuali dengan 3 syarat:
  1. Menjadikan Rasulullâh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai hakim pemutus masalah mereka.
  2. Tidak merasa berat atas keputusan Rasulullâh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
  3. Menerima keputusan itu dengan pasrah.
Termasuk jenis kekufuran ini adalah:
  1. Meyakini hukum buatan manusia atau perundang-undangan lebih baik daripada syariat Islam atau sama kedudukannya.
  2. Meyakini kebolehan berhukum dengannya meskipun tetap meyakini syariat Islam lebih utama.
  3. Meyakini syariat Islam tidak relevan dengan masa kini meskipun tetap mengamalkannya.
Apakah setiap yang berhukum dengan selain hukum Islam kafir? Diperinci.

1. Jika dia berhukum dengan keyakinan tiga di atas, maka dia kafir. Dalilnya:

«وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ»

Siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allâh turunkan maka dia kafir.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 44)

2. Jika dia berhukum dengan selain hukum Islam karena tendensi dunia atau hawa nafsu (seperti karena suap atau jabatan) sementara hatinya tetap meyakini hukum Islam, maka dia zhalim dan fasiq. Dalilnya:

«وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ»

 “Siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allâh turunkan maka dia zhalim.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 45)

«وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ»

Siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allâh turunkan maka dia fasiq.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 47)

Ibnu Jarir Ath-Thabari dengan sanad hasan meriwayatkan dari Ibnu ‘AbbasRadhiyallahu ‘Anhuma berkata:

مَن جَحَدَ مَا أَنزَلَ اللهُ فَقَدْ كَفَرَ، وَمَن أَقَرَّ بِهِ وَلَم يَحْكُمْ، فَهُوَ ظَالِمٌ فَاسِقٌ

Siapa menentang apa yang Allâh turunkan maka kafir dan siapa tidak berhukum dengannya tetapi masih mengakuinya maka dia zhalim fasiq.” (Tafsir Ath-Thabarino. 12063 dan Ash-Shahîhah VI/114)

Al-Hafizh Ibnul Jauzi menyimpulkan:

وَفَصلُ الْخِطَابِ: أَنَّ مَن لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنزَلَ اللهُ جَاحِداً لَهُ، وَهُوَ يَعلَمُ أَنَّ اللهَ أَنزَلَهُ، كَمَا فَعَلَتِ الْيَهُودُ فَهُوَ كَافِرٌ، وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِهِ مَيْلاً إِلَى الْهَوَى مِن غَيِر جُحُودٍ، فَهُوَ ظَالِمٌ وَفَاسِقٌ

Kesimpulannya bahwa siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allâh turunkan karena menentangnya padahal dia tahu Allâh menurunkannya seperti yang dilakukan Yahudi maka dia kafir, dan siapa yang tidak berhukum dengannya karena condong kepada hawa nafsu tanpa penentangan maka dia zhalim dan fasiq.” (Zâdul Masîr I/553)

Ada yang berpendapat fasiq lebih umum daripada zhalim karena fasiq definisinya orang yang bermaksiat dan menyimpang dari kebenaran, sementara zhalim terbatasi merugikan orang lain.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Popular Posts

Blog Archive